PROLOG • PART 1

17.7K 1.3K 2.1K
                                    

Hi! Cerita Keluarga Bencana Angin ini kan yang kalian tunggu?

Dari mana kamu datang?

Ayo kasih aku emoji ini sebanyak-banyaknya! ( 🦋 )

Sudah siap bertemu spesies cowok fiksi idaman kalian?

Happy reading! ☁✨🦋

**

Suara alunan musik DJ terdengar begitu keras, mengiringi setiap orang yang tengah bersenang-senang meliukkan tubuhnya di atas dance floor---- Sebuah club malam yang berdiri tegak ditengah kepadatan kota New York

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara alunan musik DJ terdengar begitu keras, mengiringi setiap orang yang tengah bersenang-senang meliukkan tubuhnya di atas dance floor---- Sebuah club malam yang berdiri tegak ditengah kepadatan kota New York.

Beliung masih tidak menyangka ia akan menginjakkan kakinya di tempat haram seperti ini. Bagaimana tidak? Seorang wanita baik-baik seperti dirinya mustahil akan bergaul dengan dunia malam.

Namun kali ini berbeda, beberapa beban pikiran menggerogoti otaknya. Ah! Rasanya saat ini seperti meteor dengan berat puluhan ton yang mendadak menghantam keras ke dalam hidupnya.

Awalnya, wanita yang baru saja menginjakkan umur dua puluh empat tahun itu tidak ada niatan untuk mengunjungi tempat terkutuk ini. Ia hanya ingin mengutarakan dan meminta saran dari sahabatnya. Yah!Sahabat dajjalnya itu justru mengambil kesempatan dalam kesempitan untuk mengajak Beliung ke tempat ini.

"Ayo kita pulang saja." Beliung menarik tangan sahabatnya--- Helena Taylor. Ia meminta Helena untuk segera mengajaknya pulang.

Helena menggelengkan kepalanya sembari tersenyum. Astaga! Beliung tau wanita dihadapannya ini sudah tidak sadar akibat terlalu banyak minum. "Nikmati saja, Beliung. Kau tau? Tidak semua masalah itu memiliki solusi. Mari! Aku akan mengajarimu cara bersenang-senang."

"Aku tidak ingin bersenang-senang seperti ini," ujar tegas Beliung. "Tempat ini sangat tidak cocok untukku."

"Yeah! Tempat ini memang tidak cocok untuk lulusan terbaik dari Harvard University." Helena memutar bola matanya malas, menanggapi ucapan Beliung barusan.

"Apa maksud perkataanmu? Hele! Aku hanya ingin pulang. Ayahku pasti sudah menunggu di rumah." Astaga! Beliung sudah kehilangan akal. Ia benar-benar terasa sesak berada di lingkungan ini. Jika ia mempunyai sedikit uang lagi, pasti ia akan memilih pulang sendirian menggunakan taxi.

Helena melepas tawanya renyah, kemudian menghabiskan sisa minuman dalam gelas kecilnya. "Ayahmu pasti sedang memanggang roti. Kenapa kau khawatir?"

Mendengar perkataan sahabatnya, mendadak tubuh Beliung lemas. Ia memejamkan matanya sesaat sembari menghela nafas panjang.

"Apa masalahmu? Ceritakan sekarang padaku," ucap Helena, mengelus paha Beliung yang duduk berhadapan dengannya. "Hei! Kenapa kau diam saja? Apa perkataanku barusan menyakitimu? Ayolah! Aku minta maaf."

ROMANTIC CITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang