Me

38 1 0
                                    

Jaemin menatap nanar penampilannya di depan cermin. Setelan jas yang indah sekaligus seksi, tatanan rambut dirapihkan sedemikian rupa, dan juga polesan di wajah nya membuat siapapun terpana melihatnya. Bukan, Jaemin tidak merutuki keindahan itu hanya saja semua ini berasa tipuan untuk dirinya. Penampilan cantik dan menarik semata-mata dijadikan sebagai alat penarik perhatian oleh sang ayah.

Jaemin sangat menyayangi ayahnya, sangat.

Ayahnya selalu memperlakukannya dengan baik, memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan jika Jaemin meminta pun pasti akan dituruti oleh sang ayah. Walaupun Jaemin adalah anak tunggal namun ia tidak manja seperti anak-anak pada umumnya. Jaemin selalu ingin membanggakan kedua orang tuanya. Baginya Sang Ayah adalah lelaki penuh wibawa, bertanggungjawab serta sangat menyayangi keluarganya. Sementara Sang Ibu adalah orang yang penuh belas kasih, lemah lembut, dan juga cekatan dalam mengurus rumah tangga. Sedari kecil Jaemin selalu bersikap mandiri, selalu menjadi juara di kelasnya, dan juga memiliki banyak teman.

Jaemin tidak pernah kekurangan kasih sayang dari keluarganya.

Namun harapan Jaemin pupus saat Sang Ibu, orang termanis yang ia kenal, jatuh sakit hingga koma di rumah sakit. Saat itu Jaemin duduk di bangku kelas 2 sekolah menengah. Betapa hancur diri nya melihat sang ibu terbaring lemah di ranjang ICU, bagai ribuan jarum menusuk tepat di ulu hatinya. Tidak ada lagi ibu yang pengertian, tidak ada lagi ibu yang penuh kasih sayang, tidak ada lagi ibu yang mengerti setiap keadaan Jaemin. Bagi Jaemin sejak saat itu hidupnya tidak pernah menjadi mudah lagi.

Tidak hanya Jaemin, sang ayah pun sama tertekannya dengan Jaemin. Mengurus Jaemin, mengurus sang istri yang sakit, dan juga mengurus pekerjaan bukanlah perkara yang mudah. Berbagai cara sudah dia lakukan untuk pengobatan sang istri, namun belum berbuah baik. Sampai perusahaannya terancam bangkrut, ia tak punya cara lain. Ia sadar dengan apa yang diperbuat. Sebenarnya ia juga tak mau menggunakan cara seperti ini, namun ia sangat egois. Menggunakan Jaemin adalah cara yang paling cepat dan paling tepat yang dapat dilakukan oleh sang ayah.

"Jaemin, kamu ikut ayah pergi ya."

"Kita mau pergi ke mana yah? A-apa kita mau jalan-jalan?"

"Ya, kamu cepat berdandanlah yang manis."

Jaemin bersumpah bahwa dia sangat menyesal telah menerima ajakan sang ayah. Sekarang dirinya dihadapkan dengan orang-orang yang tidak dia kenal. Bau alkohol dan asap rokok memenuhi rongga pernafasannya. Jaemin menatap sang ayah yang duduk di sampingnya meminta pertolongan. Sang ayah menatap balik Jaemin sambil tersenyum penuh arti.

"Ini Jaemin, anakku satu-satunya yang paling manis." Setelah berkata seperti itu, ruang privat tersebut dipenuhi sorakkan meriah, serta tepuk tangan.

"Benar, anakmu manis sekali"

"Bagaimana kau bisa mempunyai anak semanis dia."

"Sepertinya dia akan sangat cocok denganku."

"YA!! KENAPA KAU TIDAK MEMPERKENALKANNYA DARI DULU?!" Dan banyak lagi kata-kata yang dikeluarkan orang-orang tersebut, Jaemin hanya diam, dia terlalu takut.

Ingin rasanya Jaemin menangis, dia hanyalah pemuda manis yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Jaemin sama sekali tidak mengerti mengapa ayahnya membawa Jaemin ke sini. Ia ingin pergi, lari sekencang-kencangnya ke pelukan sang ibu. Ingin sekali menumpahkan kekesalannya kepada seseorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Amerta || NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang