Brukk...
Suara jatuhan buku membuat seluruh pandangan di perpustakaan tertuju pada Ica. Ia pun dengan cepat merapihkan dan menata kembali buku-buku tersebut kedalam rak-rak.
DUH! MALU BANGETTT!!!
Keluhnya dalam hati.
Setelah selesai menata buku tersebut, ia pun melangkah pergi dari ruangan tersebut. Berjalan menyusuri lorong, menaiki anak tangga, dan masuk kedalam kelas.
Fyuhhh...
Ica menghembuskan nafas lega.
"WOII!!!" Kejut Ara. Ica menoleh kebelakang, ia baru saja terkejut karena sahabatnya itu.
"Lo, apaan sih!" Wajah Ica berubah merah padam.
"Utututut, sensi banget sih, kayaknya abis kejadian sesuatu nih!" Ledek Ara."Fyuhhh... lo, bisa diem gak sih! Gw lagi males tau!" Ucap Ica dengan nada tinggi.
"Emng ada apa sih! Kasih tau kronologinya dong, gw kan penasaran!" Ara mulai merasa penasaran.
###
Pagi pukul 09:23 Ica memilih untuk pergi ke perpustakaan sekolahnya, dengan tujuan ingin mencari buku untuk persiapannya ujian kenaikan kelas.
Sesampainya diperpustakaan, ia mulai mencari buku yang ingin ia pinjamkan. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan apa yang ia lihat. Ia sudah menduganya sejak awal. Curiga, itulah yang ia rasakan ketika melihat Arya dekat dengan Tasya (Wakil ketua OSIS).
Ia menyaksikan secara langsung Arya dan Tasya yang terlihat asik tertawa bersama, dan merasakan seperti dunia hanya milik mereka berdua.
Sakit hati. Tentu saja! Bagaimana tidak? Selama ini Ica selalu menerima Arya apa adanya dan selalu ada disamping Arya saat suka maupun duka.
Namun, yang ia dapatkan adalah luka yang terus bertambah dan tak kunjung diobati.
Ica berlari meninggalkan tempat tersebut. Namun...
Brukkk...
Ica tak sengaja menabrak rak buku yang membuat beberapa buku itu terjatuh. Dan membuat semua orang diperpustakaan menoleh kearahnya
###
"Eitss, bentar... bentar, jadiiii maksud lo si Arya udh gak suka sama lo?" Tanya Ara bingung.
"Ishhh, lo apaan sih! Gak gitu, bisa aja dia masih suka sama gw tapi, ya mungkin dia juga sedikit suka sama Tasya!" Jelas Ica.
"Ya, juga sih tapi, bisa jadi kan? Si Aryanya udh gak tertarik sama lo lagi!" Ara mengerutkan dahinya.
Ica menundukkan pandangannya.
Atau mungkin emang dari awal dia gak ada perasaan ke gw sama sekali.
Ucap Ica dalam hati.
"Gak bisa dibiarin sih tu org! Meski gw labrak!" Ara terbangun dari duduknya. Namun, Ica menarik lengannya.
"Dahlah Ra, kita kasih kesempatan sekali lagi buat Arya, bisa jadi kan, tadi dia lagi ngebahas tentang sesuatu terus tiba-tiba mereka bercanda!" Thinking Ica, walau sebenarnya bukan itu yang ia pikirkan.
"Shit menn, lo masih bisa positif thinking sama hal beginian? Eh, hati sama otak lo tuh terbuat dari apa sih, hah! Heran gw, keknya lo selalu maklumin setiap perbuatan buruk Arya, Ca... masih banyak didunia ini cowok yang lebih pantes buat lo, gak kayak dia, cuek, gak peduli, gak perhatian, gak ada sama sekali romantis, gak humoris, duhhhhh... gw jadi lo auto putus, Ca!"
Lengang sejenak.
"Gw pergi dulu!" Pamit Ica.
"EH, CAA... ICAAAA!" Panggil Ara.
Namun, Ica tak menghiraukannya.
Saat tengah berjalan, tiba-tiba ia berpapasan dengan Arya. Arya menatap wajah Ica, Ica menatap balik, memberi tatapan sinis, lalu membuang muka dan melanjutkan langkahnya.
Nampak tergambar kebingungan diwajah Arya. Biasanya, tiap kali melihat Arya, Ica langsung melemparkan senyuman dan mengajaknya mengobrol sejenak.
Mata Arya mengikuti langkah perjalanan Ica.
"Ca!" Suara lembut khas sang pemilik memanggil Ica.
Ica menoleh kebelakang, tak menyangka yang memanggilnya tadi ternyata Arya.
Ica melanjutkan langkahnya, tak memperdulikan lelaki bernama Arya itu.
Namun, langkahnya terhenti seketika, lengannya ditarik. Tubuhnya berputar kebelakang menghadap keorang yang menariknya tdi. Ica menatap lamat-lamat lelaki yang berada dihadapannya.
Betapa terkejutnya ia memandang orang yang berada dihadapannya. Mirza Al-Fachrezi. Adalah nama lelaki tersebut.
Mirza adalah sahabat sejak masa kecilnya Ica. Mereka satu sekolah sejak TK. Rumahnya pun sangat berdekatan, dan kedua orang tua mereka masing-masing juga sangat akrab dan saling mengenal.
"Ca, gw mau ngomong sesuatu sama lo!" Ucap Mirza dengan wajah yang cukup serius.
Ica memandang wajah Mirza, lalu menoleh kearah Arya. Arya dan Ica tengah bertatap wajah, sebelum akhirnya Arya membuang mukanya dan pergi dari tempat tersebut.
"CA... ICAA!!" Mirza menggoyangkan tubuh Ica.
Ica menyeka wajahnya, ia bingung mengapa Arya membuang mukanya dengan ekspresi kesal. Apa Arya cemburu melihatnya dengan Mirza?
"Heh, lo denger gak sih!" Mirza kembali memanggilnya dengan nada tinggi.
"Hah, eh..." Ica memandangi lengannya yang berada di genggaman Mirza. Ia pun menarik lengannya dari genggaman tersebut.
"Lo mau ngapain sih!" Bentak Ica.
"Lo budek, apa pura-pura gak denger sih? Tadi gw udh bilang kan sama lo, gw pengen ngomong sesuatu sama lo!" Wajah Mirza mendadak berubah merah padam.
"Gw lagi males ngomong sama orang, jadi jangan ganggu gw dulu!" Ucap Ica, lalu pergi meninggalkan Mirza, dengan wajah yang tak baik-baik saja.
{~}
HEI GUYSS...
SO, YAAA... THIS IS MY FIRST STORY ON WATTPAD, I HOPE YOU LIKE THIS... HMMM, DON'T FORGET TO VOTE!!! THANK YOU:)
Penasaran sama ceritanya? Baca kelanjutannya, yuk!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Story
Teen Fiction"MAAFKAN AKU YANG JUSTRU TAK MENYADARI BETAPA PENTINGNYA KAU DALAM HIDUPKU, TERIMAKASIH UNTUKMU DARIKU" (~)