"Krrrriiiiingggg........" jam beker berbunyi. Viny yang terbangun dari tidurnya pun langsung kaget setelah melihat ke arah jarum jam. Yap, jam sudah menunjukkan pukul 07.00 yang artinya dia telat pergi ke sekolah. Dengan perasaan yang terburu-buru, Viny langsung pergi mandi, sarapan, setelah itu pergi ke sekolah. Jarak dari rumah ke sekolah sebenarnya tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan waktu 15 menit menggunakan mobil. Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya dia telat. Tapi entah kenapa, dia masih khawatir jika dirinya telat masuk sekolah. Untuk orang yang sudah terbiasa telat, harusnya kan santai saja.
Sesampainya di sekolah, gerbang sekolah pun sudah ditutup. Tidak ada siapa-siapa di halaman sekolah kecuali satpam yang sedang berjaga. Viny akhirnya harus memohon-mohon kepada satpam sekolah agar bisa masuk ke kelas. Awalnya satpam tidak mengizinkan, tapi tiba-tiba ada seorang guru yang menghampiri Viny yang sedang memohon-mohon kepada seorang satpam.
"Ada apa ini?" tanya guru itu sambil memegang beberapa buku di tangannya.
"Ini pak, dia telat. Tapi minta tolong sama saya supaya bisa masuk ke kelas," jawab seorang
satpam yang masih kaget dengan kedatangan guru itu.
"Boleh ya, Pak? Saya mohon banget, Pak....." tanya Viny dengan nada bicara memohon.
"Baiklah, biarkan dia masuk. Tapi, kamu harus ikut saya dulu ke ruang guru."
"Baik, Pak," jawab Viny yang merasa senang sekaligus takut.
Akibat dari ketelatannya tadi, Viny mendapat surat peringatan yang kedua kalinya. Sebelumnya, dia pernah mendapat surat peringatan karena jarang mengerjakan tugas yang diberikan guru. Jika dia mendapat surat peringatan itu satu kali lagi, dia akan dikeluarkan dari sekolah. Orang tua Viny sudah pasrah dengan ini, mereka mengatakan bahwa masa depannya ada di tangannya sendiri. Viny tau mereka kecewa, tapi tidak tau kenapa dia sangat sulit untuk berubah. Sebenarnya dia pun tidak ingin dipanggil ke ruang guru terus menerus, itu sangat memalukan.
Bel sekolah berbunyi, waktunya pulang. Viny yang sedari tadi merenung di kelas pun berjalan pulang dengan lesu. Selembar kertas sedang digenggamnya, memikirkan bagaimana cara memberikan itu kepada orang tuanya. Walaupun Viny sudah tau apa reaksi orang tuanya ketika dia memberikan selembar kertas itu, tapi masih ada rasa cemas di hatinya. Orang tuanya memang tidak akan marah, tapi dia takut kalau mereka sudah tidak mempercayainya lagi dalam hal pendidikan. Viny tidak pernah mau untuk sekolah di rumah. Menurutnya, itu sangatlah membosankan.
Sampainya di rumah, dia melihat papanya sudah berada di rumah lebih dulu. Walaupun sudah di rumah, papanya terlihat masih sibuk dengan pekerjaannya. Tidak ada bedanya dengan di kantor. Sebenarnya yang Viny butuhkan hanyalah sedikit waktu mereka untuknya, karena selama ini tidak ada yang dia dapatkan saat orang tuanya berada di rumah. Baik itu kasih sayang, pelajaran, makan bersama pun tidak pernah. Mereka hanya memberikan uang kepada Viny, yang mereka pikir itu akan membuat Viny senang. Tapi yang dirasakan Viny sangat berbeda. Menurutnya, orang tuanya hanya memikirkan harta, harta, dan harta tanpa memikirkan kesehatan mereka sendiri. Viny sudah sering membicarakn hal ini kepada papa dan mamanya, tapi mereka selalu mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan ini juga untuk kebutuhan hidupnya.
"Hai.... Pa......" ucap Viny yang mencoba menyapa papanya.
"Hai Viny. Kamu udah pulang?" tanya papanya yang masih sibuk menatap laptopnya.
"Udah. Hmmmm.... Aku ke kamar dulu ya, Pa," jawab Viny yang sekaligus pergi meninggalkan papanya yang masih sibuk menatap layar laptop.
Di kamar, Viny hanya bisa menangis. Kehidupan yang ia impikan harus sirna karena kesibukan orang tuanya. Kadang, Viny merasa iri dengan teman-temannya yang bisa kompak dengan orang tua mereka. Saat teman-temannya menanyakan tentang orang tuanya, Viny bingung harus menjawab apa. Karena yang orang tuanya lakukan hanyalah bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
| AFTER MY NEW LIFE |
Teen FictionSeorang siswi SMA bernama Viny harus menerima kenyataan bahwa dia dan keluarganya akan pindah ke sebuah pedesaan. Hal itu disebabkan karena kantor tempat papanya bekerja bangkrut. Di desa, Viny memulai kehidupan barunya. Dari mendapat teman baru, sa...