8 #Rangkaian Hari Sebelum Pulang

203 36 0
                                    

D-69

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

D-69

Suara sirine ambulance mendominasi rumah sakit malam itu, sebagian besar petugas rumah sakit yang berada di lantai bahwa berlarian keluar, keadaan riuh dan sesak, banyak teriakan dari sana sini termasuk para pengunjung rumah sakit yang merasa ngilu atau bahkan hanya sekedar penasaran dengan alasan kenapa tujuh anak itu bisa berlumuran darah dan terbaring tak sadarkan diri di atas brankar.

Keriuhan pun berhenti saat tujuh anak sudah berada di satu ruangan yang sama, kini kehebohan hanya terjadi antar dokter dan suster yang berusaha menangani mereka di waktu yang sama agar tak ada satu pun nyawa yang terlewat. Seru-seruan dan segala macam suara terus terdengar dari setiap bilik, saling bersaut-sautan tak mau ada yang mengalah.

Hingga pada akhirnya bilik di paling ujung menghentikan keriuhannya, tak ada satu pun yang bergerak bahkan mengeluarkan suara sekecil apapun itu, yang tersisa hanya nyaringnya suara mesin elektrokardiogram yang hanya menunjukan satu garis di bagian tengahnya. Seluruh mata menatap lemas raga tak bernyawa yang gagal mereka selamatkan itu.

Sang dokter berjalan keluar dari lingkaran kerumunan yang sekarang mulai kembali bergerak untuk menindak-lanjuti raga dari anak bernama lengkap Mark Lee, langkahnya terus membawanya keluar menghiraukan kebisingan di bilik lain yang masih bertanggung jawab besar atas keenam nyawa lainnya.

Langkahnya terhenti ketika suara tangis terdengar jelas di telinganya, manik matanya segera mencari asal suara tersebut, manik matanya kini bertatapan dengan seorang perempuan yang menangis dalam keadaan acak-acakan didampingi seorang pria di sampingnya, serta ada satu pria lagi yang tampak tenang dengan balutan jasnya.

"DOKTER!! ANAK SAYA!!" Mendengar pertanyaan dengan volume yang sangat besar membuat dokter itu seakan ditarik ke lapisan teratas dari alam bawah sadarnya, ia segera meminta konfirmasi dari rekan kerjanya perihal wali dari siapakah kedua orang ini. Setelah mendapatkan jawaban bahwa sepasang kekasih ini adalah orang tua dari nyawa yang gagal ia selamatkan pun ia segera datang menghampiri seakan memberikan harapan walau nyatanya ia datang untuk memberikan kabar buruk.

Tangisan disertai dengan teriakan semakin kencang terdengar dari perempuan yang tampangnya masih cukup muda itu selepas telinganya menerima pernyataan menyakitkan dari pria berlabel dokter tersebut.

Ia terus berteriak seakan meminta mukjizat pada Tuhan agar nyawa anaknya dikembalikan ke tempat yang seharusnya walau hingga berjam-jam ia berteriak pun nyawa anaknya tetap tidak akan kembali, dia sudah pulang dan lepas ke tempat yang jauh lebih baik, tidak kejam dan menyakitkan seperti apa yang dunia lakukan padanya.

Setidaknya perempuan itu harus bersyukur tentang satu hal itu, fakta di mana anaknya sudah jauh lebih bahagia di sana dibandingkan saat kakinya masih bisa menyentuh tanah-tanah di bumi.


[✔️] Titip Nyawa || DreamiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang