Bukankah menyenangkan mempunyai harapan?
"Permisi ini tempat duduk saya, paman bisa mencari tempat lain?" Tanya seorang siswi berseragam lengkap, membawa setumpuk buku, tersenyum ramah, lawan bicara nya tidak merespon dan tetap terpaku pada tempat nya, sudah dua menit berlalu dan tetap tidak ada pergerakan, siswi itu melihat sekeliling tidak ada satu orang pun yang beranjak dari tempat duduk nya, "Bagus!"
"Permisi paman, saya tau paman sibuk tapi paman bukan seorang siswa dari sekolah ini, secara tidak langsung perpustakaan ini milik sekolah maka bisakah paman mencari tempat atau perpustakaan lain?" Tanya siswi tersebut tetap kekuh, paman tersebut menutup tumpukan buku nya mengemasi barang-barang nya segera beranjak dari tempat duduk nya menatap tajam siswi tersebut kilat amarah terlihat dari sorotan mata nya, "Tetaplah memiliki sifat seperti itu, kau akan menjadi orang yang berbahaya." Bisik paman tersebut kemudian pergi, siswi tersebut mengernyit bingung, segera duduk.
"Kusuma kapan kau akan menyingkirkan sifat jelek mu itu, sebagai dosen mu, ingat saran ini jika kau mau menjadi hakim hilangkan sifat pemarah mu atau kau akan membuat keributan di persidangan." Ujar dosen tersebut kecewa keluar dari ruang persidangan, "Dengar kata dosen tadi, mungkin kau tidak akan lulus dengan IPK yang bagus."
"Siapa peduli yang penting, aku akan menjalankan persidangan sesuai dengan hukum, secara adil dan bijaksana!" Kesal dengan teman nya, ia segera berdiri dari kursi hakim keluar dengan membanting pintu, "Ck! Ck! Ck!" Tak habis pikir dengan sikap temannya yang satu ini.
Adil dan bijaksana bukankah dambaan semua orang? Seorang yang akan menguasai suatu lembaga atau pun organisasi memerintah dengan adil dan bijaksana, berharap ada sekelompok orang yang akan bersifat seperti itu. "Sistem hukum yang sekarang memang tidak adil, tugas kita sebagai perwakilan hukum harus bisa mengubah sistem tersebut, jangan takut untuk mengambil suatu resiko, seorang yang takut mengambil resiko akan kalah, jangan menutup mata hanya semata untuk kepentingan sendiri, sekian kelas hari ini jangan lupa kumpulkan tugas kalian tengat nya malam ini!"
Ricuh satu kelas semua dikelas tersebut kini disibukan dengan tengat malam hari ini, sebuah perkataan yang membangun, menginspirasi bisa menjadi sebuah kalimat yang akan menjatuhkan mu saat itu juga, berhati-hatilah!
🌱🌱🌱
"Bu! Bukankah jawaban saya pada nomor sembilan benar?" Tanya seorang siswa pada gurunya yang tengah membagikan hasil ulangan, sang guru pun mendekat pada meja anak tersebut "Begitukah? Sini saya lihat." Jawab sang guru melihat sekilas ulangan tersebut, "Saat istirahat silahkan ke ruang guru, bawa kertas ulangan mu." Jawab sang guru lalu kembali membagikan kertas ulangan dan mengajar.
"Permisi." Ujar siswa tersebut masuk ke ruang guru menghampiri meja guru nya, menyerahkan hasil ulangan nya, guru tersebut langsung mencoret nilai 98 menjadi 100, "Bu tidak kah ibu cek ulang jawaban murid yang lain?" Tanya siswa tersebut, "Tidak perlu cukup punya mu saja." Jawab guru tersebut, "Tapi bu ini tidak adil!" Kekuh siswa tersebut,
"Raha lihat ini." Ujar guru tersebut menunjukan layar komputer nya yang berisi data nilai siswa-siswi kelas tersebut. "Jika ibu mengoreksi ulang bagaimana nasib teman satu kelas mu?" Tanya guru tersebut, "Tapi ini tidak adil!" Raha tetap bersikekuh, "Apa kau tidak lihat nilai yang pas-pasan ini?! Ibu masih ingat jawaban mereka, rata-rata mereka salah, lalu satu kelas kecuali kamu akan gagal dalam ujian ini, kenapa kamu hanya memikirkan diri mu sendiri?!"
Raha terdiam membungkuk lalu meninggalkan ruang guru, ia segera membuat pesawat terbang dengan kertas ulangan nya, menerbangkan nya tinggi-tinggi hingga tidak ada yang akan mengapai nya, menuju perpustakaan yang penuh dengan murid yang saling membicarakan teman nya satu sama lain mengambil sebuah buku dan terdiam di pojok.
"Sudah ku duga, Raha si anak buku bakal ada di sini!" Teriak seorang dari kejauhan, Raha segera memutar bola mata nya, beranjak dari duduk nya keluar dari perpustakaan lewat pintu lainnya, "Jangan lari! Kau beranjak satu langkah lagi kau bukan teman ku lagi!" Teriak seorang dari kejauhan berlari menuju Raha, Raha segera mempercepat langkah nya menjauh dari teman gila nya. "Dibilangin gua anak kesayangan pak Tomi malah lari, kalah lo ama siluman cheetah kek gua!" Teriak teman Raha yang gila, selalu menempel pada Raha.
Belum juga mengapai punggung Raha ia sudah dihentikan dengan bunyi peluit yang melengking dari ujung koridor tampak sebuah bayangan hitam, tidak memedulikan kondisi ia segera mempercepat langkah nya begitu pula bayangan hitam yang terus mengikuti nya,"Halo anak kesayangan bapak, bapak baru aja mau beli bakso di kantin kenapa kamu harus teriak-teriak dan lari di koridor Milano?!" Tanya pak Tomi geram, "Pak sabar pak saya tau bapak punya hipertensi tenang pak, ayo saya traktir." Ujar Milano sedikit melunak berusaha menenangkan banteng yang mengamuk.
Tak sengaja Milano mendengar seorang yang tertawa terbahak-bahak dari arah tangga, "Raha bayarin gua dan pak Tomi makan!" Teriak Milano segera mengejar Raha yang berusaha sekuat tenaga menghindari cheetah gila, "Milano sudah bapak bilang jangan lari di koridor apa lagi tangga!" Teriak pak Tomi mengejar anak didik kesayangan nya, "Bapak sekarang juga lari ayo pak sebagai sesama hewan darat yang gila kita kejar yang punya uang sama-sama!" Teriak Milano berusaha meyakinkan guru kesayangan nya.
"Milano! Awas pilar depan kamu!" Teriak pak Tomi memperingatkan, "Bruk!"
Tidak perlu ditebak pak Tomi pun tertabrak pilar, Raha dan Milano segera menghentikan langkah mereka berbalik arah menuju korban, "Makasih pak sudah diperingatin tapi reflek saya lebih cepat dari bapak lain kali hati-hati pak." Ujar Milano menahan tawa membantu pak Tomi berdiri, "Raha cepet minta maaf, traktir sono gih pak Tomi dan gua, gara-gara ngejar lo pak Tomi jadi ketabrak pilar." Ujar Milano berusaha memanfaatkan situasi, "Pak Tomi punya gaji buat beli semangkok bakso bukan tugas gue buat traktir pak Tomi." Sangah Raha cepat, "Raha dan Milano ya saya catat nama kalian nilai olahraga kalian sudah hilang 10 poin." Ancam pak Tomi mengeluarkan buku catatan dan pulpen nya, "Pak jangan!" Teriak kedua nya bersamaan.
"Bu bakso komplit tiga mangkok sama satu es teh." Ujar Raha pada ibu kantin, menyerahkan selembar biru, "Gitu lo dek Raha sering-sering traktir teman pahala nya dapet dua, satu buat ibu satu buat yang ditraktir." Ujar ibu kantin menuangkan kuah kaldu, hanya dengan mencium aroma nya kita sudah merasa tenang. "Raha dengerin tu!" Teriak Milano yang melihat Raha cemberut, "Ini hati-hati panas." Ujar bu kantin menyerahkan nampan yang berisi tiga mangkuk panas namun menghangatkan jiwa dan raga dan segelas es teh yang manis nya luar biasa.
"Silahkan dinikmati pak Tomi dan Milano, selamat menikmati penderitaan yang tidak akan jajan selama satu minggu." Ujar Raha dengan senyum terukir di wajah nya, "Sama-sama!" Ujar kedua nya segera mengambil alih mangkuk hangat tersebut, terlebih lagi Milano yang mengambil alih es teh tersebut, Raha membelak, "Dasar ga punya perasaan!
.
.
.
Terimakasih semuanya!
IG:Chaterineaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Jika tak pernah luput
Teen FictionBukankah sebuah sejarah, sebuah kisah seseorang berhak untuk mendapatkan suatu perhatian? Bukankah kerja keras seseorang berhak untuk mendapatkan suatu pujian? Apa tujuan kita untuk bekerja keras hingga akhir? Hidup bukan hanya tentang kerja keras...