-- 01. Keputusan --

46 8 7
                                    

Tinggalkan jejakmu dengan menekan bintang!🌟

Happy reading!

"Selamat pagiii, Bunda cantik." Kana memeluk Aisha dari samping. Aisha yang tengah menyiapkan sarapan di atas meja, berdecak kesal.

"Pagi, sayang. Acara meluk-meluknya nanti aja, ya. Bunda mau siapin sarapan dulu."

Kana mengerucutkan bibir, cemberut. Namun, hanya sesaat. Bel depan rumah berbunyi membuat Kana tersenyum nyaris tertawa.

"Calon mantu Bunda udah dateng, Kana mau bukain pintu dulu!"

Aisha geleng-geleng kepala. Tertawa kecil menyaksikan tingkah anak gadisnya yang tak lama lagi menginjak usia tujuh belas tahun.

Sesampai di depan pintu, Kana menarik nafas, mengembuskannya perlahan. Ia membuka pintu disertai rasa gugup bukan main. Sampai daun pintu terbuka sepenuhnya, menampilkan sosok yang tengah berdiri tegap dengan senyum memikat.

"Se-selamat pagi calon menantu bunda." Astaga jodoh gue kok ganteng banget, sih?!

Kana berusaha menetralkan degup jantungnya, tak lupa memasang senyum, agar tidak terlihat bego-bego amat di depan orang ganteng.

"Selamat pagi, sayang," ucap Austin lembut. Mengacak-acak rambut Kana, membuat sang empu mendadak membeku.

Namun, hanya beberapa detik. Detik selanjutnya gadis itu memelotot kesal, Austin tertawa keras. Rambut yang sudah Kana tata rapi sedari subuh, kini teracak-acak tak karuan.

Austin merangkul bahu Kana, membawanya masuk menuju ruang makan, dengan tawa yang tak kunjung hilang dari bibirnya.

"Kamu acak-acakan kayak gembel pun, aku tetep sayang," kekeh Austin.

Ini gombalan, tapi nada suaranya, kok ... seperti ngeledek?

"Blacklist aja nama Austin dari calon menantu, Bunnn!" seru Kana, membalas perlakuan Austin.

Kali ini giliran Austin yang memelotot kesal, ia cepat membekap mulut Kana, karena gadis itu hendak berteriak lagi.

"Nggak bisa, Kana! Austin itu calon menantu idaman Bunda!"

Seruan Aisha dari arah dapur disambut dengan wajah lempeng Kana, disusul tawa penuh kemenangan dari Austin.

🍁🌿🍁🌿

Setelah Austin pulang sore tadi, Kana masuk ke kamar. Merebahkan diri di kasur King Size-nya.

Matanya menjelajahi penjuru kamar yang bernuansa biru muda. Sampai matanya jatuh pada satu laci yang ia kunci rapat.

Kana bangun. Ia membuka kunci laci. Mengambil kotak kecil berwarna coklat gelap. Lama ia menatap tanpa berniat membuka kotak itu.

Kana menarik nafas, lalu menghembuskan perlahan. Pelan-pelan ia membuka kotak kecil itu dengan mata berkaca-kaca. Hatinya terasa remuk bercampur rindu yang membuncah. Mutiara bening meluncur deras.

Kana menutup kotak, tak kuasa lagi ia menatap foto seseorang yang pernah menjadi pelangi di masa kecilnya.

"Tunggu gue Chel ... gue bakal cari keberadaan lo. Kalau memang lo beneran masih ada di dunia, gue harap bisa meluk lo sekali lagi."

Kana menghapus jejak air mata saat ketukan halus dari daun pintu kamar menginterupsinya.

"Sayang ...,"

"Masuk aja, Bun." Cepat Kana menyimpan kotak kecil tadi ketempat semula, lantas mengunci laci saat pintu kamar terbuka. Menampilkan sosok bundanya yang tersenyum hangat.

"Kamu gak apa-apa, kan? Habis Austin pulang tadi, Bunda lihat kamu murung waktu masuk kamar." Aisha mendekat, lantas menatap lekat putri semata wayangnya.

Kana menarik senyum. Menggelengkan kepalanya pelan.

"Nggak pa-pa kok, Bun. Kana cuman ... kangen aja sama Chel," lirih gadis itu.

Aisha tersenyum penuh arti. Menarik Kana kedalam dekapan hangatnya.

"Bunda setuju, kan, dengan keputusan Kana kemarin?" tanya Kana pelan, ia takut bundanya berubah pikiran dan tidak mengizinkannya pindah ke SMA Langit.

Aisha hanya mengelus rambut putrinya, tanpa berniat menjawab pertanyaan Kana.

Sejujurnya ia sangat khawatir. Ia takut dan gelisah. Namun, sebisa mungkin ia meredam perasaannya. Mencoba tidak berpikir yang tidak-tidak. Aisha tidak ingin Kana kecewa.

"Bun ... Bunda gak setuju, ya?" Kana mengurai pelukan. Menatap lekat wanita nomor satu di hatinya.

Aisha tersenyum. "Bunda setuju, sayang. Tapi ... kamu harus selalu berhati-hati, ya. Bunda nggak mau putri satu-satunya Bunda kenapa-napa. Selain kamu, Bunda nggak punya siapa-siapa lagi setelah kepergian Ayah kamu lima tahun yang lalu." Senyum Aisha berubah menjadi isakan sendu.

"Kana selalu inget pesan Bunda. Bunda jangan terlalu khawatir, Kana bakal jaga diri sebaik mungkin," lirih Kana.

Aisha mengangguk lemah. Kana menghapus jejak mutiara bening di sudut mata Sang Bunda.

"Bentar lagi jam makan malem, Bunda turun ya. Kamu jangan kelamaan di kamar." Aisha mengusap rambut putrinya, lantas keluar dan menutup pintu kamar.

Kana menarik nafas dan mengembuskannya perlahan. Pilihannya semakin mantap. Lusa ia  akan pindah ke SMA Langit. Untuk besok, ia akan mengurus surat pindah bersama Aisha. Tidak lupa  berpamitan dulu pada teman-temannya di SMA Matahari.

"Tunggu gue Chel ...,"

"Gue bakal cari di manapun keberadaan lo ...."

🍁🍁🍁

Karya pertama Saa Pii

Jangan lupa tinggalin jejak komennya juga! 💬

Kalo ada typo, bilang yaw xixi

Lup u ♥️

KANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang