A & K

8 3 0
                                    

Seorang gadis sedang menutup tasnya di dalam ruang kelas yang sudah tak berpenghuni karena jam pelajaran sekolah telah usai.
"VANYA!"
Merasa namanya dipanggil, gadis dengan rambut panjang sepinggang itu menoleh ke belakang.
Sudut bibirnya terangkat ketika melihat seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu dengan senyumannya yang sangat ia rindukan. "Arlan," gumamnya.
Laki-laki berperawakan tinggi melangkahkan kaki jenjangnya dengan hoodie maroon yang masih bertengker di bahunya, menghampiri gadis yang memandangnya dengan seulas senyum dibibir.
Ia mempercepat jalannya dan menyingkirkan hoodie maroon yang ada dibahunya kesembarang tempat. "Gue rindu sama adek gemoi gue ini."
Laki-laki itu langsung memeluk gadis di hadapannya. Gadis yang dipeluk itu hanya diam, jujur ia sangat merindukan laki-laki itu, tapi apa yang tadi dia bilang adek? Huft Vanya hanya bisa menghembuskan nafas gusar, ada rasa sakit yang ia rasakan saat ini.

Dah dibilang juga lo Van. Jangan terlalu berharap.

Vanya tertawa getir memonolog dalam hati. Arlan yang masih memeluknya tidak melihatnya tertawa.
Vanya mentertawakan dirinya yang masih berharap lebih dari Arlan.
"Lebay lo Al ... cuma sehari juga," cibir Vanya sambil melepas tangan Arlan yang masih enggan lepas memeluknya.
"Lo mah gitu sama gue, gue kan rindu lo." Arlan pun yang kesal dengan respon dari Vanya duduk lalu meneguk habis es jeruk yang ada dimeja tanpa meminta izin kepada pemiliknya.
Vanya yang melihat itu, kemudian duduk di samping Arlan yang seenaknya meminum es jeruk yang ia beli tadi dan memukul Arlan dengan tasnya.
"Anjir itu es gue ubab!"
"Pelit banget sih by ..."
Vanya terdiam ketika mendengar apa yang Arlan katakan tadi. Arlan yang mengubah posisi duduknya menjadi berdiri, menyiapkan ancang-ancang untuk kabur karena ia sudah tahu pasti setelah ini Vanya akan ngamok.
"By ... BABI bwhha," Arlan berlari dengan tawanya yang masih belum berhenti mengejek Vanya.
"Syalan lo ARLANNN!!!" Vanya berlari mengejar Arlan yang sudah pergi meninggalkannya.

Jangan bawa ke hati ngab dia ngomong pake mulut gk pke hati wk.
•_•

Sebuah motor sport biru terparkir di depan rumah yang bernuansa abu yang didominasikan dengan warna hitam. Pemilik motor itu melamun duduk di atas motor sambil memainkan kunci motor dengan jari telunjuknya, siapa lagi kalo bukan Arlan.
Seseorang keluar dari rumah itu, ia menaikan sebelah alis nya lalu menghampiri orang yang ada didepan rumahnya sepagi ini.

"Woe!" Arlan tersentak kaget.
"Anjirt lo Van untung gk jantungan gue," gerutu nya setelah ia tau bahwa Vanya pelakunya.
"Yeee itu lo ngapain pagi-pagi gini udah di depan rumah orang. Ngelamun lagi," ucap Vanya tak mau kalah. "Ck, dah ayo berangkat."

Dua makhluk yang bernapas itu kemudian pergi menuju sekolah dengan Arlan di depan dan Vanya di belakang mengikutinya, mereka mengendarai motor masing-masing. Setelah mereka sampai dan memarkirkan motornya, Arlan tak lupa memasang aerphone sebelum beriringan jalan menuju kelasnya bersama Vanya, memang itu kebiasaannya ketika datang ke sekolah.

Di sepanjang koridor banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dan membicarakannya secara terang-teyaampun

Arlan makin hari makin gans banget yaampun

Tapi sayangnya udah ada yang punya hiks

Eh, udah deh belum tentu kalo dia jomblo mau sama lu njir

Iya juga ya, tapi tuh cewe gatel banget deket-deket Arlan kasian kan Bila kalo di duain huh

Cih mbak nya mau jadi plakor kali

Vanya yang mendengar itu pun tidak berniat untuk membalas ucapan-ucapan yang unfaedah itu baginya, ia lebih memilih untuk diam dan lebih baik ia tanyakan langsung pada Arlan nanti.
_

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku dan Kamu adalah Dia (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang