Pertemuan

2 0 0
                                    

Bolehkah aku bercerita, tentang sebuah dongeng tanah tandus.

Dihamparan ladang yang luas, ada seorang anak perempuan yang duduk sendiri di bawah teriknya mentari. Tangannya memegang sebatang kayu, menggaris garis tanah yang tandus dan kering. Sesekali dia mengangkat kepalanya, cuaca hari ini cukup menyengat. Peluh menetes dari pelipis matanya, sepertinya musim panas belum juga berakhir. Dia menghela nafas, berharap awan mendung menghampiri. Lalu tiba tiba saja dia merasakan teduh, tapi udara tetap hangat.
"Ini bukan mendung" ujarnya
"Tunggu, sepatu siapa ini? Dan kaki?" Perlahan dia medongakan kepalanya, melihat siapa yang datang menghampirinya. Setelah sekian lama hanya ada orang orang yang melewatinya begitu saja atau bahkan datang hanya untuk menyapa maupun bertanya arah jalan mana yang harus dilewati.
"Apalagi kali ini?" Helaan nafasnya terdengar sangat berat, cukup jengah meladeni orang orang yang menghampirinya. Karena semuanya sama saja.
.
Seorang anak laki-laki menatapnya heran, ditengah padang yang luas ini ada seorang anak perempuan duduk seorang diri. Lihatlah sekelilingnya, tidak ada tempat untuk berteduh namun ia tetap diam di bawah teriknya mentari.
"Apa kau baik baik saja?" tanya anak lelaki masih dalam posisinya menunduk menatap anak perempuan dan berusaha menghalangi cahaya matahari.
"Teduh" jawab anak perempuan. Anak laki-laki masih menatapnya heran, itu tidak menjawab pertanyaan nya.
"Apa yang kau lakukan di padang ini? Dan tidak ada tempat berteduh? Gersang sekali disini." Anak laki-laki memperhatikan sekeliling, memang tidak ada satupun pohon atau pondok kecil untuk berteduh.
"Apa yang kau lakukan disini? Jika hanya ingin lewat, cepatlah pergi. Aku tidak ada waktu untuk meladeni semua pertanyaan mu." Lagi lagi helaan nafas dari anak perempuan terdengar, dia sudah muak. Rasanya tidak perlu basa basi lagi.
.
"Aku melihat mu dari kejauhan, ku kira kau tidak sendirian tapi saat aku semakin mendekat ternyata kau disini seorang diri dan tanpa tempat berteduh." Anak laki-laki masih berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi disini. Tak bisa iya bayangkan, seorang anak perempuan seorang diri di ladang yang gersang, tak ada tempat berteduh dan dia seorang diri.
"Baiklah, jika kau tak ingin menjawab pertanyaan ku. Aku akan bercerita saja tentang perjalanan ku sebelum sampai di ladang ini. Sepertinya kau juga butuh teman selain matahari" anak laki-laki duduk di samping anak perempuan, lalu mulai bercerita tentang perjalanan nya, melewati gunung melewati lembah. Hingga akhirnya dia melihat anak perempuan ditengah ladang yang gersang. Tanahnya tandus, kering, bahkan rumput saja enggan untuk tumbuh. Anak perempuan hanya diam dan mendengarkan setiap kata yang dilontarkan, cerita yang awalnya tidak dia mengerti namun tetap ingin mendengar nya lagi.
Anak laki-laki begitu antusias menceritakan setiap detail perjalanan nya, hingga akhirnya dia juga menunjukkan luka yang dia dapatkan saat melewati semak semak dan jalan berbatuan.
.
"Tak apa jika kau terluka, kau cukup hebat telah berhasil melewati semua rintangan dalam perjalanan mu. Aku bisa mengobati luka mu, ini memang luka yang akan membekas namun setidaknya perihnya sedikit mereda" anak perempuan mengeluarkan perban dan obat luka dari kantong celananya, dengan hati hati dia mengobati luka anak laki-laki.
.
"Sepertinya kau bukan anak perempuan yang aneh meski berada di tengah ladang seorang diri, aku tau kau punya keunikan tersendiri" anak laki-laki memperhatikan setiap gerakan anak perempuan yang sedang mengobati lukanya.
"Mau kah kau mengobati ku lagi saat nanti aku terluka? Aku akan datang menemui mu. Bolehkan?" Tatapan penuh harap terpancar di kedua bola mata anak laki-laki. Senyuman terukir di wajah anak perempuan sembari menjawab pertanyaan nya.
"Boleh, aku akan menunggu mu datang kembali. Kau anak laki-laki yang cukup kuat, tetaplah berjalan dan kau akan bisa melewati semuanya."
.
Anak laki-laki memeluknya, bahagia akan pertemuan nya dengan anak perempuan yang mau mendengarkan ceritanya. Namun ada rasa yang aneh, anak perempuan merasa ada kupu kupu terbang dalam perutnya saat berpelukan dengan anak laki-laki.
"Apa ini? Sesuatu yang belum pernah aku rasakan sebelumnya" bisiknya pelan agar tak terdengar oleh anak laki-laki.
.
Tak terasa waktu cepat berlalu, siang telah berganti malam. Matahari telah kembali ke peraduannya. Malam ini langit sangat cerah, taburan bintang menghiasi langit dan bulan bersinar terang.
"Aku pergi ya, nanti aku akan kembali. Ku harap kau akan menunggu kedatangan ku." Ucap anak laki-laki.
"Baiklah, pergilah dan jangan terluka lagi. Aku akan menunggu kedatangan mu" keduanya saling melempar senyum dan melambaikan tangan. Bisikan hati keduanya saling berharap akan pertemuan selanjutnya, dengan cerita tengan perjalanan anak laki-laki dan cerita anak perempuan saat menjaga ladang gersang.







Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tanah TandusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang