#2* Ketika Emas dan Berlian menyatu

47 26 75
                                    

"....bagaimana kamu bisa tahu, kalau pelakunya anak yang tadi?" Nindi berhenti sejenak.

"ya.... itu mudah saja"

"jangan bilang kamu asal menebak, Chikaaa"

"no!!! Aku menuduh dengan data dan fakta yang akurat"

"jadi begini...." Aku melanjutkan kalimatku, sambil menghela napas yang panjang.

"Nindi, kamu mengatakan bahwa kelas untuk praktek seni, ada di sebelah kiri ruang computer. Jadi, dapat disimpulkan jika adik kelas tadi melewati ruang seni untuk menuju ke kelas nya. Sementara, di TKP hanya ada 2 anak. Yaitu, satu anak dari kelas seni melukis (pelakunya) dan anak dari kelas musik" Aku menjelaskan kepada chika sambil berjalan melewati tempat kejadia perkara yang tadi.

Jadi, ruang kelas seni tersebut berada di area gedung sekolah yang paling belakang. Di area belakang hanya ada ruang computer, ruang kelas praktek seni dan 3 ruang kelas untuk adik kelas 8. Aku menuntun Nindi menuju ke ruang seni melewati pintu/lorong arah barat. Aku memposisikan diriku seolah-olah, Aku adalah adik kelas tadi yang sedang berjalan menuju kelasnya (reka ulang). Sebelum sempat melakukan reka ulang, Nindi membalikkan badanku dan berteriak :

"Chika.... UDAH CUKUP!"
"Hm, tadi kamu pengen tahu, kenapa sekarang...." Nindi membuatku sedikit kesal.

"Bukan seperti itu, hanya saja.... aku merasa sedikit aneh dengan semua ini. Di sisi lain, aku ingin tahu apa yang sedang kau pikirkan Chika. Tapi, disaat aku mendengar penjelasan dan teori mu, aku merasa seperti tertekan dan...." Sebelum Nindi melanjutkan kalimatnya, dia menunduk sambil memegangi kepalanya seperti orang yang sedang kesakitan.

"Ni-nindi? Kamu kenapa? Kamu sakit Nin?" Tentu saja aku sangat khawatir dengan keadaan chika yang seperti itu.

"Tidak chika, aku baik-baik saja" Dia kembali mengangkat kepalanya dan menunjukkan senyuman yang manis di wajahnya.

Chika POV off

Nindi memang sering sekali bersikap seperti itu. Terkadang, dia tiba-tiba lemas atau seperti terlihat kesakitan. Mungkin, Nindi memang mempuyai traumatis didalam kehidupannya. Untungnya, dia memiliki teman seperti Chika, yang selalu menemani dan menjaganya. Chika memanglah gadis yang cuek. Namun jika ke orang terdekatnya, Chika bisa saja keluar dari kepribadiannya tersebut.

***

Kelas kembali dimulai. Kali ini jadwal pelajaran Bahasa indonesia dan parahnya, kelas Chika yaitu kelas 9B digabung dengan kelas 9A. Yang membuat Chika pengen kabur, tak lain adalah si Al.

Menurut Chika, Al sangat menyebalkan dan membuatnya gregetan. Bukan karena Al badboy atau genit, tapi karena Al sangat Dingin dan cuek melebihi dirinya sendiri. Sering kali, mereka beradu argumen tentang misteri (teori) dan Al selalu membuat Chika tidak bisa berkata apa-apa lagi. Pastinya sebagai seorang perempuan biasa yang menginjak remaja, Chika merasa sangat tersaingi. (uhhhh paham lahhh)

"Baik anak-anak, kita mulai pelajarannya. Ibu ingin kalian membuat karangan yang menceritakan tentang hal yang berhubungan dengan keamanan. Ibu akan membagi kelompoknya, jadi berpasangan aja ya, menurut nomor absen. Otomatis, kalian akan berkelompok dengan kelas lain. Misal: anak kelas 9B nomor absen 1 akan bersama dengan anak kelas 9A nomor Absen 1. Do you understand,oke cepat kerjakan jangan banyak bicara. Yang kerja tuh tangan, bukan mulut!" Bu Rini menjelaskan secara terperinci dan bisa dibilang sangat tegas. Bahkan, oleh anak-anak muridnya, Bu Rini terkenal dengan julukan "guru cantik tapi killer".

Chika melihat daftar absen kelas 9B untuk mengetahui, siapa yang akan berpasangan dengannya dalam tugas kali ini. Nomor absen Chika Adalah nomor 7. Chika berusaha fokus membaca absen dengan tulisan yang terihat seperti semut berjalan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MASIH RAHASIA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang