1/2

82 13 0
                                    

Jihoon menatap Minghao dengan tatapan tak percaya. Dua surat dari instansi berbeda menjelaskan keadaan sahabatnya secara tak langsung.

"Kau benar-benar ingin melakukannya?"

"Iya, harus cepat sebelum semua orang mengetahui ini."

"Lantas bagaimana dengan orang tuamu?"

Minghao terdiam, ia sudah memikirkan beberapa rencana gila yang bahkan tak bisa ia ucapkan.

"Kau adalah anak mereka satu-satunya. Apa kata mereka jika kau benar-benar menceraikan suamimu?"

"Aku tidak bisa jika harus menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka Hyung. Jihoon Hyung sendiri ada di posisi yang sama dengan mereka dan mendengar ceritamu membuatku merasa bersalah."

Jihoon mengangguk, ia memang ada di posisi itu. Ia dan Soonyoung sedang berjuang untuk mempertahankan hubungan mereka. Kekasih Jihoon itu sudah dijodohkan oleh keluarganya.

Sedangkan, disisi lain Minghao adalah orang yang dijodohkan dengan Jun. Teman SMA Soonyoung, yang tentu saja sudah punya kekasih.

Mendengar usaha Jihoon dan Soonyoung membuat Minghao berpikir dua kali untuk memperjuangkan dirinya sendiri. Ia merasa menjadi orang jahat. Memang pada awalnya Minghao sempat melakukan tindakan-tindakan ekstrem yang jahat. Ia pernah beberapa kali berusaha melukai kekasih Jun. Tapi, Jihoon membuatnya sadar bahwa ialah pihak ketiga disini.

"Jika Jun dan Soonyoung saling berbicara dan memutuskan untuk melakukan tindakan yang sama..... Hanya ada satu diantara kita yang berhasil."

"Dan jika mereka tidak mengubah pemikiran mereka, aku sudah menyiapkan diriku untuk itu Hyung. Artinya kau juga belum boleh menyerah, kau harus berjuang."

Jihoon tertawa miris, sepertinya kemungkinan mereka untuk bisa bersatu sangat kecil. Keluarga Soonyoung jelas-jelas menolak kehadirannya.

"Meski begitu, mereka adalah individu yang berbeda Hao. Bisa saja Jun memilihmu juga?"

"Tidak kurasa, jika memang begitu.... Soonyoung hyung pasti akan menyalahkannya karna memutuskan hubungan dengan kekasihnya. Padahal Soonyoung hyung berjuang untuk bisa hidup denganmu."

Jihoon tak membalas, ia mengalihkan pandangan dengan sibuk mengaduk minumannya. Ia memikirkan sesuatu yang sedikit berbeda dari Minghao.

Bagaimana jika bukan Jun yang terpengaruh Soonyoung? Bagaimana jika Soonyoung yang terpengaruh Jun. Ia senang jika nanti Jun lebih memilih Minghao, tetapi itu bisa membuat Soonyoung goyah. Pada situasi ini, memang hanya ada satu diantara mereka yang bisa berhasil.

Maka, Jihoon tak ingin membuat lebih banyak kekacauan. Jika Minghao bisa menyerah, mungkin ia juga bisa.

***

Soonyoung meletakan gelasnya, membiarkan gelas kecil itu diisi dengan cairan pekat yang memabukkan.

"Bagaimana hubunganmu dengan Yeri?"

"Aku sudah muak. Setiap hari ia selalu saja mencari perhatian dengan melakukan hal-hal diluar nalar. Kemarin ia bahkan mengancam akan bunuh diri jika aku tidak memutuskan Jihoon."

Jun terkekeh, ia bisa membayangkan apa yang dimaksud Soonyoung karna 'suaminya' pun begitu. Dulu, Minghao bahkan pernah sengaja meminum obat dengan dosis banyak dihadapannya agar dikasihani. Memang sedikit manjur karna Jun dipaksa oleh orang tuanya untuk mengurus pria itu selama di rumah sakit. Tapi tetap saja, Minghao tidak bisa membuatnya mengalihkan perhatiannya pada Yiren, kekasih Jun.

Different SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang