Prolog

33 4 1
                                    





Beberapa tahun yang lalu ....



■■■■■



Tepat hari ini adalah hari kelulusan siswa siswi menengah keatas. Seharusnya ini menjadi hari yang sangat bahagia. Namun, tidak untuk gadis kecil dengan kacamata bundarnya.

Hujan selalu datang di saat semua benar-benar kacau. Semua hanya melihat dengan tawa setan yang membuatnya sangat ingin balas dendam jika melihatnya. Namun, sayangnya, dia hanya mampu menangis memegang tas lusuh yang basah juga sama seperti dirinya saat ini. Bau amis menyeruak hidung bersama tarikan napas yang menyengal akibat isakkan yang tak kunjung membuat semua pandangan memaki tersebut berhenti.

Jangankan berhenti, mereka malah semakin menjadi-jadi. Menyiramnya dengan air kotor, memberinya minuman bau dengan paksa. Membuat dirinya nampak seperti anjing yang menurut kepada mereka. Hingga akhirnya, sebuah suara menghentikan aktivitas mereka. Dan beralih menatap sang empunya suara.

"Hei, kalian!"

Mereka yang mengerubungi gadis kecil tak berdaya tersebut bersamaan menoleh kesumber suara tadi. Menatap remeh lawan bicara. Memakai payung hitam dan seragam itu bukan seragam yang sama seperti yang mereka kenakan.

"Ternyata ada pahlawan, kamu dari sekolah sebelah 'kan? Sekolah miskin dan jelek itu, ha ha ha"

Suara gelak tawa mereka keluarkan dengan di iringi hinaan untuk seseorang yang mencoba menghentikan perbuatan mereka pada gadis kecil tak berdaya yang hanya bisa mencengkeram roknya kuat-kuat.

"Kamu mau apa? Mau menolong gadis idiot ini? Atau jangan-jangan kalian sepasang kekasih"

Mereka tertawa terbahak-bahak dengan memegang perut seolah itu adalah lelucon yang epik.

"Kalian terliha sama persis. Sama-sama miskin dan jelek"

Lagi, meledak tawa mereka.

"Kalau kalian tidak segera pergi. Polisi akan segera tiba disini sebentar lagi! Saya telah merekam dan akan memberi bukti video kalian jika kalian tidak segera meninggalkan dia"

Tunjuknya ke arah gadis tak berdaya itu seraya memegang telepon genggam yang tampak jadul.

Para pembully tersebut terlihat panik mendengar penuturannya. Bahkan, ada yang menarik baju salah satu lelaki yang ingin maju kedepan untuk  melepas pukulan padanya. Namun, di urungkan dan mereka segera pergi menjauh dari dua anak manusia yang sebenarnya juga sama-sama takut.

"Kali ini kamu bebas, dasar gadis miskin, jelek! Dan kau lelaki bang***, lain kali akan aku beri hadiah dirimu. Lihatlah suatu hari nanti!"

Peringat salah satu pria yang bisa dilihat dia adalah ketua dari kelompok itu.

Kembali ke gadis ringkih dan lemah yang hanya bisa menangis sesenggukan.

Selalu itu, ya, dia hanya gadis miskin yang tak tahu apapun selain bersekolah. Namun, di sekolah yang seharusnya dia mendapatkan rasa nyaman dan memiliki banyak teman. Malah menjadi boomerang siksaan tiada henti untuk dirinya sendiri.

Andai kalau bukan ingin mengubah masa depan keluarga. Lebih baik tidak perlu pergi sekolah.

Setelah semuanya puas. Mereka akan pergi menyisakan dia dengan kulit telur busuk di tanah. Bahkan, sekarang baunya tak lebih sama dengan telur tersebut.

"Kamu gak apa-apa?"

Gadis kecil lemah tersebut menengadah menatap seorang lelaki dengan kacamata bundarnya yang buram karena air hujan sedang mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Gadis itu menyempatkan melihat tangannya yang berbau telur busuk. Dan berdiri menerima uluran tangan lelaki didepannya.

"Terimakasih telah menolongku, suatu hari nanti akan ku balas semua kebaikanmu padaku"

Tarikan napas berat mengiringi langkahnya pergi meninggalkan pelataran sekolah elit yang menjadi tempatnya belajar tiga tahun belakangan ini.

Lelaki berkacamata itu mengusap lensa kacamatanya untuk menatap punggung sempit gadis yang telah ia tolong dengan sedikit guncangan. Mungkin dia masih menangis.

Gadis kecil ringkih yang penuh derita dengan kehidupan serba kurang. Dengan wajah kurang dari kata standart. Rambut kepang dua dan kaca mata bundarnya adalah ciri khas gadis itu. Dia bersekolah di sekolahan yang cukup elit ini berkat otaknya yang melebihi rata-rata orang pada umumnya. Ya, berkat beasiswa.

Awal mula kisah yang terlalu sakit jika di ingat. Namun, masa depan siapa yang tahu?

Di sudut kota besar berdiri perusahaan tekstil terbaik penyokong sebuah butik terkenal yang di miliki oleh seorang model cantik dan berbakat. Bahkan, kecantikkannya mampu membuat para pria mati seketika hanya dengan satu tarikan sudut bibirnya.

Seorang perempuan dengan julukan 'Man Hearts Destroyer'. Perempuan itu adalah gadis yang sama. Gadis culun, miskin, dan jelek, dulu. Kini menjadi perbincangan hangat setiap kaum adam dan hawa di semua penjuru dunia. Sudut tergelap pun mengenal dan memuja dirinya. Siapa dia? Bagaimana kisahnya?




■■■■■

Hallo, para readersku. Akhirnya, setelah sekian purnama. Aku yang sedang berhibernasi ini telah bangun dan kembali dengan cerita baru. Yang pastinya tak kalah epik dari cerita sebelum-sebelumnya. Maafkan, author yang malas ini, ya. Sudah lama tidak up, karena otak lagi gak mau di ajak bekerja sama. Semoga kalian tidak bosan menunggu akyuh ini, ya. Untuk Mahagesa dan Diponagara aku akan pastikan di teruskan kembali. Dan mengjidupkan kembali cerita mereka agar kalian tidak kesepian lagi. Terimakasih telah menunggu sangat lama. Semoga setelah ini aku makin tambah rajin. Amin.

Jangan lupa coment, kasih bintang dan vote, yaaaaaa.....

[Man Hearts Destroyer]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang