1.Awal untuk akhir(Lian)

76 6 2
                                    

Dulu waktu kecil Lian pernah bilang
( " Gak ada yang boleh milikin Lian  selain mama sama Nara" ) 

*Kenangan sering kali membuat kita tidak bisa melupakan perasaan saat itu sampai tanpa sadar detik detik sudah terasa hambar*
__________________~~__________________

Nara sudah berada didepan rumah sedang memakai sepatu berwarna hitam, segara untuk menunggu angkot di halte, biasanya dia bersama Naya namun karena Naya sedang ada acara dia hanya berangkat sekolah sendiri hari ini.

Dini hari masih pukul 06:15 Nara menatap ke arah rumah megah di seberang jalan, rumah yang tak pernah asing sekalipun dia tidak pernah berkunjung ke sana lagi.

Tak lama setelahnya mobil angkot yang biasa mengantar nya datang dengan suara mesin yang cukup bising.

" Sendirian neng" tanya pak Ujang sopir yang biasa mengantar Nara ke sekolah bersama Naya.

"Iya pak"

"Neng Naya gak sekolah?"

"Iya, lagi ada acara"

"Oo iya, sebentar ya neng saya mau ke rumah sodara dulu, sambil ngambil penumpang, nanti saya kesini lagi kalau neng mau naik langsung ya monggo" ujar pak Ujang

" Iya pak saya tunggu disini saja dulu"

Mobil angkot itu berjalan menjauh dari halte tempat Nara duduk.

Rasanya Nara masih ingin melihat ke arah rumah itu menunggu sang pemilik keluar dengan pakian rapi nan memosona, dia tidak rela harus melewatkan pemandangan yang menjadi salah satu semangatnya menyambut pagi padehal Nara bisa melihatnya dengan puas di sekolah nanti.

"Krekk"
Pintu gerbang dari rumah megah itu di buka seorang pria bertubuh sekitar 174 cm keluar dari arah gerbang memakai seragam sekolah rapi dengan rambut klimis dan kulit putih.

Seperti biasa Nara hanya bisa diam dan mencuri pandang saat menatap pria itu, bahkan tidak berani untuk menatap langsung.

"Neng Nara, Neng!!!" Panggil pak Ujang yang melihat Nara yang tidak fokus

" Ehhh oh iya pak, sudah Dateng ternyata" ujar Nara menatap pintu angkot

" Lagi ngeliatin mas Lian ya neng "

" Eeeenggak, kok pak "

"Kiarian neng" pak sopir tertawa kecil, menatap Nara yang kikuk.
Lian sendiri adalah anak majikan dari istri pak Ujang , istrinya bekerja sebagai tukang masak di rumah megah itu.

Di angkot Nara hanya diam dari tadi tidak ada teman bicara sampai pak Ujang membuka pembicaraan kebetulan hanya dia dan pak Ujang saja penumpang lain sudah turun.

" Sabtu besok Mas Lian ulang tahun ya neng?" Ujara pak Ujang

Nara semakin terdiam, ragu untuk menjawab pertanyaan dari pak Ujang

"Emmmm, kurang tau saya pak"

"Lupa apa neng?, saya di kasih tau istri saya katanya keluarga nya mas Lian udah nyiapin untuk pesta nya"

" Iya pak" Jawab Nara sambil merenung, Bagaimana mungkin Nara bisa lupa dengan ulang tahun Lian orang yang dia cintai.

"Mas Lian gak ngundang neng Nara apa?" Pak Ujang kembali bertanya

pak Ujang cukup dekat dengan Nara karena dulu pernah bekerja di rumah Lian sebagai tukang kebun dan waktu kecil Nara dan Lian sering bermain bersama dengannya

" Enggak pak"

"Belum paling neng, masa neng Nara gak di undang" pak Ujang meyakinkan Nara

" Iya mungkin"
Sebenarnya selama ini Nara selalu dapat undangan dari Mama Lian tapi tidak pernah dapat dari Lian sendiri bertahun tahun Lian sepertinya mulai melupakan Nara.

SAJAK MILIK LIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang