1. the problem

9.9K 650 170
                                    

Mata itu mengerjap, menghujat dan menatap lurus ke tengah lapangan. Duduk di bawah pohon tidak menjamin terhindar dari teriknya panas matahari yang menyengat kulit.

"39° celcius" ucapnya melihat prakiraan cuaca di ponselnya.

"Bagus. Suhu terpanas bulan ini, waktu yang tepat untuk melakukan kegiatan menyenangkan bernama pramuka, berjemur di bawah terik matahari sampai kulit belang" lanjutnya berucap sarkas. Tak lama ia mengangkat ponselnya, membuka aplikasi kamera dan memotret lapangan.

"Ayo kita ngetwit" lanjutnya seraya membuka aplikasi Twitter dan menambahkan foto hasil jepretannya barusan.

"hashtag scout, hashtag menantang matahari, hashtag berani kulit belang itu baik, hashtag what a freaking hot day to do this kinda sh*t" umpatnya di akhir cuitan.

"Heh kalau ada kaka pembina yang lihat twit lo bisa mati lo Ji" ucap siswi lain bername tag Karina memperingatkan.

"Mana ada yang tau akun gue, baru sebulan jadi siswa baru juga" jawabnya.

"Jiya hapus twit lo please, bisa kena masalah lo"

"Gak mau"

Jiya punya alasan tersendiri kenapa dia tidak menyukai ekskul pramuka.
8 menit sebelum apel pembukaan, yang Jiya lakukan hanyalah menghujat ekskul ini.

"Eh itu kakel namanya siapa?" Tanya Jiya sambil menunjuk ke kakel tampan yang sedang merapihkan tali tiang bendera.

"Oh itu Shim Jake, anak konglomerat, pewaris Shim Ltd, kelas 11 Mipa 2" jelas Yuna, teman sekelas dan satu circle Jiya.

"Jodohku ganteng banget" balas Jiya asal.

"Perasaan kemarin lu bilang Kak Heeseung jodoh lu, dah ganti aja haha" ucap Yuna sembari memainkan ponselnya, jari Yuna tampak sibuk sekali mengetik pesan. Biasa Gen Z, hape terus.

"Kan omongan adalah doa, kita berdoa gak tahu yang dikabulin yang mana, ya udah akuin semua yang bibit unggul tu jodoh kita, buat cadangan biar ada satu yang dikabulin" jelas Jiya.

"Jadi lu mau Kak Hee atau..."

"BARIS CEPAT! PADA HITUNGAN KE SEPULUH SEMUANYA HARUS BERADA DI LAPANGAN! SATU!... DUA!..." Titah kaka pembina dari tengah lapangan, keras sekali suaranya, menggelegar ke seluruh area lapangan.

"LARI CEPAT LARI!" Teriak kaka pembina yang lain.

"LARI! LAMBAT SEKALI KALIAN INI!" Teriak kaka pembina yang berbeda.

"Damn here we go again the same annoying thing "keluh Jiya seraya bangkit dan berjalan menuju lapangan.

Selama kurang lebih 30 menit, apel pembukaan diadakan dan seperti biasa akan diadakan kegiatan baris berbaris setelah apel.

Baru setengah jalan, kegiatan baris berbaris dihentikan karena interupsi kaka pembina lain bernama.

"Sunghoon Park" gumam Jiya.

"Ada pengumuman sebentar. Untuk siswi yang merasa telah melecehkan ekskul pramuka dengan membuat cuitan berisi kata umpatan dimohon kesadarannya untuk maju ke depan" jelas Sunghoon.

'Mampus!' batin Jiya.

Karina dan Yuna yang tahu siapa yang dimaksud Sunghoon pun melirik Jiya yang masih berusaha tidak terlihat panik.

''Twitan gue? Ketahuan bener?'' Gumam Jiya semakin panik.

"Cepat ke depan!" Tegas Sunghoon.

'Ya Tuhan! Mampus gue!' batin Jiya mulai panik.

"Tidak ada yang mengaku?" Tanya pembina lain bernama Jung Sungchan dengan penuh penekanan.

"Saya tau persis siapa pelakunya!" ucap Sunghoon.

(not) good 4 u | Sunghoon (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang