BILA - ARDHITO PRAMONO
Bersandar disana
Kini kau t'lah tiada
Pesan t'lah tersampaikan
Kelak jadi kenyataan...Bila saja dikau bisa berbicara, oh
Izinkan daku pergi menuju surga
Kenangan kita dimasa nostalgia
Ini tinggal menunggu hariBayanganmu tak tampak lagi
Semua tak akan sama
Saat aku bersamanya...Perlahan. Menghilang
Perlahan. Sirna
Perlahan. Menghilang
💓Namaku Regita. Kalian bisa memanggilku Regi aku akan menceritakan tentang kisahku ah sepertinya bukan hanya kisahku tapi kisah kita. Kisah antara aku dan dia.
Dia yang sudah bahagia diatas sana, Dia yang selalu menutupi rasa sakitnya dihadapan ku dan memasang topeng seolah dia selalu baik baik saja padahal kenyataanya dia sedang tidak baik baik saja bahkan jauh dari kata baik baik saja.
Dia yang ku maksud adalah kekasihku, laki-laki ku, pangeran hatiku, dia adalah Jeihan. Dia yang pernah menghiasi hari-hariku..
Izinkan aku menceritakan kisahku denganya sekali saja..
-
Aku hanya perempuan biasa, hanya perempuan yang tengah merindukan sosoknya. Suaranya, senyum yang menampakan dua cekungan di sisi pipinya..senyuman menawan nan candu miliknya, tingkah lakunya. Kenapa selalu terekam jelas dalam ingatanku?Disaat ku bersamanya, mengapa semua terasa cepat? Padahal ku ingin bersamanya lebih lama lagi bahkan aku ingin hidup bersama denganya selamanya..
Tapi aku sadar, aku egois. Karena yang namanya hidup pasti ada yang datang dan ada pula yang pergi dan kita hanya perlu menguatkan hati untuk mengikhlaskan atas apa yang akan terjadi.
Lantas ku memilih untuk mengubur kerinduan ini untuknya seorang diri, berharap takkan pernah tergali biarkan rindu ini bersemi di dalam sanubari.
-
Pernah suatu waktu Jeihan menanyakan perihal kematian denganku dan saat itu aku hanya tertawa tidak menyikapi ucapanya dengan serius, aku kira ia hanya kehabisan topik pembicaraan bersamaku hingga topik tentang kematian-lah yang ia bahas.
Saat itu Jeihan baru saja menyelesaikan kelas siangnya dan langsung mengajakku untuk bersantai menikmati tiupan angin dibawah pohon besar yang letaknya di belakang kampus guna menghilangkan rasa penatnya sejenak.
Posisinya Jeihan merebahkan tubuhnya dengan pahaku sebagai bantalan kepalanya.
Aku mengusap lembut surai hitam nan halus miliknya, netra ku dan netra nya bertemu. Kita saling beradu pandang beberapa menit lalu sedetik kemudian kita tertawa bersama.
"Regi?" Panggilnya dengan suara baritone ciri khasnya
"Apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BILA | Jaerosè (✔)
Короткий рассказ"Jeihan sakitnya udah engga ketahan banget ya?" "Jeihan boleh nyerah gapapa kalo Jaehan udah engga kuat" (Oneshoot-angst) || Jaerosè