Burning Soul

76 12 126
                                    

Lengkingan tiupan seruling meliuk-liuk dan bersatu dengan dengkuran halus seorang bocah perempuan.

"Sudah tidur, ya. Adikku hebat bisa menguasai satu musik selama tiga hari." Si pemain menjauhkan seruling dari bibir, tangan mengusap surai cokelat kayu sewarna miliknya. Ia taruh seruling bersebelahan dengan lilin dan memindahkan kepala adiknya ke bantal.

Gadis itu menarik selimut hingga bahu dan berbaring di sebelah adik perempuannya.

"Selamat malam."

An original fiction by susukadaluarsa
Warning: kata-kata kasar dan vulgar, adegan kekerasan, plot hole, plot aneh, dll
Rate: T+
Burning Soul © susukadaluarsa

"Ayah! Ibu! Kakak! Aku berhasil menangkap tiga ekor ru—"

Seruan gadis yang menyeret mayat tiga ekor rusa itu terputus. Toko kue kecil-kecilan sekaligus rumah yang di hadapannya tidak buka. Apa ia ditinggal pergi?

Tangan memutar kenop. Tidak terkunci. Ia dorong pintu kayu dan disambut dengan barang-barang membisu di tempatnya.

"Apa mereka pergi? Kenapa tak mengajakku?"

Ia mundur, lalu memutari rumahnya ke halaman belakang. Dilepaskannya tali yang menghubungkannya dengan kaki masing-masing hewan buruan dan mencuci tangan.

Kembali masuk rumah, kakinya memijaki lantai, menuju lantai dua dan dikejutkan pintu di ruangan sebelah kanan terbuka. Kamar orang tuanya. Ia masuk dan dapati sepasang tubuh yang terbujur dengan darah mengering di area sekitar dada.

"Ayah ... ibu ...." Ia hampiri sepasang manusia yang merawatnya sejak kecil. Dielusnya tangan sang ibu perlahan.

Dingin. Kaku. Ia tak merasakan denyut nadi yang hidup di pergelangan tangan pucat ibunya. Tangannya menjauh, sadar nyawa orang tuanya sudah lepas dari raga dan melayang ke akhirat, tempat paling abadi.

Ia takkan berteriak memohon ayah dan ibunya bangun atau memaksa dirinya yakin ini hanya mimpi.

Ini nyata.

Dinginnya tangan ibu dan air mata yang melewati wajahnya terasa nyata. Berteriak memohon takkan mengembalikan nyawa mereka yang abadi.

Dua tangan di sisi tubuh terkepal.

Panasnya rasa marah merambat ke seluruh tubuh juga nyata.

***

"Banyak kasus yang perlu kami selesaikan, cari saja pembunuh orang tuamu."

Polisi bertubuh gempal di hadapannya menyalakan rokok yang terjepit bibir tebal. Mengabaikan eksistensi gadis eboni yang menatapnya kosong.

Tak disangka kerah pria itu ditarik, memaksanya berhadapan langsung dengan sepasang iris zamrud yang nihil cahaya kehidupan. Sedikit gentar oleh tatapan tekanan yang diberikan sang gadis.

"Pak, tolong kompeten bekerja. Anda digaji pemerintah. Ini tugas Anda," ucap gadis itu tegas.

"Gadis yang agresif," ledek polisi lain di ruangan itu.

"Aku tak menyangka kau tertarik pada bocah." Polisi lain menambahkan.

"Bocah belum berpengalaman, mereka mudah dijinakkan."

Burning Soul ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang