End Part

351 65 30
                                    

Namanya Uchiha Sasuke, hantu remaja yang usianya saat mati mungkin masih di Sekolah Menengah Atas. Ketika Naruto bertanya penyebab kematian hantu itu, Sasuke dengan cuek hanya mengatakan bahwa dia mati konyol dan tidak mengatakan apapun setelahnya.

Tapi sebelum mereka mampu menjali komunikasi lancar, Naruto telah melewati beberapa kali pingsan dan berteriak ketakutan selama satu minggu. Dia bahkan pergi menginap di warnet untuk menghindari Sasuke dan sampai pada tahap memanggil cenayang ke apartemennya, namun Sasuke masih tetap disana dengan wajah mencemooh dan berkata itu percuma.

Minggu ke dua, Naruto berdamai dengan rasa takutnya dan mereka mulai berbicara satu sama lain. Hal yang disyukurinya adalah seperti kesan pertamanya pada Sasuke, hantu muda itu tampan, demi Tuhan dia sangat tampan. Sungguh sia-sia bibit unggul seperti ini tewas.

"Ya sudah lama."

"Sejak?" Naruto menatap penuh curiga, dia membayangkan sejauh mana Sasuke tahu kehidupan pribadinya dan sejak kapan dia gentayangan di apartemennya.

Sebuah seringai terpampang di sudut bibirnya, "Terus terang sejak dua tahun. Aku melihat semua pola hidupmu yang tidak sehat itu, sangat menjijikkan. Bagaimana bisa kamu hanya makan mie instan dan menumpuk kaos kaki kotormu di sudut kamar? Jika hantu bisa mencium, aku pasti sudah mati untuk kedua kalinya." jelas Sasuke.

Aibnya dibongkar secara gamblang di depan hidungnya membuat wajah Naruto dipenuhi warna merah, malu woy!

"Uhuuk..k-kamu tidak harus menyebutkan bagian kaos kaki." keluh Naruto.

Sasuke rebahan sambil melayang di udara, di hari lain pasti Naruto sudah berteriak ketakutan tapi dia mulai terbiasa.

"Syukurlah kamu bukan jenis hantu dengan darah di muka."

"Cih! Aku menjaga kebersihan. Sebagai hantu aku memiliki kelas." kata Sasuke.

Menghela nafas, akhir pekan ini setelah Sasuke menyebutkan semua sudut kejorokan di apartemen Naruto. Uzumaki Naruto melipat lengan bajunya dan mulai berberes-beres sementara Uchiha Sasuke melayang-layang di udara sambil menyemangati.

Bagi Naruto, dibanding menyemangati, mereka terlihat seperti pelayan dan Tuan Muda. Uchiha Sasuke yang tampan dan pucat memberikan instruksi untuk membersihkan ini dan itu, Uzumaki Naruto yang bodoh hanya menurut. Dua jam berlalu dan apartemen itu tampak kinclong seperti properti baru siap jual.

Uchiha Sasuke itu mungkin tipe hantu rumahan, ketika Naruto pergi kerja Sasuke masih tetap tinggal di rumah dan melayang-layang sepanjang hari. Saat pulang bekerja Sasuke akan duduk di depan ruang tengah dengan menekuk lutut. Menyambut Naruto yang kelelahan dengan senyuman.

Dua bulan berlalu dan Naruto merasa dia menjadi semacam freak.

Sungguh!

Ini sangat konyol, dibanding menjalin hubungan antara rekan sekerja atau bersosialisasi dengan orang-orang hidup. Naruto menemukan bahwa dirinya begitu nyaman mengobrol dengan Sasuke. Dia bisa mengeluh banyak hal, mengumpati rekan kerja dan atasannya atau tertawa terbahak-bahak untuk hal kecil misalnya saat dia menunjukkan aplikasi sosial media dan Sasuke menjadi kagum. Dia pasti sudah meninggal sebelum teknologi hebat ini ada, sangat disayangkan.

"Kamu pasti bisa menjadi selebram jaman sekarang." kata Naruto.

Sasuke mengangguk, "Sangat malang." mengasihani dirinya sendiri.

"Ne, Sasuke, apakah kamu pernah menyesal karena mati diusia semuda ini? Berapa 18 tahun?" tanya Naruto sambil menegak birnya.

Sasuke memandang Naruto sambil berpikir tak lama kemudian dia tersenyum, "Tidak juga, menjadi hantu tidak buruk juga. Aku bisa terbang dan menembus tembok."

Deep FreezeWhere stories live. Discover now