Introduction - Kara Corta

6 1 0
                                    

Cafe, 15.00

Dua orang gadis duduk bersebelahan tampa bicara satu sama lain, bahkan mereka belum menyentuh minuman yang mereka pesan sampai gelas dipenuhi embun. Gadis 1 berkali-kali melihat ponselnya seperti menunggu notifikasi penting, dan gadis 2 terus saja menatap pintu cafe menunggu seseorang masuk.

"Dia sudah sampai"
"Lin, kita beda sekolah, mana bisa?"
"Temanku pernah sama dia, kita percaya aja",

Gadis berambut pendek dan bewarna coklat sebahu masuk dengan tampilan casual, dia tersenyum melihat ada 2 gadis yang menunggunya, dan langsung saja ia menghampiri mejanya,

"Menunggu lama?"
"20 menit"
"Maafkan aku, boleh aku pesan minuman dulu?"
"Silakan, cepat kembali kita akan bicara to the point saja"
"Bersikaplah sopan sedikit jika ingin meminta bantuan, tuan putri"

Gadis 3 berjalan menuju order place, memesan yang dia inginkan dan kembali ke tempat duduknya,

"Bisa kita mulai, Kara?"
"Apa yang kalian inginkan?"
"Ayahku akan membatalkan liburan ke Swiss jika melihat nilai ini, ganti dengan nilai bagus, format harus sama persis dengab sekolahku"

Kara tersenyum padanya, lalu menopang dagu dan memperhatikan Gadis 1 dengan seksama, setelah selesai memperhatikannya, ia lalu menatap Gadis 2,

"Apa yang kamu inginkan?"
"Aku hanya ingin kamu merubah nilai seni lukis, ayahku seorang seniman pasti syok jika melihat ini,"

Kara menyandarkan punggungnya ke kursi, lalu tersenyum pada Gadis 2,

"Anak baik pasti tidak mau membuat orang tuanya sedih kan,"

Pelayan datang dengan membawa greentea latte pesanan Kara, menaruhnya dimeja dan pergi. Kara mengambil gelasnya dan meminum sedikit greentea latte yang dia pesan, dan kembali ke topik obrolan ini,

"Aku akan mengirimkan hasilnya besok pagi jam 7 ke email kalian, kalian bisa cetak sendiri hasilnya, bisa kulihat kertas ujian kalian?, hanya ingin memastikan kertas apa yang mereka pakai,"

Gadis 1 dan gadis 2 menyerahkan nilai rapot mereka kepada Kara, lalu dia melihat rapot gadis 2 terlebih dahulu,

"Nilaimu hanya jelek di seni lukis, apa sebenarnya yang kamu suka?,"
"Aku suka musik"
"Nilaimu memang tinggi dimusik, kenapa tidak membicarakannya ke orang tua?"
"Aku tau ayahku akan menamparku jika aku tidak bisa melukis"
"Hanya ditampar kan?"

Gadis 2 tampak menatap Kara dengan tidak enak, Kara yang menyadari itu kembali tersenyum padanya,

"Aku akan membantumu, berikan aku 500 ribu dimuka"

Gadis 2 dengan muka ragu, memberikan uang 500 ribu pada Kara yang terus tersenyum padanya. Kara menghitung uang yang diberikan padanya, lalu berganti ia menatap gadis 1 dan melihat rapotnya

"pfft.."
"Apa yang kamu ketawain?" tanya gadis 1 dengan sedikit emosi,
"Nilaimu benar-benar jelek, sangat masuk akal jika tiket ke Swissmu melayang sia-sia, pesawatmu juga tidak ingin dinaiki orang dengan nilai merah disetiap pelajaran seperti ini, hahaha"
"APA MAKSUDMU???" gadis 1 yang emosi ditahan oleh gadis 2 yang ada disebelahnya,

"Mulai sekarang, kamu harus belajar mengontrol emosi"
"Kamu dapet uang buat manipulasi ini, bukan buat ngehina orang"
"Ada peraturan dimana aku berhak menolak permintaan seseorang, apa aku pakai sekarang?"
"Berapa yang kamu mau?"
"2 juta"

Gadis 1 sangat terkejut mendengar nominal yang diberi oleh Kara, dia bahkan siap mencaci-maki Kara didepan umum,

"Bukannya kamu cukup kaya untuk membayar 2 juta?, sangat murah bukan?, kamu juga bisa berlibur ke Swiss hanya dengan 2 juta, masuk akal?"
"Baiklah,"

Gadis 1 mengeluarkan ponselnya dan membuka Mobile Banking, mentransfer sejumlah uang yabg diminta oleh Kara,

"Aku sudah pernah memberimu nomor rekeningku bukan?"
"Sudah ku transfer"
"Bagus, sama seperti dia aku akan mengirimkan lewat email jam 7, jika lewat 1 menit kamu bisa komplain, dan kalian biaa cetak sendiri, untuk kertasnya..."

Pembicaraan mereka di sela oleh pelayan yang tiba-tiba datang membawa donat dengan toping buah diatasnya,

"Siapa yang memesan?",
"Ini untuk kakak berambut coklat, dari kakak yang ada disana", sambil menujuk seorang laki-laki dibalik kaca cafe. Kara melihatnya dan mereka saling menatap dan tersenyum,

"Sepertinya kamu mengundang hawa nafsu laki-laki, Kara" gadis 1 memandang Kara seakan-akan dia memang penggoda,

"Aku memang sangat menarik dalam segi fisik dan sangat cerdik dari segi otak, izinkan aku membalasnya terlebih dahulu,"

Kara kembali memiringkan kepalanya lalu menatap lagi laki-laki itu, dia mengisyaratkan bahwa ada sesuatu di atas piring donatnya, Kara yang menangkap pesan itu langsung mengambil dan membaca pesannya,

Halo, boleh aku tau akun instagrammu?, mungkin kita bisa berteman,

melihat pesan menggelikan itu Kara tertawa lalu kembali menatap laki-laki itu sambil menaruh kertas itu diatas donat dan mendorong piringnya kedepan,

"Maaf," wajah laki-laki itu memperlihatkan muka kecewa lalu kembali berbincang dengan temannya,

"Sudah, lanjutkan saja"
"Baiklah, aku juga nggak bisa lama-lama sama kalian. Aku akan kirim filenya, kertas yang digunakan hanya hvs biasa dan samakan saja ukurannya, ini ku kembalikan rapot kalian  lain kali belajar yang rajin agar aku bisa tiduran dirumah, sampai jumpa," tanpa menunggu respon dari kedua gadis itu, Kara langsung pergi meninggalkan lokasi. Sesampainya di depan mobilnya, Kara dikejutkan dengan sosok laki-laki yang menarik tangannya memintanya untuk berhenti,

"Maaf, maaf banget, sakit ya?, gue nggak maksud gitu"
"Kenapa?"
"Em, gue yang tadi kasih lo donat, sorry ya kalo gue ganggu, gue nggak tau kalau lo punya pacar"
"Aku nggak punya pacar"
"Tapi tadi lo..."

Kara tersenyum pada laki-laki yabg terlihat seumurannya itu,

"Aku tidak boleh menerima makanan ataupun minuman dari orang lain, maafkan aku membuat kamu salah paham,"
"Ah, begitu, kalau gitu, gue boleh tau akun instagram lo nggak?,"
"Berikan ponselmu,"

laki-laki itu memberikan ponselnya pada Kara, dan tersenyum sangat lebar karena berhasil membuat langkah pertemanan dengan Kara,

"Aku jarang menggubakan instagram, jadi jangan salah paham jika aku membalas lama,"

Kara memberikan ponsel itu kembali,

"Karacorta, ini namamu?"
"Bukannya semua orang pakai nama asli untuk akunnya?"
"Iya hehe, oh iya aku Ansel"
"Kara",

mereka berjabat tangan dan saling tersenyum dengan manisnya. Tapi, apa yang dipikirkan Kara tentang Ansel?, senyumnya tidak bisa ditebak.

@anselbeall_ started following you. 1s

Corta BeallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang