Aku benar-benar benci malam ini, disaat yang lain sudah bisa bersantai dirumah dengan piyama yang siap menemani untuk menyelam dalam dunia mimpi. Sedangkan aku malah masih terjebak disini, diantara petakan kubikel dan cahaya komputer yang menyakiti mata.
Jujur saja ini bukan kali pertama dihidupku bermalam dikantor sendirian dengan hanya ditemani kopi hitam bermerek kapal. Tapi untuk malam ini aku benar-benar kelelahan seharian ini aku bahkan tidak sempat mendaratkan bokongku hanya untuk meminum secangkir kopi seperti biasanya, lantaran terlalu banyak revisian yang harus ku kerjakan.
Belum selesai aku mengumpat atas segala revisian yang tak kunjung selesai ini tiba-tiba saja dari arah kubikel sebelah kiriku terlontar sebuah pertanyaan yang ingin sekali kujawab dengan lemparan buku.
"Mbak nika gak pulang?" ujar salah satu juniorku yang tengah bersiap untuk pulang.
Sebenarnya pertanyaan seperti ini akan terdengar biasa saja kalau aku mendengarnya dalam mood yang baik, tapi jika aku dalam mood yang buruk maka aku akan menganggap pertanyaan seperti ini hanya basa-basi yang benar-benar basi, terdengar seperti mengolok-ngolokku karena belum pulang.
Silahkan hina aku, aku tahu ini terlalu berlebihan memang, tapi mau bagaimana lagi aku sudah terlanjur mendokrin diriku dengan sikap seperti itu dari awal mengenal dunia pekerjaan lantas apa boleh buat.
Tapi untuk saat ini dapat kupastikan moodku tidak akan baik-baik saja karena yang bertanya adalah ares, si anak baru paling menyebalkan di divisiku.
"Bukan enggak res, tapi belum masih ada beberapa bab yang harus mbak revisi lagi." ucapku seraya masih tetap fokus pada layar komputer yang kini dipenuhi dengan rentetan kata yang demi apapun benar-benar membuat kepalaku pusing dibuatnya.
"Enggak bisa besok aja apa?" tanyanya lagi.
"Gak bisa res, kalo bisa mah udah mbak tinggalin dari tadi ini masalahnya deadline-nya buat besok. Kamu mending pulang deh kalok bisanya ngerecokin mbak terus." Aku benar-benar lelah dengan pekerjaanku hingga melampiaskannya pada ares, masa bodoh aku harus cepat dan segera pulang. Soal meminta maaf besok saja aku fikirkan dan lagi ares juga bukan orang yang mudah dendam seperti haikal jadi gampanglah.
"Yeu yang mau ngerecokin mbak siapa sih? heran akutuh sama mbak orang mau berniat baik jugaan."
"Niat baik apaan res, niat baik apaan? Orang kerjaan mu seharian ngerecokin mulu" ujarku dengan nada yang kubuat setenang mungkin agar ares segera pulang. Ares adalah manusia paling menyebalkan dia gak bakalan pergi kalau korban kejahilannya berteriak kesal justru dia akan semakin menjadi dan berkata "lumayan buat simulasi nyiksa diri" bego? Emang dari sananya udah begitu.
"Udah malem loh mbak." ujarnya lagi yang kali ini membuatku bingung, masa iya seorang ares takut pulang sendiri batinku.
"Ya emang udah malem yang bilang pagi siapa? " tanyaku sambil menatap matanya, seraya menilik apa iya ares takut pulang sendirian.
Nihil mata takut apaan yang ada setan yang takut kalau-kalau jumpa dengannya. Jujur saja kalau dijabarkan kondisi ares saat ini gak jauh berbeda dengan gembel hanya saja versi lebih tampan dengan, baju kemeja kusut yang lengan bajunya sudah ia gulung sesukanya hingga siku, rambut acak-acakan dan jangan lupakan lingkar hitam yang ada disekitar matanya benar-benar terlihat seperti gembel bukan? Tapi ingat sekali lagi versi lebih tampan.
"Mau pulang bareng aja gak mbak?" sebentar aku gak salah dengerkan bahkan belum selesai aku menjabarkan seberapa gembelnya dia, si kunyuk satu ini malah ngajak pulang bareng, tumben banget monologku dalam hati.
"Gak usah banyak mikir deh mbak, lagian kostan mbak kan sebelahan sama rumahku." katanya yang jujur membuatku kesal. Kesal karena aku belum jawab mau atau enggak.
Sebenarnya aku tak masalah mau pulang sendiri atau tidak,toh biasanya juga selalu pulang sendiri, tapi karena ares adalah pemaksa dan semua permintaannya adalah mutlak maka apa boleh buat.
Tapi,kalau aku harus pulang dengan ares otomatis dia pasti harus menungguku yang tak tau kapan akan selesai mengingat tumpukan dateline yang benar-benar kejatuh tampo besok.
Jadi demi kenyamanan bersama lebih baik tawaran ares kutolak saja bukan? Dari pada dia harus ikut menungguku yang benar-benar lelet ini. Toh jika dia marah akan langsung membaik jika kuberikan sebungkus martabak depan komplek. kemutlakan seorang ares akan hilang hanya dengan sebungkus martabak benar-benar murah.
"Gak usah res, mbak pulang sendiri aja. Lagian kerjaan mbak masih banyak banget gak mungkin kamu nungguin mbak yang gak jelas kapan selesainya ini."Ucapku sambil menatap tepat di matanya.
"Gapapa kok mbak, lagian ares juga yang nawarin jadi mbak gak usah khawatir. Eh tapi mbak nika bawa jaket kan? Soalnya Ares naik motor mbak, nanti mbak Nika malah masuk angin lagi. "
"Res? Kamu gapapa?"
"Kenapa sih mbak? Ada yang aneh
emang? ""Ya kamu tumben banget sok baik gini"
"Mbak mending buruan deh gak usah banyak cingcong capek nih mau tidur"
"Heh! Udah dibilangin pulang duluan aja ngeyel, malah nyalahin mbak lagi"
"Iya-iya gak ada yang nyalahin buruan mbak ntar keburu pagi. Aku buat kopi dulu ya, mbak mau gak? Biar aku bikinin sekalian"
"Gak usah Res ini aja belom habis" ucapku seraya menatap jam yang sudah mununjukkan pukul satu kurang benar kata Ares sudah malam.
Aku benar-benar merasa takdir itu sangat lucu, dulu percakapan seperti ini sering bahkan sangat, hanya saja orang itu bukan Ares. Yang menjelma menjadi sosok menyebalkan itu bukan Ares, tapi dia orang pertama yang benar-benar membuatku percaya kalau cinta pertama memang harus menyakitkan.
Hai buat kalian semua yang udah mampir di cerita pertama aku jujur, aku gak tau nulis apa seadanya aja ini mah apa yang lewat diotak bener-bener spontan.
Dan lagi karena aku bukan editor terus ngambil latar pekerjaannya editor semisal ada yang salah tolong kasih tau aku ya. Aku nerima masukan kok apa aja.😉😀
Jadi kalau ada nemu kesalahan kata mohon banget, mohon banget ini mah maklumin aja ya soalnya aku masih amatiran banget.
Buat yang penasaran sama ares, nih dapet salam dari ares.
Renggana Ares Batara.
"Mumpung mbak nika masih lama, mending selfi dulu"😎*buat yang nanya haikal siapa, masih rahasia orangnya gak mau dipublis dulu.
Salam malam hari dari patrick
18.Mei. 2021
Ditulis dengan kecepatan cahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua pendar rasa
FanfictionDulu saat kamu bilang bahwa aku adalah teman terbaikmu jujur, aku senang sekali. Tapi untuk kali ini kenapa rasanya sesakit ini. Aku merasa menjadi perempuan paling menyedihkan. aku menyukaimu jujur bahkan sangat tapi, mengapa harus dia? Mengapa...