The Story

22 5 6
                                        

Background Song = Jung Yup - Lean on You 

Aku merentangkan tangan, sembari meresapi berbagai bebunyian alam sekitar. Sudah lama semenjak terakhir kali aku merasakan damainya sinergi alam, yang ternyata sudah berlalu enam bulan, aku berkunjung ke rumah orang tuaku ini. Setelah kerja begini, baru kutersadar jikalau liburan sebegini langkanya digaet dalam dunia karirku.

"Ma, aku jogging dulu!"

Aku mengibaskan jemariku; berjalan cepat, yang berstansisi lari santai berirama konstan; sejalan napasku supaya tak mudah pengap. Kutatap lingkungan jalanan yang akrab sejak daku kecil, membawa nostalgia ... di saat aku kerap menyesuaikan waktu berangkat sekolah bersamanya—si lelaki cinta pertamaku semasa sd, yang tinggal berbeda blok rumah denganku. Abid Sandy namanya.

Rasanya lucu, umurku yang seperempat abad—yang hampa oleh perasaan khusus ke figur maskulin—masih ada secuil harapan, yakni dia menyadari perasaanku. Kini kulewati rumahnya; yang berpagar hitam, tampak sepi kendati aku yakin masih ditinggalinya—karena aku pernah berpapasan dengan ibunya, enam bulan lalu.

🥣🥣🥣🥣

Aku sedang mengaso, menyeka keringat yang bercucuran dengan handuk kecil yang kubawa. Aku turut melihat ponsel; memeriksa jam yang menunjukan pukul delapan pagi. Di hari ahad ini, banyak lintas usia yang memenuhi jalanan pusat desa; selain berolahraga, sebagian dari mereka ada yang mencari sarapan pagi, dan juga menjajakan barang dagangan. 

Semuanya tumpah ruah, sehingga memicu kendaraan yang melintas tersendat lajunya. Meski aku sering mengikuti kegiatan jogging pagi, tetapi tak mampu menggantikan nuansa khas yang kurasakan di kawasan ini.

Ya ampun, dahulu ketika pertama kali menjalani aktivitas ini, motifku adalah untuk bertemu dengan Abid yang hobi jogging pagi—terutama hari Minggu. Aku yang diliputi asmaraloka menggebu, begitu berambisi mengenal sosoknya lebih jauh; termasuk hal-hal yang disukainya. Dengan hasil yang sangat membekas hingga sekarang, adalah makanan favoritnya; stroberi dan panada.

 Dengan hasil yang sangat membekas hingga sekarang, adalah makanan favoritnya; stroberi dan panada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Panada, roti goreng berisikan tongkol atau cakalang cincang pedas khas Manado. Untuk umurnya yang menginjak sembilan tahun kala itu, dia amat andal menahan pedas camilan itu. Dan lagi-lagi, berkatnya aku—yang juga sejawatnya—pertama kalinya membulatkan tekad bergelut di dapur, supaya dapat mempersembahkan hidangan itu untuknya. Jujur saja aku bersyukur telah jatuh hati padanya, dia membantuku menciptakan beberapa trobosan kecil masa itu.

Aku terlalu lama termenung menyimak benak, dan baru menyadari perutku telah keroncongan yang sudah memberikan alarm. Aku beranjak dari trotoar jalan yang baru-baru ini dibangun, dikarenakan adanya proyek pembuatan komplek perumahan di desaku ini. Yah, lingkungan lamaku perlahan-lahan tergerus perubahan zaman; kenyataan pahit, tetapi tak boleh ditampik sebab desa kecil ini perlu sekali perkembangan. 

Berbagai lapak jualan menjajakan macam benda-benda, termasuk panganan. Intensi awalku adalah menikmati semangkuk bubur ayam plus teh tawar hangat, tetapi sirna tatkala aku mendengar vokal keras yang meneriakkan sarapan favoritku akhir-akhir ini.

Panada ft JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang