Asexual #PROLOG

291 24 4
                                    

"K-kak Taeyong, ayo putus!"

Demi apapun, suara Jaemin bergetar sekarang.

Bagaimana rasanya, ketika orang yang sedang menjalin hubungan denganmu juga menjalin hubungan yang sama dengan orang lain? Bagaimana rasanya, ketika orang yang sudah kamu jaga perasaannya mati-matian bahkan tidak peduli dengan perasaanmu sendiri? Bagaimana rasanya, ketika kamu berusaha sebaik-baiknya untuk bertahan dengan orang yang bahkan tidak sepenuhnya kamu inginkan tapi kamu malah menelan pil pahit kekecewaan?

Jaemin sudah menyangka hal ini akan terjadi lagi.

"Kenapa tiba-tiba? Ada yang salah?" tanya Taeyong dengan nada yang tenang. Bahkan terlalu tenang untuk seseorang yang hubungannya sudah berada di ujung tanduk.

Jaemin tidak menjawabnya langsung. Dengan tubuhnya yang bergetar menahan tangis, Jaemin mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Mengotak-atiknya sebentar kemudian menunjukkan sebuah foto ke arah Taeyong.

Bukan foto yang spesial sebenarnya. Foto itu tidak menunjukkan apapun kecuali dua orang yang sedang berciuman mesra di sebuah gang kecil bercahaya temaram. Foto itu juga tidak menimbulkan masalah apapun jika saja yang mengambilnya bukanlah Jaemin sendiri, bahkan juga tetap tidak menimbulkan masalah jika saja wajah Taeyong tidak terpampang jelas di sana.

Tidak seperti orang lain yang menampakkan ekspresi keterkejutan ketika pacarnya memergoki dirinya bermain di belakang, Taeyong sama sekali tidak tampak terusik. Ia malah tertawa kecil dan menatap Jaemin lekat, "Jadi kamu udah tau masalah itu, ya? Tau dari siapa, hm? Dari sahabat brengsek kamu itu? Haha. Kayak-"

"Aku ngeliat sendiri pas ngikutin Kakak ke rumah," potong Jaemin cepat. Ia tidak mau temannya dijelek-jelekkan oleh orang lain bahkan oleh Taeyong sekalipun, "gak ada hubungannya sama temen aku. Awalnya aku mau ngasih Kakak kejutan, tapi... yeah, Kakak tau sendiri."

"Jadi.." Jaemin terisak lagi, kemudian menghirup ingusnya, "aku mau sekarang kita selesai, Kak."

Terserah. Jaemin berada di titik pasrahnya sekarang. Titik dimana ia sudah benar-benar lelah, sekaligus muak dengan semuanya. Tidak peduli lagi dengan apa-apa saja yang sudah mereka lewati selama ini, Jaemin hanya benar-benar ingin lepas dari Taeyong sekarang juga.

Taeyong mengendikkan bahu tidak peduli, sama sekali tidak merasa kasihan kepada orang di hadapannya. "Oke. Dengan senang hati."

Taeyong menyeruput kopinya untuk terakhir kali, kemudian beranjak bangkit. Ia mendekat ke arah Jaemin, kemudian mencium dahi pemuda manis itu tanpa ada rasa bersalah sama sekali.

"Makasih buat satu tahunnya, Nana. Happy anniversary."

Taeyong pergi, menyisakan Jaemin yang kini terdiam, menyusuri alam pikirannya ke masa-masa kelam hidupnya bersama Taeyong selama setahun belakangan ini yang sebelumnya ia kira sebagai masa-masa terindah.

Tepat satu tahun, ya?

Jaemin tersenyum kecut. Hari ini, 15 Februari 2020. Satu tahun satu hari setelah Taeyong untuk pertama kalinya menyatakan cintanya kepada Jaemin, sekaligus satu tahun satu hari setelah pertama kalinya Jaemin membohongi orang tuanya agar bisa keluar malam hanya untuk melakukan kencan pertamanya dengan Taeyong. Jaemin bahkan tidak percaya waktu berlalu secepat ini.

Tanpa sadar air mata yang sudah sedari tadi tertahan di pelupuk mata kini mengalir mulus di pipi Jaemin. Jaemin menangis sesenggukan, seiring perasaannya yang campur aduk. Ia bahkan tidak punya alasan pasti kenapa dirinya menangis sekarang ini. Mungkin merasa tidak punya harga diri sebagai seorang laki-laki karena dengan mudahnya dipermainkan begitu saja. Mungkin merasa sedih karena waktu satu tahunnya yang berharga menjadi sia-sia tanpa arti. Mungkin merasa sedih karena nama Lee Jaemin yang ia idam-idamkan dahulu tidak akan terwujud, merasa sedih karena waktu tidak akan memutar kembali bagaimana manisnya perlakuan Taeyong kepadanya dulu.

Satu fakta yang tidak bisa dielakkan menampar Jaemin. Mungkin alasan pertama tadi adalah alasannya menangis sekarang. Merasa tidak memiliki harga diri. Lebih merasa tidak berharga lagi, ketika nyatanya Jaemin tidak bisa melawan, memberontak, protes, atau mungkin hanya sekadar mempertanyakan alasan kepada Taeyong ketika pemuda itu dengan santainya malah menyetujui pemutusan yang diajukan Jaemin.

Dari hal itu, Jaemin tersentak akan satu hal. Bahwa Taeyong memang tidak punya alasan apa-apa lagi untuk mempertahankan hubungan mereka. Harusnya, sekalipun Jaemin memang benar-benar ingin mengakhiri semuanya (dan ternyata memang dikabulkan), setidaknya Taeyong merasa sedikit tidak rela atau apapun itu yang bisa menghalangi Jaemin untuk menamatkan semuanya. Tapi apa? Tidak ada apa-apa yang terjadi selain Taeyong yang tersenyum lebar tanpa dosa lalu ikut membantu Jaemin menutup cerita.

Sekian lama air matanya berderai, Jaemin teringat bahwa semua hubungannya dengan orang lain dari dulu selalu berakhir ke satu kesimpulan yang menohok: Jaemin memang hanya dijadikan mainan. Dirinya hanya dijadikan bahan kesenangan oleh pacarnya sendiri, kemudian ketika orang itu bosan dan menemukan orang baru (Taeyong contohnya), maka dengan segera Jaemin dicampakkan. Hingga menuju ke inti dari kesimpulan tadi, tidak ada yang benar-benar tulus mencintainya atau berniat melindunginya sedikitpun.

Laki-laki atau perempuan, kini semuanya sudah benar-benar sama di mata Jaemin.

Sama-sama bajingan.

Sadar air matanya turun semakin deras juga ingus yang tak henti-hentinya mengalir, Jaemin buru-buru mendongakkan kepala sambil menyeka sisa-sisa kesedihan itu dengan tisu. Ia menghirup napas panjang sembari menoleh kesana-kemari mencari-cari pelampiasan, dan tersenyum kecil saat menemukan segelas minuman di dekatnya.

Jaemin menjangkau cokelat panas yang tadi ia pesan saat menunggu Taeyong. Jaemin pikir minuman itu bisa menenangkan pikirannya, setidaknya bisa menghentikan air matanya yang masih dengan keras kepala mengalir.

Dan ketika minuman itu menyentuh lidah Jaemin,

P-panas.

"Bundaa~!!"

~ ~ ~

huff.


sungguh prolog yang membagongkan.

bisa dibilang ini comeback ku di dunia wattpad, so mohon dukungannya gaes ☺️🖖

bagi yang belum tau, panggil aku choco aja, tapi kalo dipanggil jodoh asahi erel juga nyaut kok ehehehe

udah segitu aja :v

[Asexual - NoMin]

Asexual - NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang