Surabaya, 20.15 WIB.
Senggang nya jalanan, derasnya hujan mengguyur kota Surabaya. Membuat seorang pemuda pria berusia 24 tahun itu harus berteduh di sebuah minimarket untuk menghangatkan tubuhnya, dan mengisi perutnya dengan makanan instan.
"Totalnya Rp. 35.000,- kak."
Ia mengeluarkan selembar Rp. 50.000,- lalu diberikan kepada seorang wanita penjaga kasir minimarket tersebut. Sembari menerima uang kembalian, tak lupa ia mengucapkan terimakasih lalu berbalik menuju bangku yang di sediakan tempat itu sambil membawa mie instan cup, dan minuman hangat di tangannya.
Ia menikmati makanan dengan sangat tenang, sampai ia menyadari bahwa ada seorang gadis muda duduk jongkok dengan keadaan basah kuyup. Pemuda itu menatap datar punggung gadis itu yang bergemetar, sambil menyesap minuman hangat nya.
Cukup lama pemuda itu menatap wanita itu, sampai pada saat hujan hanya tersisa rintikannya. Pemuda itu bangkit berdiri berjalan menuju gadis itu, dan disampirkannya jaket pemuda itu ke pundak gadis basah kuyup itu. Tanpa ada kata, pemuda itu langsung menaiki motor XRS nya lalu meninggalkan minimarket dan gadis itu.Ia mematikan alarm nya lalu terduduk diatas ranjangnya,
"Sudah pagi saja..." Ucapnya pelan. Dengan sigap ia bersiap-siap untuk menghadiri kelasnya, dan ia langsung berangkat.Ya, disinilah ia berkuliah. Kampus ternama yang tak asing di kota Surabaya.
"Selamat pagi kak Ash!" sapa junior kampusnya.
Pemuda itu bernama Cashel, dan biasa dipanggil Ash. Cashel Xavier Wren, indah bukan? Seindah artinya yaitu sebuah benteng penyelamat yang luar biasa. Tapi tak banyak orang yang tau bahwa Ash sangat membenci nama itu. Tunggu... kenapa namanya sangat ke barat-baratan? Ya itu karena ayahnya berdarah Amerika, sedangkan ibunya berdarah asli Indonesia. Sejak umur 7 tahun ia tinggal di Indonesia, karena pada saat itu ibunya dipindahkan lagi ke negara asalnya.Ash berjalan di menuju bangku favorit nya dibagian belakang, dan ia mengeluarkan beberapa catatan dan bukunya untuk membaca kembali rangkuman yang ia buat. Semester 5 ini membuat Ash makin serius untuk segera lulus.
"Selamat pagi, Mahasiswa!" Sapa dosen yang memasuki kelas.
"Selamat pagi pak!" Semua menjawab, tapi tidak dengan Ash. Cashel malah memperhatikan seorang wanita muda yang berada di sebelah dosennya itu.
"Ya, seperti yang kalian lihat. Dikelas kita kedatangan salah satu mahasiswa pertukaran dari kampus negeri di Jakarta, untuk selebihnya kalian bisa berkenalan setelah kelas berakhir." Dosen itu mempersilakan gadis itu duduk.
"Baik siapa yang mau mempresentasikan karya ilmiah?"Seusai kelas, Ash berjalan menuju ke Tata Usaha. "Selamat pagi, saya Cashel Wren, NIM 001099201, jurusan Manajemen."
"Cashel, pembayaranmu masih belum terselesaikan dari semester lalu."
"Begini bu, saya ingin mengajukan keringanan bi-."
"Maaf sekali, Ash. Tapi kau sudah semester 5, dan pengajuan itu sudah tidak berlaku lagi." putus orang itu.
"Apakah benar-benar tidak bisa?" Tanya Ash.
"Ya, Ash. Maaf sekali, dan ibu berharap untuk segera dilunaskan. Jika tidak, kemungkinan besar apa yang kamu persiapkan untuk skripsi nanti tidak diterima."
"Baik bu, terimakasih banyak."
Dengan berjalan pelan, ia mengusap wajahnya. Ash mengeluarkan ponsel nya dan segera menelpon seseorang.
"What's your problem? you don't know what time is it? aku ada urusan!"
"Aku tidak akan lama, kau apakan uang kuliah ku? kau memberikannya ke wanita jalang itu?" Dengan nada rendah Ash bertanya.
"Kenapa? you're gonna explode? aku sudah malas membiayaimu kuliah, little shit!"
"Okay, aku tidak akan pernah meminta lagi. Have fun, you trash." ucap Ash, sembari mematikan teleponnya.Cashel mempercepat langkahnya menuju parkiran, ia sudah tidak mood untuk mengikuti kelas selanjutnya. Segera ia mengenakan helm nya, dan ia menaiki motornya.
"Hei!" Seseorang menepuk pundaknya,
Ash menoleh hingga mendapati seorang gadis berdiri di sampingnya.
"Ini... dan terimakasih, walaupun sebenarnya aku tidak terlalu membutuhkannya." ucap gadis itu datar.
Gadis itu mengembalikan jaketnya. Ash mengerenyitkan dahi menatap gadis itu, sambil menerima jaketnya.
Saat gadis itu berbalik akan pergi, Ash menahan lengan gadis itu.
"Apakah itu sopan?" Ash bertanya dengan nada rendah.
Gadis itu menghela nafas panjang, lalu berbalik "Terimakasih!" gadis itu menekan kata, dan menghempaskan lengannya guna melepas cengkraman Ash. Segera gadis itu pergi dari hadapan Ash menuju ke mobil miliknya. Ash hanya menatap datar kepergian gadis itu.