Jaemin mengaduk minumannya malas. Kelasnya baru selesai olahraga, dan sekarang ia di kantin sendirian. Entah ke mana semua teman-temannya, mungkin ganti baju atau masih di lapangan.
Pendengarannya mendengar suara langkah kaki dari belakang mendekat ke arahnya, tapi ia terlalu malas untuk memutar kepala. Kantin benar-benar sepi sekarang.
"Hei, itu Jaemin!" kata salah satu di antara mereka. Jaemin memutar matanya malas. Ia tahu suara itu. Huh, yang benar saja.
Ia mendengar suara langkah kaki yang semakin cepat ke arahnya. Dan beberapa detik kemudian Jeno dan Renjun sudah berada di depannya.
"Kau tidak memesan makanan? Kau ingin apa? Biar aku pesankan sekalian," tanya Jeno.
"Tidak perlu, aku belum lapar." jawab Jaemin. Sebenarnya ia tadi sempat ingin memesan ramyeon, tapi selera makannya terbang begitu saja saat mereka datang bersama.
"Kenapa kau sendirian di sini? Kau bahkan tidak makan. Jeno tadi mencarimu," kata Renjun yang duduk di depannya.
"Benarkah?" Jaemin tersenyum masam melihat Jeno yang sedang memesan makanan. Benarkah Jeno mencarinya? Untuk apa? Bukankah sudah ada Renjun? Apakah ia masih diperlukan?
Tidak lama kemudian Jeno kembali dengan membawa dua mangkuk makanan, lalu menaruh yang satunya di depan Renjun.
"Terima kasih," ucap Renjun, yang dibalas senyuman manis lawan bicaranya. Setelahnya mereka fokus pada makanan masing-masing.
Melihat pemandangan di depannya membuat Jaemin agak panas. Minuman dingin yang diminumnya bahkan terasa hangat sekarang. Baru saja Jaemin ingin pergi, dua orang yang ia kenali memasuki kantin dan menuju ke tempatnya, lalu duduk di samping kanan dan kirinya.
"Nanti sore aku datang ke rumahmu lagi, ya?" tanya Jaehyun yang duduk di sebelah kirinya.
"Tentu, sekalian bantu aku mengerjakan tugas." jawab Jaemin, yang dibalas acungan dua jempol oleh Jaehyun.
Jaemin menyadari Renjun yang jadi tampak gugup dan hanya menunduk, sambil meneruskan makannya tapi terlihat tidak fokus semenjak mereka berdua datang. Seketika ia mengingat apa yang Jeno katakan malam itu.
Renjun menyukai Mark. Dan yang berada di sebelah kanannya, atau lebih tepatnya di depan Renjun adalah Mark."Kalian sekelas?" tanya Jaemin yang sedikit terkejut Jaehyun dan Mark ternyata sekelas. Yang ditanya hanya menganggukkan kepala bersama-sama.
Jaemin ganti melihat Jeno. Ekspresinya yang tadinya ceria sekarang berubah datar, tapi ia tetap meneruskan makannya. Jaemin benar-benar mengerti situasinya sekarang.
"Huang Renjun, nanti malam kau ada acara?" tanya Mark tiba-tiba, sampai Renjun hampir saja tersedak. Tapi ia bisa dengan cepat mengontrol dirinya dan segera mengambil minum, lalu dengan cepat menjawab.
"Tidak. Kenapa?"
"Apa kau mau pergi menonton film denganku? Sebenarnya aku mendapatkan dua tiket dari temanku yang awalnya akan dia gunakan dengan pacarnya, tapi mereka baru saja putus tadi pagi. Jadi, dia memberikannya padaku daripada terbuang," cerita Mark agak panjang, yang disimak oleh semua orang di meja, kecuali Jeno. Jaemin tahu itu.
"Tentu," jawab Renjun tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya. Setelahnya mereka bercakap-cakap entah membicarakan apa, tidak bisa terekam di telinga Jaemin. Sekarang ia hanya fokus pada satu orang di depannya, Jeno.
"Aku ke kelas dulu, tugas dari Park ssaem belum selesai." ucap Jeno tiba-tiba, lalu berdiri dan pergi dengan cepat.
Semua orang hanya memandangnya. Entah kenapa sesuatu di dada Jaemin terasa perih, seakan ada yang menggoresnya dengan sangat pelan. Ia tahu yang Jeno rasakan, itu pasti sakit. Kenapa sahabatnya juga tidak bisa bahagia?
•
•
•
-TBC-
10/05/2021

KAMU SEDANG MEMBACA
SAHABAT || NOMIN✓
FanficTernyata itu sakit, sangat sakit. Tapi siapa juga yang mau berada di posisinya? Jaemin sungguh ingin keluar dari zona menyebalkan ini. Ia benar-benar ingin berhenti menyukai Jeno sahabatnya sendiri, dan membiarkan dia bersama orang yang disukainya. ...