1. I

456 53 9
                                    

Apa yang kalian bayangkan akhir dari hubungan yang baik dan sehat, yang sudah terjalin selama lima tahun lamanya.

Pernikahan?

Atau perpisahan?

Bahagia tentunya, terlebih mereka akan melangsungkan pernikahan mereka dua minggu lagi.

Namun itu semua tidak berlaku bagi perempuan berambut sebahu yang kini tengah memeluk boneka kelinci besar dengan eratnya.

"Ma, Mas Jeffry lagi lembur di kantor kan Ma?!" Tanyanya yang entah sudah ke berapa kalinya.

"Nara sayang, jangan gini." Sang Mama - wina- mengusap sayang punggung Naura.

"Hisk- Mama jangan bohongin Nara. Hiks Mas Jeff janji hiks mau nikahin Nara kan Ma?!" Racauannya semakin menjadi.

Beberapa keluarga yang menyimak di depan kamar Naura pun tanpa tersadar meneteskan air mata, mereka turut merasakan sakit mendengar racauan Naura.

"Naura?"

Mendegar namanya terpanggil, Naura mengangkat wajahnya. "Bubu hiks Mas Jeff masih di jalan kan mau pulang?" Naura langsung memeluk, Bunda Jeffery erat. Air matanya semakin menderas.

"Yang sabar ya, Nak. Jeffry udah tenang di sana."

"Hiks Bubu! Mas Jeffry Masih hidup! masih kerja! Mas Jeff janji mau nikahin Nara!" Naura histeris, ia menjambak dan mengacak acak rambutnya.

"Naura Jangan gini!" Sang Bubu berusaha menahan tangan Naura agar berhenti menyakiti dirinya sendiri, namun justru terjatuh karena Naura mendorongnya.

"KALIAN SEMUA JAHAT SAMA MAS JEFF hiks!" Naura berteriak keras pada Bubu dan Mamanya.

"NAURA SADAR JEFFRY SUDAH NGGAK ADA!" Akhirnya Mama Wina kelepasan berteriak pada Naura.

Ajaib, seketika Naura diam. Ia mendudukan dirinya di lantai kamar Jeffry, melihat sekelilingnya dengan senyuman mirisnya.

Kemudian ia menundukkan kepalanya, menatap jari manis kanannya yang terdapat cincin lamaran dari sang kekasih, yang kini sudah tiada.

"Jadi bener ya Bu, kalo Mas Jeff udah nggak ada? Naura pengen nyusul Mas Jeff aja yah kalo gitu," Lirihnya.

Kedua wanita paruh baya itu bungkam, terlebih Mama Wina yang merasa salah bicara, mereka panik, namun harus terlihat tenang di depan Naura.

Brak!

Naura langsung bangkit dan mengambil pisau buah yang tergeletak di atas nakas.

"NARA!" Teriak mereka refleks.

Naura tertawa melihat wajah khawatir di hadapannya.

"Nara mau mati aja, Ma," Ucapnya gamblang, dengan senyum lebarnya.

"Na jangan-NAURA!" Mereka langsung menghampiri Naura.

Terlambat, pisau tersebut sudah melukai pergelangan tangan Naura.

"Naura mau ketemu Mas Jeff Ma," Lirihnya sebelum matanya terperjam, Naura memang selemah itu jika berhubungan dengan darah.

"JERRYY!" Teriak Bubu memanggil si bungsu yang sejak tadi berjaga di depan kamar.

Mendegar teriakan Sang Bubu Jerry langsung memasuki kamar Abangnya.

"Astaga!" Jerry langsung membuka kemejanya dan mengikatkannya di pergelangan tangan Naura, menahan agar pendarahannya tidak semakin menderas dan membawanya ke rumah sakit.

Mama Naura turut tak sadarkan diri setelah berberapa saat Jerry mengambil Naura dari pangkuanya.

Berikut Bubunya yang menjadi lemas tak berdaya, namun masih sempat di tahan oleh suaminya.

Berakhir dengan Jerry dan Chandra yang membawanya ke rumah sakit terdekat.

■❀■

Jerry hanya menatap kaki kaki yang berlalu lalang di hadapannya dengan pandangan kosong.

Pikirannya melayang pada kejadian tadi pagi saat dirinya baru sampai dikota kelahirannya, di jemput sang Abang yang akan menikah dua minggu lagi - Jeffryan.

Namun nahasnya, saat mereka berhenti untuk Jerry membeli kopi di minimarket, tiba tiba truk besar oleng karena rem blong, menghantam beberapa mobil termasuk mobil Jeffry yang sedang parkir di pinggir Jalan, sengaja ia tidak memarkir mobilnya ke dalam karena buru buru.

Mendengar suara benturan keras Jerry langsung berlari keluar, namun yang ia lihat justru sebuah truk gandeng yang beberapa mobil lainnya sudah ringsek termasuk mobil milik abangnya.

"Bang!" Jerry langsung berlari mendekati mobil sang Abang.

Namun beberapa, orang menghadangnya agar tidak mendekat.

"WOI SELAMATIN ABANG GUE!" Jerry berteriak histeris.

Hingga beberapa menit kemudian tim medis dan juga polisi datang untuk mengevakuasi.

Beberapa saat kemudian tim medis memberitahukan bahwa Jeffry meninggal di tempat.

Entah apa yang terjadi setelahnya, yang Jerry rasakan hanya gelap dan tubuhnya tak bertenaga sama sekali.

"Kak." Chandra menepuk punggung Jerry, seketika kesadarannya kembali.

"Kenapa Chan?" Jerry menatap adik bungsunya bingung.

"Lo udah makan?" Tanya Chandra hati hati, ia sudah tau jika Kakaknya ini belum memakan apapun sejak pagi, pasalnya sejak ia bertemu dengan Jerry tadi siang hingga saat ini, ia belum melihat Jerry makan atau pun minum sekalipun.

"Ntaran deh, nungguin kabar Naura dulu masih belum keluar juga dokternya."

Chandra menganggukkan kepalanya, ia tidak ingin memperpanjang lagi. Menghemat energi Kakaknya. Memang saat ada sesuatu seperti saat ini seolah kita tidak memiliki rasa lelah, lapar dan haus. Semua akan terasa setelahnya.

Oleh karenanya hanya bisa lebih memperhatikan Kakaknya, takut jika ia kembali tumbang seperti tadi pagi.

🍀💙🍀

Demi kebaikan bersama Naura di minta untuk rawat di rumah sakit terlebih dahulu, Naura sempat kehilangan banyak darah, ditambah dia juga mengalami dehidrasi.

Di depan ruang rawat terdapat Jerry, Chandra dan Ayah Naura yang menunggu di luar.

Di dalam ruang rawat Naura, ada Mama Naura, Bubu Tyara dan Daddy Jay yang sedang melihat kondisi Naura.

Naura masih lah terlelap karena pengaruh obat yang di taroh di dalam infusnya.

Tak lama kemudian pintu ruang rawat Naura terbuka, Bubu Tyara dan Daddy Jay keluar.

Baru saja Bubu mendudukan dirinya di kursi, Jerry langsung memeluk perut Bubunya, kebiasaannya sejak kecil.

"Jerry?" Bubu mengelus rambut Jerry pelan, ia hafal kebiasaan Jerry saat takut, selalu memeluk perutnya.

"Iya Bu?" Jawabnya sambil menenggelamkan kepalanya ke perut hangat Bubunya.

"Bubu boleh minta tolong ga?"

"Apa, Bu?"

"Menikah yah dengan Naura."

"Hah?" Jerry mengangkat kepalanya menatap Bubunya, memastikan apa yang ia dengar tidak salah.

"Tolong jagain Naura."

"Mama cuma percaya kamu yang bisa jaga Naura, dan Naura kesayangan abang Kamu."

Bubu menyelami manik Jerry yang menatapnya dalam.

"Tolong ya Jerry, menikah dengan Naura."

Untuk sesaat Jerry terdiam, matanya ia pejamkan, dan kembali membenamkan wajahnya pada perut Bubu, tempat ia berada dahulu.

Sebenarnya bukan hanya Jerry yang kaget, namun orang orang yang mendengar percakapan mereka pun sama sama kagetnya.

Tebece

Fyuh, berat si rasanya nulis beginian🤧

Strawberry Cake🥢Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang