Ramadhan yang Sama

12 1 0
                                    

Idul Fitri dua tahun ini pasti terasa berbeda dari sebelumnya.

Ranti tahu satu hal bahwa memang waktu terus berjalan dan situasi pastinya berubah-ubah. Tetapi, kalau boleh meminta, perempuan itu ingin bermain sebentar dengan kenangan lamanya.

Idul Fitri 10 tahun lalu, di sore hari raganya kecewa pada energi yang sudah menipis padahal buka puasa masih 2 jam lagi.

"Sayang kalau batal," ujarnya yang kala itu masih berusia 10 tahun.

Siaran TV tidak membuatnya bersemangat karena tidak ada orang yang menemaninya menonton, bunda dan ayah masih bekerja.

Ranti pulang sekolah pukul 1 dan tidak ada yang menyambutnya.

Tidur siang? Sudah. Menonton TV? Bosan. Saat itu belum punya gawai juga tidak punya hobi di rumah.

Tiba-tiba saja jeritan beberapa anak mengagetkannya yang melamun di atas kursi ruang tamu. Langkah kecilnya membawa raga di ambang pintu.

"Siapa?" tanyanya.

Senyuman manis tergambar di wajahnya saat Lily dan Farina melambaikan tangan di depan pagar rumahnya.

"Ayo main," ajak salah satu dari mereka.

Ranti menimbang sebentar, "Apa nggak capek? Kan puasa..." tanyanya pada mereka. Yang satu menggeleng. "Enggaklah! Masa udah gede nggak kuat puasa?"

Ranti merasa tertantang.

Kemudian, ia kembali ke dalam rumah dan mematikan TV yang tadi menyala. Ia menutup pintu dan mengambil sendal di rak.

"Mau main apa?" tanyanya tiba-tiba bersemangat.

"Ayo ke masjid dulu!" Keduanya menuntun gadis sebaya mereka ke halaman masjid yang berjarak beberapa ratus meter.

Di perjalanan Lily bertanya "Ibu kamu masak apa?"

"Ketupat!" Farina menjawab, sedangkan Ranti terbingung, "Aku nggak lihat ada makanan di meja..." lirih gadis itu.

Lily dan Farina membulatkan bibirnya agak paham bahwa hanya ibu Ranti lah yang bekerja, ibu mereka kerjanya di rumah.

Percakapan singkat itu berakhir di depan masjid yang ternyata sudah dipenuhi beberapa pedagang es cendol, es buah, dan gorengan.

Ranti menahan nafsu diam-diam takut terlihat kelaparan. Padahal, siapa sih yang enggak ngiler?

Di lain sisi ada beberapa anak yang sudah berkumpul seperti menyiapkan strategi.

"Kamu jangan lempar jauh-jauh!" kata salah satu anak yang diketahui bernama Nardi, yang dinasehati hanya tertawa dan mengangguk "iyaaa"

Di depan mereka ada sendal yang tersusun seperti menara. Ranti tahu mereka akan bermain kejar-kejaran barang kelompok siapa yang sanggup mengenai menara sandal itu.

"Sini Ranti, Lily, Farina!" ajak salah satu dari mereka.

Mereka semua pun berkumpul. Teman kelompok dan lawan ditentukan oleh hompimpah.

Ranti senang Ia bisa satu kelompok dengan Lily dan Farina, kebetulan apa ini?

Kelompok Ranti mulai pertama, namun tidak ada satupun yang mengenai menara.

"Kejauhan sendalnya! Ulang, lah!"

Keributan pun mulai dan pada akhirnya mereka tidak diperbolehkan mengulang melempar sandal.

Raut wajah yang murung-murung itu semakin kecut begitu kelompok lawan mengenai sasaran.

Tapi, saat mereka bermain kejar-kejaran, rasa iri karena tidak bisa menjatuhkan menara sendal terganti dengan rasa asyik yang berkobar saat mereka harus melempar sandal mengenai lawan.

"Hahaha! sini kenain aku kalau bisa!!" ejekan yang menjadi motivasi itu terus-terusan dilontarkan dan semua Bermain dengan riang gembira, sampai akhirnya audio mengaji dari masjid berkumandang.

"Eh, bentar lagi buka!"

Kemudian satu persatu mulai pulang ke rumah. Ranti paham, orang tua mereka menunggu mereka pulang di rumah, sedangkan Ranti di depan masjid menunggu orang tuanya untuk pulang.

Mobil hitam berhenti dan kaca jendela yang menghadap Ranti perlahan turun.

"Kamu ngapain, Nak? Ayo pulang."

Ranti tersenyum melihat orang tuanya di dalam mobil kemudian berlari kecil untuk ikut masuk ke dalamnya.

Sore itu Ranti menyadari bahwa ia dan semua temannya mempunyai kisah kehidupan berpuasa yang berbeda, tapi ia tahu mereka merasakan kebahagiaan yang sama.

Kilas balik yang sebentar, namun mampu membuat Ranti senyam-senyum saat mengingatnya.

Kenangan lama yang murni terjadi setahun sekali. Itulah yang membuat orang orang takjub akan nikmatnya bulan idul fitri.

Tahun ini, mungkin berbeda, namun kita harus membuat kenangan manis yang sama semanis tahun-tahun sebelumnya. Untuk semuanya, Ranti berharap agar kita diperbolehkan bertemu idul fitri untuk tahun-tahun kedepannya.

Terimakasih telah membaca ceritanya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ramadhan 2021 (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang