Sepuluh tahun.
Waktu yang diperlukan agar mereka kembali bahagia adalah sepuluh tahun. Waktu yang dibutuhkan untuk mengatakan dengan bangga kalau mereka baik-baik saja. Waktu yang sangat lama bagi mereka yang menempuh kesulitan hidup pada masa remaja.
Ada banyak hal yang telah dikorbankan oleh Anas sebagai anak pertama. Ia menghalalkan segala cara agar adik-adiknya bisa mengenyangkan perut dan punya tempat tinggal. Jangan tanya kemana rumah peninggalan ayahnya, sudah habis bersama hutang yang bejibun, tak sanggup ia menghitung.
Sikembar Dias dan Trias tahu betul apa saja yang dilakukan kakaknya. Karena itu mereka tumbuh menghormati Anas Chandra. Membuat hukum lisan bahwa Anas tahu segalanya yang terbaik. Ini Anas, itu Anas, semuanya serba kata Anas.
Lain lagi dengan si bungsu Joana. Hanya dia yang punya ayah berbeda. Adik kecil yang dibawa Dias saat ia melarikan diri dari ayah tirinya di Rusia. Wataknya keras dan kadang tak tahu malu. Kadang membantah kata-kata Anas. Trias dengan kejam bahkan tak mau mengakuinya sebagai adik.
Adapun Anas Chandra yang namanya sudah disebut beberapakali sejak cerita ini dimulai adalah si anak sulung yang mengabdikan diri jadi tulang punggung keluarga. Siap banting-tulang demi adik-adiknya.
Harapannya cuma satu. Agar adik-adiknya yang masa kecilnya penuh luka itu bisa berbahagia. Bisa tumbuh dewasa dan menjadi manusia. Tak perlu memikirkan apa-apa yang berhubungan dengan biaya.
Sayangnya, karena ia terlalu sibuk bekerja dan hanya fokus memberi biaya. Satu persatu adiknya mulai membuatnya kecewa. Diawali dengan si alim Trias lalu si nakal Dias hingga Joana si pembangkang.
Sepuluh tahun berlalu, Anas kira semuanya akan membaik. Nyatanya masalah yang datang dengan dewasanya ketiga adiknya membuatnya ingin menangis. Lalu suatu malam, dimana mereka akhirnya bisa duduk melingkar bersama di ruang keluarga. Ia dengan terisak menyampaikan perasaanya.
Tentang dosa yang dilakukan Dias, tentang kebodohan Trias dan tentang kemalangan Joana. Ia tersedu sedan, tiga pasang mata lainnya tidak berani menatap, mereka menunduk. Mereka yang katanya akan mematuhi sang kakak tapi malah mengecewakannya tidak tahu apa yang harus dikatakan. Tidak tahu harus berbuat apa.
"Tolong renungkan kesalahan kalian mulai saat ini, Kakak berusaha memaafkan kalian, memahami kalian tapi kakak dan kalian punya kepala yang beda. Mana mungkin kita bisa saling paham. Kalau dari awal kakak tahu apa yang kalian pikirin, pastinya ini gak bakal terjadi". Ada sedikit kemarahan disana, mungkin bukan pada adik-adiknya tapi untuk dirinya sendiri.
"Kakak akan pergi dari rumah ini untuk sementara, silahkan kalian berpikir, berbenah. Kalau kalian masih menganggap kakak sebagai saudara, kakak harap kalian semakin dewasa".
Tiga orang yang tadi hanya mendengarkan sontak mengangkat wajah. Tidak percaya apa yang Anas katakan. Mereka mengira bahwa itu adalah candaannya yang biasa.
"Kakak serius" tambahnya lagi.
"Aku minta maaf kak, aku minta maaf" Joana mulai ikut terisak. Takut kalau kakak pertamanya itu benar-benar pergi.
"Jangan minta maaf kalau kamu gak tahu apa kesalahan kamu, lagi pula bukan kamu yang salah" Anas menatap Joana dengan senyum tipis.
"Buat Dias, tolong kamu pikirkan apa sebenarnya alasan yang membuat kamu terus melakukan dosa, beri jawabannya saat kakak pulang, buat Trias tolong tetapkan apa yang kamu mau. Bertanggung jawab penuh atau memutuskan tali. Jangan membuat orang lain menunggu terlalu lama. Kamu harus tegas jangan lembek jangan mudah takut. Kamu seharusnya tahu apa yang terbaik untuk keluargamu"
"Lalu tolong jaga Joana, dengarkan dia, jangan galak-galak" Anas sedikit tergelak.
"Kakak mau pergi dulu sebentar, saat pulang kakak mau kalian sudah ada perubahan"
Akhirnya Anas beranjak dari ruang keluarga. Masuk ke kamarnya di lantai dua. Tak lama ia keluar lagi dengan satu koper besar.
"Jaga diri kalian, kakak pasti pulang" ujarnya sambil berlalu meninggalkan tiga orang adiknya yang siap menyusul. Joana sudah menangis terisak. Trias tergopoh mengejar, Dias bahkan tak sanggup menggerakan seujung jarinya. Anas chandra menghilang dengan cepat.
Begitulah awal mula Anas meninggalkan rumah dan keluarganya. Lalu apa dan mengapa ini bisa terjadi?
Dias, Trias dan Joana yang akan menjawabnya. Pertama, mari kita mundur pada tahun-tahun yang sudah lalu. Mencari tahu.
***
Note :
Dengan tidak tahu malunya aku nulis ini :)Tentu saja ini bukan cerita pertamaku dengan latar lokal. Cuma rasanya agak aneh aja karena biasanya aku nulis fanfiksi dengan latar Korea. Sudah lama aku gak nulis dan rasanya aku mulai kehilangan. Jadi aku mau mencoba buat mulai menulis lagi. Dah lah mulai aja dulu beresinnya kapan-kapan.
Cerita sebelumnya?
Hohoho akan kutulis saat ingin (dan sejuta alasan lainnya) hohoho
Pokonya update sesuka hati, jangan ditunggu!
KAMU SEDANG MEMBACA
Tiga Diorama
RandomAda sebuah keluarga yang bahagia. Ayah, ibu dan tiga anak laki-laki yang rupawan juga ceria. Mereka selalu bersama dalam suka maupun duka. Mungkin itulah yang ingin mereka percaya. Realitanya tidak pernah sempurna. Keretakan pertama membuat semua ha...