Part. 1

10 3 1
                                    

Ara masih berada di sekolah padahal bel pulang sudah berbunyi dari tadi. Ia mengeluarkan smartphone-nya dari kantong seragam nya.

Ayah
Kak, kamu pulang naik grab aja ya. Pak Amir gak bisa jemput. Ayah juga masih sibuk di kantor.

Ara menghembuskan nafasnya. "Udah biasa." Ucapnya entah pada siapa.

"Apa yang biasa?" Tanya seseorang yang tiba-tiba muncul, membuat Ara terperanjat kaget.

"Allahuakbar!!" Ucapnya sambil menutup mata.

Aksa terkekeh melihat tingkah gadis itu. "Masih sore gak bakal ada setan." Ucapnya.

"Ya ampun kak Aksa ngagetin aja, gimana kalau jantung Ara copot? Nanti kak Aksa jomblo seumur hidup, mau?" Ucapnya sembarangan.

"Gak ada hubungannya jantung lo copot sama gue jadi jomblo seumur hidup." Ujar Aksa

"Ada kak, kan Ara jodoh kak Aksa, kalau Ara meninggal kak Aksa jadi gak punya jodoh." Jawabnya.

"Makin sore lo makin ngaco aja ya." Aksa menjeda ucapannya seperti mengingat sesuatu. "Lo ngapain masih di sekolah? Mau jadi penghuni Dirgantara High School?" Sambungnya.

"Nunggu yang jemput tapi gak ada." Jawabannya sambil menggembungkan pipi chubby nya.

"Ya udah ayo!" Ajak Aksa, sambil berjalan mendahului Ara.

"Ayo kemana?" Ara masih mematung di tempatnya.

"Lo mau gue anter balik ngga?" Tanya Aksa

"Eh, i-iya iya." Jawabannya sambil mengejar Aksa yang sudah terlebih dahulu menuju parkiran mobil.

Seorang Nayyara Arunika Lexandria masih tidak menyangka bisa dekat dengan Aksa Lazuardi orang yang menurut Ara sudah mendekati kata sempurna, dia pintar, memiliki paras yang rupawan, hidup dengan mewah dan tak ada satupun yang kurang.

Ara teringat pertemuan tak disangkanya dengan Aksa, kalau diceritakan pasti akan membuat keduanya tertawa.

Sore itu Ara yang sangat kacau sedang menangis di rooftop Dirgantara High School, ia berdiri ditepi rooftop, semilir angin menyapu wajahnya.
"Bundaa Nayya kangen bunda!!" Teriaknya

"Ayah udah gak sayang Nayya." Lirihnya

"Nayya capek bunda." Ucapnya disela-sela isak tangisnya.

Tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh seseorang dari arah belakang.

Brughh

Tubuh kecil Ara direngkuh oleh tangan kekar yang tadi menariknya.

"Gue tau lo capek, gue tau dunia gak adil sama lo tapi asal lo tau dengan lo bunuh diri gak bakal nyelesain masalah, lo harus pikirin orang-orang yang sayang sama lo." Ucapnya sambil memeluk Ara.

Seketika tawanya langsung pecah saat mendengar perkataan Aksa.

"Gue emang banyak masalah tapi ngga kepikiran buat bunuh diri." Jawabnya sambil terus tertawa.

Lucu juga ya ternyata seorang Aksa Lazuardi bisa sepeduli itu sama orang.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri? Ini udah nyampe." Kata Aksa memecah lamunan Ara.

"Eh udah nyampe? Hehe maaf gak sengaja inget satu tahun yang lalu." Jawabannya sambil cengengesan.

"Udah masuk sana!" Suruh Aksa.

"Makasih kakak ganteng." Ara turun dari mobil milik Aksa. Sepeninggalan Ara, Aksa tersenyum didalam mobilnya memperhatikan gadis mungil itu memasuki pekarangan rumahnya.

Baik Aksa maupun Ara keduanya sama-sama merasakan perasaan yang sama. Tapi keduanya juga memiliki prinsip yang tak bisa dilanggar.

🍁🍁🍁

Pagi ini, gadis berambut cokelat itu meneruni tiap anak tangga satu persatu dengan mata yang masih mengantuk.

Ayahnya sudah berangkat keluar kota dini hari tadi, jadi ia tak perlu repot-repot untuk berpura-pura menjadi baik kepada ibu tiri dan adik tirinya.

Ia malas sekali melihat ibu dan adik tirinya yang sedang menyantap sarapan yang sudah Bik Inah sediakan. Ia berniat untuk langsung pergi ke sekolah, namun Bik Inah memintanya untuk meminum susu yang sudah dibuatnya. Setelah minum susu Ara langsung berpamitan dan meminta pak Amir untuk mengantarkan nya.

"Ara!!" Panggil Sarah.
Ara tak menghiraukan panggilan Sarah. Ara mendengar Bianca merengek pada Sarah meminta untuk pak Amir mengantarkan Bianca terlebih dahulu.

"Ayo Ma, bilang sama Ara biar Bi yang duluan berangkat, Bi ada rapat anggota cheers hari ini." Ucap Bianca.

Ara yang mendengar itu segera berbalik menghampiri Bianca. "Kemarin gue udah ngalah ya sama lo, hari ini gantian biar gue yang dianter pak Amir." Kata Ara penuh penekanan.

"Tapikan–" belum sempat Bianca menyelesaikan ucapannya Ara sudah berlalu pergi meninggalkannya.

"Argh! Awas aja ya lo Ra gue aduin ke Papa." Teriak Bianca

"Itu Ayah gue! Bukan papa lo!" Jawab Ara dari luar.

Ya itu hanyalah sebuah contoh keributan kecil yang sering terjadi dirumahnya. Ara sudah biasa menghadapi dua wanita ular itu.

"Satu yang gak bakal kalian dapatkan dari seorang Nayyara Arunika, yaitu sebuah kehormatan." Ucap Ara dalam hati.

🍁🍁🍁

Kim Sejeong
as
Nayyara Arunika Lexandria

 Yeayyyy!!!Semoga kalian suka❤️Jangan lupa vote ya!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yeayyyy!!!
Semoga kalian suka❤️
Jangan lupa vote ya!!

Salam sayang,

Nrrls

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang