1

994 85 7
                                    

Dunia itu fana. Tidak ada yang abadi, begitu pula dengan kebahagiaan. Bagaimana bisa hanya dalam satu hari Lisa merasa kehidupanya telah berakhir. Hatinya hancur berkeping-keping. Ibunya kini berbaring di ranjang ruang gawat darurat. Darah itu terus menetes dan bersimbah cerak di lantai. Lisa tak menangis meskipun tubuhnya penuh dengan luka. Ia hanya menatap sosok Dokter yang saat itu berusaha untuk menyelamatkan orang yang paling Ia cintai. Gestur tubuhnya terlihat frustasi, beberapa kali dokter itu memasangkan alat defibrillator di dada ibunya. Setelah di usaha terakhirnya dokter itu tertunduk bahkan hampir menjatuhkan dirinya ke lantai. Dengan penuh air mata dokter itu langsung menatap Lisa. Dokter itu melepas sarung tangan dan juga masker yang menutupi setengah wajahnya. Ia berjalan perlahan keluar dari ruangan tersebut. Tepat di hadapan gadis muda itu sang Dokter menekukkan ke dua lututnya. Lisa masih dan sangat berharap jika orang yang kini berada di hadapannya tidak mengatakan sesuatu yang tidak ingin Lisa dengar. Namun kepahitan itu harus tetap di ucapkan. Dengan lembut dokter itu mengambil tangan Lisa dan menyentuhnya perlahan.

"Maafkan aku.. Maafkan aku.." ucapnya seraya menggelengkan kepalanya lemah.

Lisa menjatuhkan tubuhnya ke lantai, kakinya mendadak lemas dan tak berdaya. Ia mulai menangis dan terus memukul dadanya. Lisa merasa sakit yang tak tertahankan. Gadis yang baru saja berusia 15 tahun itu harus menerima kenyataan jika kini Ia telah kehilangan ibunya.

🌑

10 Tahun kemudian.

Jam mulai berdering saat waktu menunjukan pukul 06.00 pagi. Gadis itu masih berbaring di tempat tidurnya. Bahkan, nyaring bunyinya sama sekali tak membuatnya tersadar. Tak lama setelahnya, seseorang masuk dan langsung mematikan jam yang suaranya hampir terdengar ke seluruh penjuru rumah.

"Yak isshh ! Kau membangunkan seluruh orang sedangkan kau sendiri masih tertidur"

Gadis itu masih tak bergeming.

"Yak Lisa bangunlah, dasar kau pemalas" ucap pemuda itu seraya membangunkan Lisa dengan kakinya.

"Isshh! Mengapa kau mengangguku!" Gumam Lisa yang masih menutup matanya.

"Jam mu terus berbunyi ! Apa kau tidak akan pergi ! Ini sudah jam 7 pagi!"

Saat itu Lisa kedua matanya terbelalak. Ia langsung menatap jam dinding yang berada di hadapannya.

"Aishh! Kenapa kau baru membangunkanku sialan!" Ucap Lisa yang langsung berlari menuju kamar mandinya.

Lisa bekerja sebagai asisten di salah satu pusat pelatihan seni. Sejak kecil Ia memang terkenal dengan keahlian tangannya. Untuk menyalurkan bakatnya salah satu Dosennya mengajak Lisa untuk bergabung dan melatih para siswa.

"Wanita aneh! Kau yang membangunkan semua orang dan kini kau menyalahkanku!" Ucapnya seraya berjalan keluar.

Baru saja beberapa langkah, pemuda yang bernama Park Beom Seok itu tak sengaja menangkap sesuatu oleh sudut matanya. Ia langsung melihatnya dan mengambil benda itu.

"Apa ini ..? " ucapannya terhenti.

Dia kembali menaruh obat penenang itu dan bergegas keluar.

Setelah hampir 1 jam Park Beom Seok yang sering di sapa dengan panggilan Bams ini tengah duduk di meja makannya. Namun pikirannya masih tertuju oleh benda itu.

"Apa Lisa sudah bangun?" Ucap Park Chung Ho yang sedang menyiapkan sarapan.

"Hmm" Bams membalasnya dengan bergumam. Saat ini dia sedang mempertimbangkan sesuatu. Apa dia harus memberitahu hal ini atau tidak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

If Its Your Last Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang