Kisah 5 orang anak muda yang dipertemukan sejak kecil disebuah panti asuhan. Yang tidak mengetahui siapa orang tua meraka dan alasan apa yang membuat mereka berlima ditinggalkan di panti asuhan sederhana ini.
Menginginkan sebuah keluarga hangat yan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di sebuah panti sederhana jam menunjukkan waktunya makan siang, dimana anak lain akan segera menuju ruang makan untuk mendapatkan jatah makan siang. Tapi ada yang berbeda dengan 5 orang anak laki-laki yang berbeda usia tersebut, mereka terlihat sedang berbicara dihalaman belakang tepatnya dibawah sebuah pohon tanpa peduli apakah mereka akan mendapatkan jatah makan siang atau tidak.
Sebelum kita mendengar pembicaraan 5 anak tersebut mari berkenalan dengan mereka. Kita mulai dari yang tertua diantara mereka panggil saja dia Arsen, lalu kita beralih ke Argan yang lebih muda setahun dari Arsen, jangan lupa dua anak yang seumuran ini Jino dan Alen, dan Dika si bungsu yang usil.
"Bang enak gak sih punya mama sama papa?" tanya si bungsu tiba-tiba sambil melihat polos pada abang-abangnya.
Arsen yang paling tua diantara mereka diam pasalnya dia pun tidak tahu bagaimana rasanya mempunyai orang tua, tapi dia harus menjawab rasa penasaran adiknya tersebut. Sebelum Arsen menjawab dia didahului oleh adiknya yang lain.
"Enak kali yah, entar bisa dibeliin mainan sama mereka" sahut Alen
"Alen mah mikirnya mainan terus" balas Jino sambil meledek Alen
"Huu kayak Jino ngga aja, Jino kan suka rebutan mainan sama Alen" ujar Alen meledek Jino kembali
Arsen dan Argan hanya tertawa melihat mereka saling meledek
"Ihh abang Jino sama bang Alen diem dulu kan Dika lagi nanya" nah kini giliran si bungsu yang protes
"Udah-udah ribut mulu kalian. Nah sekarang dengerin tuh si abang dari tadi mau ngomong gak jadi terus" ucap Argan sambil ketawa kecil
"Abang lupa mau ngomong apa" respon Arsen
"ABANG MAH" teriak Dika
"Hahahahahaha" Tawa mereka semua melihat si bungsu yang suka usil sama abang nya ini mengamuk
"Tadi Dika nanya kan enak ngga punya mama sama papa. Kalau menurut abang mungkin aja enak dek, kita gak bakal rebutan makanan atau mainan sama anak panti yang lain lagi, kita juga bakal punya baju baru mungkin" jawab Arsen
"Kalau Dika atau kalian semua mau ngerasain punya orang tua tunggu aja minggu depan kan waktunya buat nyari anak adopsi lagi. Mungkin kalian bakal dipilih sama mereka" balas Arsen lagi sambil senyum
"Dika mau punya orang tua" sahut Dika diikuti Jino dan Alen yang mengangguk
"Tapi kita semua bakal dipilih kan bang?" tanya Jino penasaran
Kali ini Argan yang menjawab "Yah gak lah dek, apalagi buat abang sama bang Arsen mungkin ngga ada lagi orang tua yang ngambil anak setua kita berdua"
"Terus kita bakal kepisah dong" sahut Dika yang matanya udah berkaca-kaca
"Yah pasti gitu dek, ngga mungkin orang tua yang datang kesini mau adopsi kita berlima" balas Argan lagi
"Udah ngga usah sedih gitu, kan katanya Dika mau punya mama sama papa" ujar Arsen sambil mengelus kepala si bungsu
"T-ttapi Dika ngga mau pisah sama kalian" balas Dika yang terlihat akan menangis
"Aku ngga mau pisah sama bang Arsen, bang Argan, Jino sama Dika juga" kini Alen yang berbicara
"Aku juga ngga mau" lanjut Jino
Arsen dan Argan saling menatap lalu kembali melihat adiknya yang lain. Tak lama Arsen pun buka suara. "Katanya mau punya mama sama papa yah pastinya kita bakal pisah dek" jawab Arsen berusaha tenang nyatanya dia pun tidak ingin berpisah dengan mereka yang sudah seperti adik kandungnya sendiri.
Kini Argan yang berbicara. "Aku juga ngga mau pisah sama abang, abang orang pertama yang datangi aku, abang lebih berharga dari mama sama papa yang bahkan aku sendiri gak tau siapa mereka. Aku juga iri sama temen sekolah yang punya orang tua, tapi kalo karna mau mama sama papa buat aku misah sama abang lebih baik aku gak punya orang tua" ujar Argan sambil menangis bahkan Jino, Alen dan Dika pun sudah menangis. Akhirnya Arsen menarik mereka semua untuk berpelukan dan menangis bersama.
Ingat mereka hanya anak kecil yang berusaha terlihat dewasa nyatanya mereka pun butuh sosok orang tua yang bisa membimbing mereka. Mereka pun berharap mempunyai keluarga sendiri tapi seiring berjalan nya waktu saat mereka bersama hal yang terpenting bukanlah orang tua lagi tapi keberadaan mereka semua disisi masing-masing.