Part 01

12 2 1
                                    

Malam hari yang penuh kebahagiaan. Sorakan tawa dan canda menghiasi pesta pada saat itu. Kami tersenyum bahagia. Ayahku memberikanku hadiah mewah berupa ponsel baru di hari ulang tahunku. Aku sangat bahagia.

Dari kejauhan Meisha tersenyum ke arahku, ia menghampiriku dan tersenyum seraya berkata, "Selamat ulang tahun yang ke-17 wahai adik kesayanganku."

~Byurr!

Ia mendorongku ke kolam renang. Kini aku basah. Meisha tertawa nyaring, diikuti oleh para tamu undangan. Aku ikut tertawa dan bergeleng. Ah, kakakku sangat senang menjahiliku.

__

Aku menghampiri kakakku dan mama di ruang tengah yang sedang asyik menonton TV.

"Kak, apa hadiah kakak buat aku?" tanyaku dengan sedikit tersenyum.

Meisha tersenyum, ia berlari ke kamar untuk mengambil hadiah yang ia bungkus untukku.
Sementara itu, aku menagih hadiahku dari Mama, tapi Mama bilang, "Tunggu besok, akan ada hadiah yang istimewa buat kamu," ucapnya dengan senyuman.

"Tada!" Kak Meisha memberikan hadiah yang masih dibungkus dengan ukuran sedang. Aku begitu tidak sabar untuk membukanya. Ku berlari ke kamar dengan perasaan senang, bersiap untuk membukanya.

~Srek .... Kusobek bungkus kado, saat mengetahui isinya aku sangat terkaget. Aku begitu takut dan berteriak keras, membuat semua orang yang berada di dalam rumah kaget dan menghampiriku.

"Nek, aku sangat takut," ucapku dengan gemetar.

Nenekku langsung memelukku.

"Hei, siapa yang memberikan boneka ini kepada cucuku kesayanganku, hah?!"

Meisha kaget, "Ma-maafkan aku nenek, aku tidak tahu kalau Lilac takut sama boneka itu."

"Kan banyak boneka yang lebih bagus, yang menggemaskan. Kenapa kamu kasih boneka Anabel menyeramkan seperti?!"

"Menurutku itu lucu," ucap Meisha.

"Kau yang lucu! Sudah jelas Lilac takut dengan benda seperti itu."

"Sudahlah, Ibu ... lagi pula Meisha juga gak tau kalau Lilac takut dengan boneka itu."

"Kamu terus membela Meisha, dan gak pernah membela Lilac, karena Meisha anak kandung kamu!"

Mama tertunduk. Aku menenangkan nenekku, bahwa itu sudah tak menjadi masalah. Begitu juga Ayahku, menenangkan Nenek.

"Maafkan Meisha Ibu, kita baru kumpul satu bulan bersama. Jadi dia mungkin belum tau tentang apa yang disukai Lilac dan apa yang gak disukai Lilac." Ayah menenakan Nenek. Nenek hanya diam dan menatap sinis ke arah Meisha yang tertunduk sendu.

__

Keesokan pagi harinya, suara teriakkan dari Mama mengagetkan orang seisi rumah yaitu Nenek, Kak Meisha dan termasuk aku. Kami berlari menghampiri Mama yang berada di dalam kamarnya.

"Ibu! Mas Rendy gak sadarkan diri! Aku sudah membangunkannya, tapi dia gk bangun-bangun." Mama begitu panik.

Kami semua ikut panik, Nenek menyuruh seseorang untuk membawa Ayah ke rumah sakit.

__

Kami menunggu dari luar kamar pasien. Hingga Dokter keluar dari ruangan dan mengatakan bahwa nyawa Ayah tidak terselamatkan.

Hatiku hancur mendengar kabar itu, kami menangis. Aku menghampiri Ayahku yang sudah tak bernyawa lagi, mengatakan padanya bahwa aku belum siap kehilangannya.

Ibu kandungku meninggalkanku untuk selamanya sejak aku masih kecil, dan kini aku harus kehilangan Ayahku. Aku sungguh sangat terpukul. Merasa tak percaya ini semua terjadi, rasanya kemarin aku baru saja merayakan hari bahagiaku bersama Ayah dan keluarga baruku yaitu Mama Rena dan Kak Meisha bersama Nenek, ibu kandung dari Ayahku.
__
Suasana duka menyelimuti rumah. Aku terus menangisi kepergian Ayahku, dan Nenekku lah yang paling erat memelukku pada saat itu. Nenekku bilang, aku harus mengikhlaskan kepergian Ayah, karena itu sudah takdir sang Kuasa. Aku hanya bisa menangis dan berdo'a yang terbaik untuk Ayahku. Ia akan bahagia di alam sana bersama ibu.

__
Satu minggu berlalu setelah duka yang keluarku lewati atas kepergian Ayahku.
Aku menghampiri Ibu yang tengah asyik bersantai seraya menonton TV.

"Ma, apa hadiah ulang tahun Mama buat aku?" Aku menangih janji Mama untuk memberikan hadiah ulang tahunku meskipun terlambat.

"Bukankah aku sudah memberi kamu hadiah?" ucap Mama.

"Hah, kapan?" tanyaku dengan bingung.

"Sudahlah, lupakan saja tentang hadiah. Ayahmu baru saja pergi meninggalkanmu, dan kamu masih sempat-sempatnya memikirkan tentang hadiah," ucap Mama kepadaku.

Aku hanya terdiam, lalu pergi ke kamar. Kado ulang tahun dari Almarhum Ayah masih kusimpan didalam laci meja belajarku. Kubuka isi kado itu, berupa kalung indah yang kulihat. Aku memakai kalung itu sambil berkaca. Rasanya aku ingin menangis, mengingat Ayahku baru saja meninggalkanku.

__

"Mam, Oma! Kami berangkat ke sekolah dulu, ya!" seru Kak Meisha.

"Iya!" Aku dan Meisha mencium tangan Mama bergantian. Namun, saat Kak Meisha ingin mencium tangan Oma, Oma malah memelukku terlebih dahulu dan mencium dahiku.

"Belajar yang benar, ya ...." Oma mengelus lembut kepalaku.

__

Aku berjalan di koridor, rencananya ingin ke perpustakaan, tapi aku gak sengaja ketemu Malvin, Seniorku.
Malvin adalah cowok yang cukup populer di SMA-ku, dia menyukai sedari dulu. Terus mendekati walaupun aku sudah pernah menolak perasaan cinta darinya.

"Lac, mau ke kantin bareng aku? Nanti, biar aku teraktir deh," ucap Malvin.

"Aku sibuk," ucapku singkat lalu pergi meninggalkannya.

Ia menghentikanku dengan memegang pergelangan tanganku. Memberikan aku sebatang coklat mini, tapi aku menolaknya dan kembali pergi meninggalkannya.
__

Aku duduk bersantai di teras atas gedung sekolah sambil membaca buku favorite-ku. Tiba-tiba saja seseorang mengagetiku, ya, tak lain adalah Kak Meisha.
Ia tampak begitu senang dan tersenyum riang. Aku bertanya padanya apa yang baru saja terjadi. Lalu ia berkata dengan sedikit malu-malu, bahwa ia baru saja menerima coklat mini dari Malvin. Ia tampak begitu senang.

Kak Meisha memang sudah lama menyukai Malvin. Aku tahu itu, ia sering bercerita manis tentang cowok itu. Walaupun aku tahu, Malvin menyukaiku dan Kak Meisha tak tahu itu. Aku hanya tak ingin Meisha tahu tentang itu, karena aku tidak ingin melihat Meisha kecewa akan hal itu.

__
Sepulang sekolah aku mencari Oma. Aku gak melihat Oma hari ini. Lalu aku bertanya kepada Mama.

"Oma lagi di rumah sakit."

"Oma kenapa?!"

"Karena kurang hati-hati, Oma jatuh dari tangga," ucap Mama.

Bersambung ....

"Ini cerita pertama yang kubuat. Jangan lupa komen dan vote, ya! Terima kasih😘"



__

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Save My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang