Bab 1 : Kehidupan Remaja - (END)

44 3 0
                                    

Beberapa orang mengatakan bahwa kehidupan di sekolah berwarna sangat cerah. Diriku berharap ada kehidupan yang cocok denganku. Entah itu selama 5 bulan kedepan atau setelah tahun 2020 ini berakhir. Namun itu tidak berarti bahwa semua siswa akan berharap untuk kehidupan berwarna cerah tersebut. Baik itu belajar, kegiatan ekstrakurikuler, olahraga atau romansa percintaan akan selalu ada beberapa orang yang tidak peduli dengan beberapa hal itu dan memilih kehidupan berwarna abu-abu suram.

Awal tahun pelajaran baru merupakan hal yang sangat istimewa bagi para pelajar, tetapi tidak untuk diriku yang terlalu malas ketika bersekolah. Aku menyadari betapa malasnya diriku ini. Mungkin bertemu teman atau guru baru membuat diriku semakin tidak percaya diri. Aku tidak terlalu berharap dengan kelas yang kutempati. Semoga saja aku merasa nyaman dengan kelas ini. "Assalamualaikum" aku memberikan salam saat memasuki kelas agar terlihat sopan. Ternyata di dalam kelas hanya ada seorang gadis. "Wa'alaikumsalam" ucap gadis itu dengan sopan.

"Masyallah" Aku sangat heran, mengapa bisa ada ciptaan Allah yang sangat sopan dan cantik seperti gadis itu. Aku mencari bangku kosong yang tidak terlalu dekat dengan meja guru dan tidak terlalu jauh dengan papan tulis karena aku terlalu takut untuk duduk di depan meja guru dan terlalu rabun untuk melihat sesuatu. Aku tidak menyangka kelas yang kutempati belum ada siapa-siapa selain gadis yang tak kuketahui namanya. Perasaanku tidak enak mengenai kelas yang sekarang kutempati karena sudah dua kali berturut-turut aku salah masuk kelas. Aku memberanikan diri untuk bertanya dengan gadis yang tampak asing bagiku. "Sekarang kita berada di kelas apa ?"

"Ini kelas 1-A" jawab gadis itu. "Baiklah" jawabku.

"Ya Allah" Ternyata aku salah memasuki kelas, betapa cerobohnya diriku bisa masuk ke kelas yang salah sampai tiga kali berturut-turut. Sungguh ini sangat memalukan. Aku segera keluar dan mencari kelas yang seharusnya kutempati. Betapa buruknya nasibku ini saat awal masuk sekolah setelah libur panjang. Mungkin ini balasan dari Allah karena aku selalu bermalas-malasan. Mungkin kelasku ada di sebelahnya. Aku segera menghampiri kelas yang berada disebelahnya.

Sesampainya di depan pintu kelas, aku bertemu dengan seseorang yang kukenal. Dia temanku saat di SMP. Humoris, semangat, aktif, religius adalah sesuatu yang cocok untuknya. Dia menoleh ke arahku.

"Astaghfirullah, kenapa kau tampak seperti kebingungan ?"

"...."

"Apa mungkin kau salah masuk kelas lagi ? Ya Allah, kau salah memasuki kelas untuk yang ketiga kalinya dasar pemalas"

"Ya, kamu benar. Aku memang pemalas dan aku tidak peduli dengan apa yang kamu katakan"

Dia tersenyum lebar, seolah-olah dia mengabaikan perkataanku. "Itulah dirimu yang sebenarnya, Ijal"

Namaku, Fahrizal Fahri. Teman-teman biasa memanggilku Ijal dan pria yang berbicara denganku ini bernama Antonio Anton, dia sahabat karibku sejak SMP.

Aku langsung masuk ke kelas dan tidak menanggapi perkataan Anton. Mencari tempat duduk yang nyaman adalah misiku saat bersekolah. Aku duduk di posisi ketiga dari empat kolom meja, lebih tepatnya kolom sebelah kiri dekat jendela.

Aku dan Anton telah berteman lama sejak SMP. Ini ketiga kalinya kami sekelas saat masa sekolah. Aku tidak terlalu paham apakah ini kebetulan atau disengaja oleh pihak sekolah. Walaupun ini kebetulan, mana mungkin kami bisa sekelas tiga kali berturut-turut dan sebenarnya aku tidak terlalu ingin memikirkan hal rumit seperti itu.

Dia membalik kursinya agar menghadap ke arahku dan duduk dengan tegak. Antonio Anton memulai topik pembicaraan yang menurutku agak rumit. Dia selalu saja membahas hal-hal yang tidak perlu untuk dibahas. "Apakah kau punya gadis yang kau sukai?" pertanyaan pertama yang keluar dari mulutnya. Hal seperti ini yang sangat aku takutkan. Aku pun menjawab "Belum ada"

Sepenggal Kisah Haru - "Moslem Edition" [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang