"Baiklah keputusan dalam pemilihan Ketua dan Wakil Ketua Osis pada tahun ini.Telah ditetapkan pada Paslon Nomor Urut 2 ,Ghara Sandhara dan Nafisa Anggraeni" ucap MC dengan suara yang terdengar seakan memekakan telinga siapa saja.
"Whoo" terdengar teriakan heboh disusul tepukan tangan yang meriah, memenuhi ruangan aula sekolah SMP Gathagara.
Sangat menggambarkan suasana riuh yang disumpulkan bahwa, saat ini terlihat pelengseran Ketos dan Waketos lama angkatan lalu sekaligus pengangkatan Ketos dan Waketos baru angkatan sekarang.
Sepertinya keputusan pemilihan Ketos dan Waketos baru, sangat dinantikan oleh seluruh murid dan para guru. Terlihat ruangan aula yang sangat penuh bahkan hampir ada yang berada di luar untuk melihat acara itu.
Namun berbeda dengan suasana para murid pendukung yang sangat senang akan kemenangan jagoannya. Berbanding terbalik dengan para Paslon yang hanya menampilkan wajah datar mereka. Seakan terbukti bahwa mereka tak menerima atas kekalahannya.
"Cih. Bahkan dalam event seperti ini pun kau selalu kalah dengannya. Benarkah perkataanku, Thio Abraham?" ucap sinis cowok dengan tanda Paslon 3 .
"Kau memang benar Raka. Seorang Ghara Shandara tak akan ada yang dapat menyainginya. Termasuk seorang Thio." timpal cowok yang menjadi Paslon 3 dengan nada mengejek.
"Diamlah. Kalian bahkan tak punya hak untuk mengejek Thio. Bukankah kalian juga kalah?" jawab cowok dengan Paslon 1.
"Ow. Memang benar kami tak punya hak mengejek sesama korban kekalahan. Tapi kami selalu berada di pihak Ghara. Dan kami merasa senang akan kemenangannya. Benar bukan, Bara?" jawab Raka Adipati.
"Heem, benar itu. Tidak menang pun kami tak akan kecewa. Berbeda dengan kalian berdua apalagi Thio. Haha" timpal Bara Raditya. Disusul dengan suara ketawa yang mengejek Paslon 1.
"Thio apa kamu tidak mendengar kata-kata mereka? Kenapa diam saja ,balaslah perkataan mereka!!" kesal Edrik Handako.
Walaupun bukan dirinya yang selalu dipojokkan dalam mengejek tadi, Edrik merasa tak nyaman dan ingin marah melihat reaksi dari Thio yang hanya diam saja.
"Diamlah Ed, jangan meladeni mereka" ucap Thio keluar dengan nada datar.
"Hey aku tak akan meladeni mereka,jika mereka berhenti berbicara dan diam." tak terima Edrik, menatap Raka dan Bara."Sudahlah, kita keluar" tegas Thio tanpa menatap mereka bertiga dan melangkah keluar ruangan, yang diikuti oleh Edrik yang memasang wajah ditekuk.
Edrik yang masih berada di dekat pintu keluar menengok ke belakang menatap Raka dan Bara dengan tajam. Keduanya yang memang sedari tadi menatap kepergian Thio dan Edrik, seketika menatap tajam kembali ke arah Edrik saat melihat Ed menatap mereka.
"Dasar Ed curut" ledek Bara saat tak terlihat lagi batang hidungnya.
"Bara ayo kita lihat Ghara dan mengajaknya untuk merayakan kemenangannya" ajak Raka sembari menarik baju lengan Bara yang sedang memainkan handphone."Hey, bisa kau lepaskan tanganmu dari baju ku" sentak Bara kesal akan tindakan Raka. Dan menjauhkan tangan Raka dengan kasar.
"Baiklah, baiklah. Jangan terlalu kasar, kenapa kau sangat sensi sekali" ucap Raka santai.
"Bukan urusanmu" jawab Bara dan berlalu menuju belakang panggung."Hey, kau tunggu aku, Bara" setengah teriak Raka mendengus melihat temannya meninggalkan dirinya.
✨
"Oy Ghara" sapa seseorang dari belakang cowok ber almameter SMP Ghatagara. Membuatnya membalikkan badan, terlihat kedua temannya mendekati dirinya.
"Congratulation, dude" ucap Raka bersamaan dengan jabatan tangan sebagai pengucapan selamat disusul oleh Bara.
"Thanks" balas Ghara dengan senyum tipisnya."Yar" panggil Bara.
"Hem" jawab Ghara tanpa menoleh sedikitpun dari berkas penanggung jawaban yang sedang di bacanya.
"Gue mau ngomong sama lo Ghar, tatap sinilah tuh muka" sungut Bara kesal melihat reaksi Yara.
"Hem"
"Udahlah Bar, ngomong apaan dah dari tadi sensi amat dah tau kan si bos lagi baca" timpal Raka sembari memainkan handphonenya.
"Diam lo ,Rak" sungut Bara namun tak ayal untuk melanjutkan ucapannya. Raka hanya memutar bola mata malas."Ghar-" sembari menatap Ghara memastikannya untuk mendengarkannya.
"Gimana udah boking tempat buat perayaannya?" tanya serius Bara."Oh iya, bener bener. Bagaimana pun lo udah menang dari si Thio bos, jadi kapan perayaannya?" timpal Raka mengalihkan tatapannya dari handphone dan mendekat ke arah Ghara.
"Yaelah lo Rak, giliran denger yang bau gratisan aja cepet, giliran yang serius lambat" cibir Bara."Yeh, gini-gini juga gue mantan calon ketos dan lo mantan calon waketos gue" sangkal Raka.
"Yang berarti lo bawahan gue, haha" dengan akhir ketawanya Raka masih meredam suara tawaannya.Tanpa menjawab ucapan Raka, Bara mengajukan kembali pertanyaannya pada Ghara.
"Gimana bos, lo denger pertanyaan gue tadikan?" berharap ada harapan bagus keluar dari mulut Ghara. Dan..."Apaan?" tanya Ghara datar menatap Bara.
"Hah" cengo Bara
"Lo gak denger dari tadi gue ngomong Ghar, gak tahu apa dari tadi gue ama Raka berantem?" tanya beruntun Bara.
"Kagak" jawab Ghara.
"What the fuck!" umpat Bara."Udahlah tidak pernah betul kalo ngomong ama kutub utara" sungutnya kesal tak ada yang menghiraukan ucapannya tadi.
Seakan tak punya telinga Ghara tak menghiraukan ucapan temannya. Sedangkan Raka tak peduli mendengar keluhan Bara tadi, namun karena ada hal penting juga dia menatap ke arah Ghara.
✨
"Ngomong-ngomong dimana Wakil lo bos?" Raka bertanya, karena sejak tadi dia tidak melihat orang selain mereka bertiga.
Ghara yang mendengar pertanyaan sahabatnya itu, seketika terdiam. Ia juga bingung dan tidak tahu dimana keberadaan Wakilnya.
Dan dia hanya bisa menghendikan kedua bahunya dan terfokus melanjutkan kegiatannya tadi. Sedangkan Raka yang menunggu jawaban dari pertanyaannya tadi memandang cengo ke arah Ghara.
"Lah lo kagak tahu emangnya tadi habis dari panggung pada turun barengankan?" tanyanya lagi seakan tak puas jawaban yang tadi.
"..." Ghara tetap diam.
"Ghar?" suara Raka.
"..." Ghara tetap diam tak peduli dengan wajah Raka yang kesal."Ghara!" bukan Raka tapi seorang gadis berperawakan tinggi dan berisi namun pas untuk bodygoals nya.
"Ada apa?" jawabnya dan menatap seorang gadis yang menjadi Wakilnya.
"Yeh giliran cewek yang manggil gercep amat, lah giliran gue yang manggil, reaksinya seakan telinga budek" gerutu Raka tidak terima.
Dan Ghara tidak peduli, atensinya hanya pada gadis didepannya."Ada masalah" dan mengisyaratkan bola matanya untuk menyuruh kedua temannya itu keluar.
"Kalian keluarlah!" perintah nya tanpa memandang keduanya.
"Hem baiklah" jawab keduanya seakan mengerti suasana penting, dan berlalu pergi."Katakan" setelah Graey gadis itu duduk didepannya.
"Saya-"Kamis, 20 Mei 2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHY END ?
Teen FictionAkhirnya? Kenapa? What? Kenapa Akhirnya? Because, why don't end. Segelintir ingatan muncul disaat-saat seperti ini, walau tak tepat waktu namun membuat efek yang sangat kentara terasa oleh diri ini. Tak disangka meski dalam suasana seperti ini, sa...