Tempat Biasa

1.1K 152 7
                                    

Jennie POV

Aku duduk di bangku panjang taman belakang restoran mewah milik salah satu temanku. Tempat yang cantik, namun jarang di kunjungi oleh para tamu restoran.

Seulgi. Kang Seulgi namanya.

Teman ku yang super duper whooper kaya raya. Hidupnya sangat bergelimang harta.

Tapi Seulgi berbeda dari kedua kakaknya. Anak itu malah terlihat biasa saja. Ya sih, dari pakaian dan mobilnya saja sudah bisa ditebak kalau dia orang berada.

Maksud ku, Seulgi tidak terlalu boros dan heboh dengan barang-barang branded terbaru. Dia hanya akan membeli yang dia nyaman gunakan. Ingat, kadang yang kita suka belum tentu nyaman kita gunakan.

Begitu prinsip Seulgi.

Satu rak sepatu merk Converse nya itu, harganya mungkin sama dengan satu sepatu merk brand mewah milik kakak kakaknya. Tapi dia tidak terlihat bermasalah dengan hal itu.

Seulgi lebih senang bergaya simpel dan sedikit sporty.

Eh, kenapa aku malah bercerita tentang Seulgi? Hihihi.

Tapi kalau tidak karena Seulgi, mungkin aku tidak perlu duduk di bangku taman ini hari ini.

Kenapa aku bercerita tentang Seulgi? Karena kita cocok. Aku dan Seulgi punya selera yang hampir sama.

Okelah, aku agak addict dengan salah satu brand mewah.

"Jennie Jennie Jennie.. My human Chanel," Begitu panggil Seulgi tiap bertemu denganku.

Tapi, aku juga suka berbelanja barang yang terlihat mewah dengan harga miring di internet. Aku pandai menemukan barang bagus dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan barang bermerk lainnya.

"Apa saja yang Jennie gunakan selalu terlihat mewah," Begitu puji orang-orang.

Ah, padahal menurut ku biasa saja.

Sudah 30 menit aku duduk disini. Menikmati cappuccino dingin dan bagel blueberry kesukaan ku. Lalu aku melihat ice americano yang sudah aku siapkan untuk seseorang, gelasnya sudah penuh dengan bulir-bulir seperti keringat. Tapi dia belum datang juga.

Dia, orang yang membuat ku betah berlama-lama disini.
Dia, yang mengajarkan aku cara untuk berbagi.
Dia, yang membuka mataku kalau dunia ini begitu luas.
Dia, yang berhasil merebut hatiku.
Dia, yang entah akan datang atau tidak hari ini.

Disini, satu tahun yang lalu.
Pertemuan terakhir kami, komunikasi terakhir kami.

Pertemuan yang membuatku berharap dalam cemas, akan kah dia berhasil? Mau kah dia mengorbankan hal lain untukku?

"Jen?"

Aku menengok segera. Walaupun aku tau itu bukan suaranya.

Dan benar saja. Itu adalah Seulgi.

"Gue cariin," Kata Seulgi lalu duduk disebelah ku.

Cukup kaget dia melihat minuman yang aku taruh disana.

Seulgi menatapku, aku tau... Itu tatapan iba darinya.

"Still waiting for her?" Tanya Seulgi.

Aku mengangguk.

"Oke. Yaudah, gue balik ke dalem aja.. Takut kalau dia dateng, gue jadinya ganggu.." Kata Seulgi lalu kembali bangkit.

Dia menaruh tangannya di pundakku, lalu meremasnya pelan. "Kita ke bandara sore ini loh ya, jangan lupa.."

Aku kembali mengangguk dan memberikan senyumku padanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Moment | JENSOOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang