✨1

5 1 0
                                    


"Mengapa pendidikan hanya mengacu pada angka-angka? Sedangkan di luar sana, semesta lebih rumit daripada yang kita kira."

Bruk.

Seisi kelas sontak terkejut melihat Bu Dinar yang tiba-tiba memukul kepala Aluna dengan kerasnya. Mata coklat gadis itu hanya memperhatikan Bu Dinar sejenak, sebelum akhirnya kembali membenamkan kepalanya ke bangku.

"Sudah berapa kali ibu bilang, jika memang tidak ingin mendengarkan materi yang ibu berikan, lebih baik kamu keluar!"

Tanpa mengucapkan sepatah kata, Aluna meninggalkan kelas begitu saja. Kantung mantanya terlihat hitam, langkah kakinya terseok-seok membawa beban berat di tas punggungnya dan penampilannya terbilang selalu kacau.

"Dasar berandal. Jangan harap kamu lulus tahun ini Aluna!"

Teriak Bu Dinar dengan nyaringnya.  Aluna tetap pada pendiriannya, tidak menggubris dan terus berjalan memunggungi Bu Dinar yang mungkin saja bisa membuatnya dikeluarkan dari sekolah saat itu juga. Ia memutuskan untuk mengarahkan langkahnya menuju perpustakaan sekolah. Belajar? Haha jangan berharap lebih. Ia hanya ingin menemukan tempat sunyi dimana ia bisa beristirahat dari dunia yang memaksanya untuk terus-menerus kuat.

Ia melempar tasnya dan sesegera mungkin mencari posisi paling nyaman untuk melanjutkan mimpi-mimpi indahnya yang sempat terputus. Ditatanya buku-buku tebal untuk dijadikan bantal. Baru saja ia akan memejamkan matanya.  Sebuah tepukan kecil mendarat di bahu Aluna. Dengan sangat berat hati ia harus mencari tahu siapa sialan yang akan menggangu tidur siangnya.

"Aluna bukan?" Seorang gadis dengan rambut coklat digerai sebahu, seragam rapi dan sepatu mengkilat melempar senyum ramah pada Aluna.

Aluna tak mengacuhkan gadis itu. Ia malah menutup kedua telinganya menggunakan tas. Sekaligus menunjukkan kepada sang gadis bahwa ia tak ingin diganggu. Namun gadis tersebut tidak menyerah, ia mulai memperkenalkan dirinya kepada Aluna.

"Aluna, aku Lily, murid baru dari kelas Science 1. Mari berteman."  Lily mengulurkan tangannya berharap untuk mendapat balasan.

"Can you just leave me alone please?!" Jawab Aluna dengan ketus. Moodnya sedang tidak baik dan selalu tidak baik. Lalu ia menyumpalkan airpods ke telinganya berharap Lily cepat meninggalkannya.

"Oh sorry, i hope you have great day, aku selalu di kelas kok, kalo kamu butuh langsung ke kelas aja ya." Suara Lily terdengar samar.

Bayangan gadis itu mulai menjauh, Aluna menjadi lebih tenang. Namun, tiba-tiba ia merasa aneh. Darimana Lily tau nama Aluna?

"Hah, memangnya siapa yang gatau sama Aluna? Gadis kaya raya yang hidupnya bak neraka, seseorang pasti telah memberitahu dia tentangku." Ia menatap sinis ke arah bayangan Lily yang mulai hilang.

Dua jam berlalu, bel tanda pulang berdering dengan kerasnya. Pukul 3 sore. Suara langkah kaki memenuhi lorong sekolah membuat Aluna terbangun. Kepalanya sedikit pusing. Buku yang ia jadikan bantalan pun basah. Pertanda, tidurnya pasti sangat nyenyak.

"Perpustakaan tutup 15 menit lagi." Seorang pustakawan berperawakan kurus tinggi, berusia 60 tahunan itu memperingkatkan Aluna.

"Iya pak sebentar." Dengan segera Aluna membereskan barang-barang nya dan pergi meninggalkan ruang baca. Menyusuri rak buku yang menjulang tinggi untuk menemukan satu-satunya jalan keluar dari perpustakaan megah tersebut.

Tepat di belokan pertama setelah keluar dari perpustakaan, di bangku bercat putih pinggir taman ia melihat seseorang yang dikenalnya. Galen. Duduk bersama seorang gadis cantik dengan rambut terikat pita biru, yang juga tidak asing baginya. Alethea Jace sahabatnya, dulu. Sebelum Alethea memutuskan untuk mengencani pacar dari sahabatnya sendiri.

Ting! Sambungan telepon berbunyi.

"Galen, lagi dimana?"

"Hangout with the boys, what's up?"

"Just wanna make sure, kangen nih aku kesana ya?"

"Gabisa kan aku lagi sama anak-anak. Malu kali."

"Biasanya juga gapapa kok, janji ga rewel deh."

"Lagi pengen qtime sama anak-anak, jangan ganggu, kali ini aja."

"Yaudah iya maaf, sampai ketemu besok di sekolah, i love you."

Tut. Telepon terputus begitu saja.

Tidak biasanya Galen bersikap sedingin terhadap Aluna. Memang, akhir-akhir ini ia banyak berubah, mungkin juga karena bisnis sang ayah yang sedang tidak baik. Aluna berusaha memaklumi. Namun ada sedikit getaran di hatinya untuk mengecek lokasi Galen. Ia tidak pernah melakukan hal ini sebelumnya namun firasat dan keinginannya kali ini tak terbantahkan.

Lokasi terakhir Galen O'Brien (@galen0br)
Jl. Sanur

Aluna kembali memastikan bahwa peta yang ia lihat tidak mengalami eror. Galen berada di club malam!

Ia berusaha menghubungi Alethea untuk  memastikan apa hal yang ia lihat barusan benar adanya. Namun nihil Alethea tidak membalas chat darinya. Dan teleponnya juga tidak tersambung. Karena penasaran ia memutuskan untuk mengecek sendirian.

Melewati jalanan malam, mobil honda jazz itu melaju sekencang angin. Tanpa mengkhawatirkan keselamatan dirinya sendiri Aluna hanya memikirkan bahwa Galen adalah satu-satunya yang ia punya. Semenjak perceraian kedua orangtuanya, tidak ada yang mengerti ia sebaik Galen.

Sesampainya di tempat parkir club benar saja ia mendapati mobil Galen terparkir di sana tanpa pengendara. Aluna menunggu hampir tiga jam lamanya. Pukul dua pagi, Aluna melihat Galen masuk ke mobil sambil sempoyongan di temani seorang wanita.

Dengan penuh amarah Aluna mendekati mobil Galen dan mengetuk kacanya keras-keras. Tanpa di sangka di sanalah ia mendapati Alethea menggunakan mini dress duduk di kursi penumpang.

"Le, lu kok tega sama temen sendiri? Galen! Lu ngapain sama temen gue?"

Semuanya bahkan lebih buruk dari yang Aluna bayangkan. Alethea hanya memberi senyuman sinis. Galen menancap gas meninggalkan Aluna sendirian menangis tersedu-sedu malam itu.

Kemudian hanya gelap, Aluna pingsan. Entah apa yang terjadi seseorang telah membawanya pulang. Dan besoknya, tersebar rumor di sekolah bahwa Aluna adalah gadis nakal pemabuk yang suka menghabiskan malam di club. Foto-foto dirinya sedang tergeletak tidak sadarkan diri di depan club tersebar luas.

Dunianya seakan hancur hari itu. Galen meninggalkannya ditambah dengan berita palsu yang dengan sengaja dibuat untuk menjatuhkan harga dirinya. Galen berubah membencinya. Bukan hanya itu, bahkan semua orang mulai menjauhinya.

"Lun?" Suara lirih itu membuyarkan memori kelam dari lamunan Aluna. Bola mata yang sedari tadi memandang kosong ke arah dua sejoli di bangku taman bertemu dengan mata hijau penuh harapan itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dari AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang