Saat kehidupan ditanya, "Apa kau sendiri lelah menjalani kehidupan?"
Orang yang bertanya berbicara pada angin kosong di sebelahnya. Memegang lengan merasakan hawa dingin yang berangsur menyamankan karena terbiasa.
"Siapa yang tidak lelah dengan kehidupan? Aku di sini sudah ditakdirkan untuk hidup dan menjalaninya. Kehidupan adalah tempatnya salah dan salah. Kalau kau belum pernah salah selama hidup, apakah kau benar-benar hidup?"
"Mari berpikir sederhana, dan pinggirkan sebentar rasa lelah, cemas, takut, sedih, dan emosi negatif lainnya. Hidup itu, mudah, 'kan?
Kau bahkan kadang hanya perlu bernafas tanpa memikirkan apapun.
Kalau ditanya, apakah kehidupan melelahkan? Tentu. Hidup siapa yang tidak lelah? Bahkan seorang miliarder pun kadang lelah menghabiskan uangnya, ataupun bekerja siang malam.
Semua ini adalah proses menuju kematian. Lalu, sebelum mati, hiduplah di surga duniamu. Cari di mana tempat bahagiamu, sebelum kau mati, belum tentu pergi ke surga-Nya."
Orang yang bertanya diam ketika udara yang berbicara menghembuskan hawa dingin di sampingnya. Diam berbicara berdua di tengah kota yang sepi karena sudah menjelang pagi, terduduk tanpa terusik burung camar yang mendarat mematuk bekas roti di depan kakinya.
Orang ini melepas pelukannya pada diri sendiri, tangannya bergerak dari dada hingga kepalanya secara perlahan, mengusapnya pelan seakan berterimakasih telah mengucapkan kata yang rasional untuk logikanya.
Dia berterimakasih kepada kehidupan di dalam kepalanya. Setidaknya dia dewasa ketika orang ini bertanya. Tidak ada yang bisa melihatnya. Orang-orang hanya melihat orang ini ketika tertawa, bergurau, senyum, tanpa tahu kehidupan di dalam kepalanya menyimpan kalimat yang tidak akan bisa dibayangkan keluar dari diri seorang remaja kelas menengah atas.
Dia, si Kehidupan yang memiliki akal dan hidup di kepala seorang remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kalimat yang datang ketika kehidupan tercipta.
Non-FictionIni hanya sebuah kecemasan yang menjadi sebuah seni. Tulisan untukku adalah seni. Setidaknya, tulisan ini adalah seni untukku. Hal-hal dan kejadian yang ketika diceritakan disebut sebagai, "Sampah kehidupan" untukku, itu bisa menjadi sebuah seni yan...