Bianglala 5

103 15 11
                                    

°life without surprises°

Nayeon mendongak ke atas lalu menghela nafas berat saat melihat tetesan air yang semakin banyak menghujani langit kota. Dia harus segera pulang ke apartement miliknya namun lupa membawa payung.

"Ini sudah jam 12 lebih. Restoran juga mau tutup, bagaimana ini?" Resahnya.

Dan benar saja, lampu-lampu di depan restoran mulai dimatikan. Nayeon menyalahkan ponselnya yang mati sehingga dia tidak bisa menghubungi manager maupun sopir pribadi nya. Juga menyesali atas tindakannya sendiri yang nekad keluar apartemen tanpa membawa mobil.

Meski jarak apartemen tidak jauh dari restoran, tapi tetap saja dia akan basah kuyup kalau nekad menerjang hujan yang semakin deras. Hujan-hujanan di tengah malam begini, juga bukan pilihan yang bagus. Nayeon harus memperhatikan kesehatan nya mengingat dia memiliki jadwal pekerjaan yang padat.

"Ya ampun, mana tidak ada orang lewat." Gumamnya sembari sesekali menggigit jari telunjuk nya. Matanya juga tidak lelah memperhatikan sekitar, berharap ada orang baik yang dengan senang hati membantu nya.
 

Lima belas menit berlalu, namun hujan tidak kunjung reda, justru semakin deras. Membuat Nayeon hampir menangis. Gadis dengan tubuh ramping itu akhirnya memberanikan diri untuk berlari dibawah rinaian hujan. Dia sudah mengambil langkah sebelum sesuatu menarik kuat baju di bagian bahunya.

Nayeon menoleh seketika. Dia sempat termenung melihat seseorang yang berdiri didepannya dengan satu tangan memegang payung sementara tangan yang lainnya berada di situasi yang tidak semestinya.  

"Ya! Kurang ajar!" Teriak Nayeon lalu menampar sosok bermasker itu dengan sekuat tenaga.

"Dasar mesum! Tidak berguna!" Seakan tidak cukup, Nayeon terus memukuli sosok itu. Membuat keduanya terkena hujan karena payung yang di bawa sosok itu terjatuh.

"Hentikan!" Sosok itu menangkap tangan Nayeon yang sudah melayang di udara. Nayeon tercekat saat kedua mata mereka bersibobrok, ditambah masker sosok itu yang sedikit melorot. Membuat Nayeon tidak hanya mengira, tapi yakin kalau dia mengenal nya.

"Kamu...."

Sosok itu mendorong Nayeon agar menjauh dan melepas maskernya dengan kasar. "Dasar gadis tidak tau untung! Bisa-bisanya anda menuduh dan memukuli saya!"

"Terus aku harus memelukmu disaat kamu datang tiba-tiba dan menarik bajuku sampai robek, hah?!" Nayeon tidak terima.

"Dasar parasit" umpatnya sembari membuang wajah.

Nayeon melotot saat mendengar ucapan yang tentu saja ditujukan untuk dirinya. "Hei Kim Kyungsoo! Jangan mentang-mentang aku sudah terikat kontrak dengan perusahaan mu, kamu jadi bisaㅡ argh!"

Suara Nayeon yang memaki tiba-tiba digantikan dengan suara pekikan yang memekikkan telinga, juga tubuh yang ditarik paksa. Belum sempat memahami situasi, Nayeon merasa ada semburan air yang menubruk wajahnya. Tidak begitu kuat, namun cukup membuat dia terbatuk karena setengah dari air itu masuk kedalam hidung nya.

Nayeon sontak membalikkan badan, menepis dengan kasar tangan Kyungsoo yang sempat mencengkram kedua lengan nya, yang ternyata, membuat dirinya menjadi tameng dari cipratan mobil yang melintas. Dia menarik nafas panjang, siap-siap marah besar. Namun, sesuatu yang dilihatnya justru membuat dia tidak kuasa menahan tawa.

"Pffftttt... Hahahaha!" Gelak Nayeon dengan sesekali tertunduk.

Pemuda dengan rambut hitam legam itu terlihat sangat menyedihkan, dia tergeletak persis didalam kubangan air yang berwarna pekat. Wajah hingga kemeja kuningnya berubah menjadi coklat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BIANGLALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang