BAGASKARA

79 49 80
                                    

Room chatting WhatsApp

Eza: “ iya hati-hati”
         “Dan, udah pulang?”
         “Dan? Masih dimana?
         “kamu dimana?’
         “Danisa?”

Begitulah isi pesan dari seseorang yang belum sempat untuk aku buka, apalagi aku balas. Pesannya sih berselang beberapa puluh menit dia mengirimkannya, mungkin baginya ini terasa aneh saja ketika aku tidak membalas pesannya dalam waktu yang lama.

“Maaf za, aku baru buka handphone” ucapku dengan menekan tombol kirim kepadanya.

“Aku masih di luar, bentar lagi pulang” kataku lagi dengan mengirimkan pesan kedua.

Selang sektiar beberapa menit, aku mendapatkan balasan pesan darinya.
Eza: “ Ketemu sama siapa sampe gak sempet buka handphone?”

Sebelum aku membalas pesan dari Eza, aku dalam keadaan masih mengetik tiba-tiba…

“Apa nggak ada kesempatan buat aku dan? Apa kamu nggak mau ngasih aku kesempatan untuk memperbaiki semuanya?”

Aku terdiam tak bersuara, dengan jemari yang masih memegang handphone. Tak begitu lama, aku memberanikan diri untuk berbicara kepadanya.

“Bukannya aku udah kasih kamu kesempatan waktu itu? Kenapa nggak kamu ambil? Terus kamu mau bilang kalau kamu sekarang nyesel?”

“Tapi dan, aku janji aku bakal perbaikin semua, aku bakal berubah, aku masih sayang sama kamu”

Kata terakhir yang dia ucapkan mampu membuat hatiku bergetar, mampu membuat jantungku bertegub kencang, aku melihat dia yang terlihat begitu mencoba untuk meyakinkanku, mana mungkin aku bisa menerimanya kembali ketika waktu itu aku sudah berusaha untuk membuatnya tetap bersamaku namun dia menolak dan menyuruhku untuk pergi begitu saja. Mana mungkin aku menerimanya kembali ketika aku sudah punya seseorang meskipun jauh disana.

“Aku ngga bisa bas, sorry” jawabku dengan berdiri untuk segera meninggalkan tempat itu

“Kenapa? Kenapa Dan?” dia menatapku dengan terlihat begitu menunjukkan raut wajah yang bertanya-tanya.

“Aku nggak bisa, udah aku bilang aku udah nggak bisa bas, sekarang keadaaannya udah beda, kalaupun aku masih bisa aku nggak bakalan mau”
“Aku tau kamu  juga masih sayang sama aku kan?’
“sorry bas!” ucapku dengan lirih
Aku berjalan untuk pergi meninggalkannya, sebelum aku begitu jauh melangkah dari tempat dia duduk, tangannya menahan lenganku, dia memegang pergelangan tanganku dan membuat aku menghentikan langkah pada saat itu juga.

“Selama ini kamu kemana aja bas? Sekarang baru nyesel? Hah? Nyesel kan? Kamu bilang aku masih sayang? Ya, aku masih sayang sama kamu, tapi rasa kecewaku udah begitu besar sama kamu! Aku udah bilang kita nggak bisa!”

“kalau kamu masih sayang sama aku terus kenapa nggak bisa?”

“Karna aku udah punya pacar!”

Ucapanku itu mampu membuatnya melepaskan tangannya dari pergelangan tanganku, aku langsung melanjutkan langkah dan segera pergi dari sana.

“Jangan pernah coba buat temuin aku lagi bas!” ucapku dengan terus melangkah menuju tangga.







****




" Kamu kan bisa percaya sama aku, kenapa kamu nggak yakin gini sih? Kapan aku main di belakang kamu? Kapan aku nyoba buat selingkuh bas?!”

Aku, Kamu, Dia dan RumahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang