Falling

323 39 4
                                    

Doyoung berbaring di atas ranjangnya memandangi langit-langit kamar. Empat jam sudah berlalu sejak dia membuka matanya, hari sudah sore. Ini sudah menjadi kebiasaannya saat hari libur. Dua tahun hidup dalam kekosongan yang semakin hari hanya semakin memburuk. Dua tahun yang sama sekali tak pernah dia bayangkan akan terjadi dalam hidupnya. Dua tahun yang dipenuhi dengan perasaan asing yang tak pernah terbesit dalam benaknya bahwa perasaan semacam ini nyata adanya.

***

Sembilan tahun yang lalu

"Hyung! Perkenalkan ini kakakku, Jaehyun Hyung." Jeno, murid tutor paling patuh yang pernah Doyoung temui, tangan kanannya merangkul pundak seseorang sambil mulutnya memamerkan senyumannya yang khas, sementara tangan kirinya dengan satu tali tas ranselnya yang bergelantungan di bahu mendekap soal yang Doyoung minta untuk dia kerjakan di rumah. Mereka sedang berada di café untuk sesi tutor dan kini sudah saatnya mereka berpisah setelah 1,5 jam berkutat dengan angka-angka di atas kertas.

                "Oh, halo. Doyoung." Doyoung mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan kakak si murid tak lupa sambil melemparkan senyum ramah namun tak berlebihan, ciri khas Doyoung saat bertemu dengan orang baru.

                "Hai, um, saya Jaehyun." Pria yang lebih tinggi dari Jeno ini menyambut jabatan tangan Doyoung. Mata mereka bertemu hanya sepersekian detik saat Jaehyun menyebut namanya sebelum dia mengalihkan pandangannya, seperti menghindar. Beberapa detik lamanya mereka berjabat tangan, hanya rasa hangat yang Doyoung rasakan.

                "Bicara santai saja. Karena kau Kakak Jeno, kita bukan orang asing, atau setidaknya itu yang kuharap." Kata Doyoung mulai melebarkan senyumnya. Dia menyadari rona mulai merambat ke pipi Jaehyun yang berkulit terang itu.

                "Tentu saja!" jawab Jaehyun dengan agak sedikit lebih keras daripada yang dia niatkan. Jaehyun mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Tolong kontrol sedikit suaramu itu, Jaehyun. Sialan. Doyoung memang tidak memiliki banyak pengalaman dalam hal ini, tapi dia tidak terlalu bodoh untuk memahami situasi ini.

"Kau beruntung sekali, Jeno, memiliki kakak yang rela mengantar jemput adiknya. Berbeda sekali dengan kakakku." Keluh Doyoung. Eye smile Jeno langsung menghilang dan tergantikan dengan matanya yang membulat. Tangannya melepas rangkulan di pundak kakaknya.

                "Wah, Hyung belum tau saja bagaimana parahnya dia mengome- Aw!!!" Jaehyun menyikut perut adiknya.
                 "Ibu menyuruh kita untuk membeli makan malam, sepertinya kita harus cepat karena langit sudah mulai gelap." Sambar Jaehyun. Jeno yang masih mengelus perutnya kemudian pamit pada Doyoung. Begitupun Jaehyun, yang kali ini menunjukkan senyuman lengkap dengan sepasang lesung pipi yang menghiasi wajahnya. Doyoung sempat terpana dengan pemandangan indah itu dan yakin senyuman (dan lesung pipi) itu akan bertahan menginap di dalam pikirannya selama seminggu ke depan, atau mungkin lebih? Yang jelas dia tau bahwa ada yang ingin dia sampaikan saat pertemuan tutor selanjutnya dengan Jeno.

***

Doyoung menatap isi kulkasnya yang memprihatinkan. Setelah hanya berbaring di ranjang, dia memutuskan untuk mengisi perutnya. Setidaknya untuk bermurung dia pun butuh energi. Begitulah pikirnya tadi saat hendak bangkit dari tempat tidur. Kini dia kembali termenung di depan pintu kulkas yang terbuka. Sampai dua tahun yang lalu kulkas ini selalu terisi penuh dengan berbagai macam bahan makanan. Jaehyun sama sekali tidak pernah membiarkan isi kulkas kosong. Hal-hal kecil yang dulu tak tampak kini mendadak menghilang dan meninggalkan lubang besar yang menganga di hidup Doyoung. Seketika dadanya terasa seperti tersentak dengan satu hentakan dan tiba-tiba hanya hampa yang dia rasakan.

***

Tujuh tahun yang lalu

"Apa yang sedang kau lihat?" Doyoung yang menjulurkan kepalanya dari belakang Jaehyun untuk ikut melihat ponsel yang sedari tadi menjadi pusat perhatian Jaehyun. Si pemilik ponsel pun terkaget saat tiba-tiba kepala seseorang berjarak hanya beberapa inci dari pipinya. Dia menoleh dan mendapati Doyoung sedang memicingkan matanya, mencoba ikut melihat apa yang sedang dia lihat.

Falling (What If I'm Someone You Won't Talk About) - JAEDO / DOJAETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang