"Mobil baru ya Ve ?"
"Bukan, punya papahku Mel, tadi karena hujan aku pinjem untuk pergi ke kantor," jawabku meredam rasa penasaran Imel.
Imel adalah teman satu kantorku, lumayan akrab dan ramah. Itu dulu, sebelum aku tau sifat yang sebenarnya.
Saat istirahat makan siang, kami para karyawati sering sekali leyeh-leyeh di mushola kantor sambil menghilangkan penat sejenak. Nah, biasanya di saat inilah kami biasa bertukar cerita, dari masalah pimpinan yang gak mau tau (kerjaan masih aja ditodong walau sudah di rumah) sampai info dimana minimarket yang menjual popok bayi yang murah.
Nah, pada saat asik-asiknya membandingkan harga minimarket A dan B, tiba-tiba Imel nyeletuk, "Eh Ve, suamimu sekarang kerja dimana ? Aku pernah liat sore-sore ada di Café Manja Rasa loh! "
"Kerja di swasta Mel, kadang ketemuan dengan klien di situ," jawabku santai dengan mata melirik ke Fatma, teman sehati dan sedang sama-sama belajar tentang Sunnah. Fatma cuma senyum simpul mendapati mataku tertuju ke arahnya.
"Oo, pasti gede ya gajinya karena rumahmu sekarang di Villa Damai itu kan ? Lumayan tuh harga di komplek itu !" sambungnya dengan nada masih penasaran.
"Alhamdulillah, gaji suami dan aku cukup aja, gak kurang dan juga gak terlalu berlebih," sahutku mencoba biasa.
"Ya iyalah pasti cukup, kan dah punya rumah sendiri, ada mobil, apalagi coba !" cetus Imel lagi.
"Alhamdulillah, Allah sudah kasih rezekinya masing-masing, rezekimu dan teman-teman juga Masya Allah...eh, yuk jam istirahatnya dah habis, balik kerja lagi gaess !" aku coba menyudahi pembicaraan yang bakal gak ada ujungnya inih.
Susah memang kalau ada orang terlalu kepo dengan kehidupan orang lain. Di jawab jujur salah, menghindar jadi bulan-bulanan gosip. Belum lagi kalau keponya plus iri plus dengki alias hasad, hadeuuh benteng pertahanan kita musti kuat. Bisa-bisa kita jatuh sakit tanpa sebab, atau dijauhi karena berita yang salah bahkan bisa lebih buruk lagi, Allahu musta'an.
Menurut jumhur ulama, hasad adalah berharap hilangnya nikmat Allah pada orang lain. Nikmat ini bisa berupa nikmat harta, kedudukan, ilmu, dan lainnya. Demikian penjelasan Syaikh Ibnu 'Utsaimin dalam Syarh Al-Arba'in An-Nawawiyyah, hlm. 368. Perkataan jumhur ulama di atas diungkapkan oleh Syaikh Musthafa Al-'Adawi hafizhahullah,
"Hasad adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain." (At-Tashiil li Ta'wil At-Tanziil Juz 'Amma fii Sual wa Jawab, hlm. 720)Hasad menurut Ibnu Taimiyah adalah,
"Hasad adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang dihasad." (Majmu'ah Al-Fatawa, 10:111).Itu baru di kantor ya. Di keluarga belum lagi, keponya kadang ngalah-ngalahin Insert Investigasi dan Mata Najwa. Mana beritanya jadi seperti di Setajam Silet. Ngeriiik. Dulu, waktu baru mau nikah aja kepo tentang siapa calonnya, dari keluarga yang bener apa enggak, berapa saudaranya, kenapa kok keluarganya begitu, bla-bla, et cetera et cetera.
Sudah nikah, ditanya kapan punya rumah sendiri, kok belum hamil-hamil juga, kok sifatnya ke keluarga besar gitu dan seambrek pertanyaan-pertanyaan yang kalau pas pertemuan keluarga dilontarkan tanpa tedeng aling-aling.
Nah, kalau sekiranya aku dan pasangan inih berbeda pandangan dengan mereka, berbeda kebiasaan, apa aja deh, pokonya gak satu visi dan misi ma mereka, mulai tuh kami dianggap sebelah mata. Kalau kami kirim pesan di wa grup, kagak direspon. Ada juga yang masih kepo-kepo coba cari tau kenapa kami berbeda dari sumber lain salah satunya dari ortu kami, ya pokoknya gitulah. Kayak gak seneng liat orang bahagia dikit ajah.
Terkadang kami juga gak tau, kenapa ya ada orang yang tiba-tiba diam ke kami atau yang dulu biasa atau ramah banget bisa diam seribu bahasa, termasuk di wa. Kadang coba juga introspeksi diri apa pernah berkata kasar atau menyakiti atau apalah ya. Hanya bisa menjawab... mungkin, tidak specific kami bisa memutuskan atau bilang pernah. Karena selama ini kami, tidak pernah punya masalah dengan siapapun. Menurutku kalau berbeda pandangan itu wajar. Ada diskusi, perdebatan itu normal saja. Tetapi cukupkan sampai di forum itu saja, tidak usah melebar kemana-mana dan jadinya di tiap acara atau momen kok sepertinya menghindar atau gak suka berlebihan. Pernah mengalami hal yang sama gak ?
Dan yang nyebelinnya lagi tuh kalau pas ada urusan dengan orang yang tidak suka dengan kami ini, karena urusan kerjaan mungkin atau ada acara keluarga. Mereka menonaktifkan centrang biru mereka. Nah, kita gak bakalan tau tuh mereka sebenarnya dah baca atau belum, bisa segera eksekusi atau tidak, bahkan kami juga jadi sama sekali tidak punya bukti menyalahkan karena pesannya sudah tersampaikan cuma tidak dijawab misalnya. Bikin kesel kan ?
"Centang Biru" adalah fitur dari aplikasi whatsapp di mana teman chatting akan tahu apakah kita sudah membaca chatting itu atau belum. Apabila fitur ini dinon-aktifkan, maka teman chatting tidak akan tahu apakah kita sudah membaca atau belum. Pembahasan ini sempat menjadi pertanyaan beberapa orang karena ada anggapan apabila mematikan fitur ini, akan membuat orang suudzan atau buruk sangka sehingga mematikan fitur "centang biru" hukumnya tidak boleh dan suatu bentuk kedzaliman.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Janganlah kalian saling hasad (mendengki), janganlah saling tanajusy (menyakiti dalam jual beli), janganlah saling benci, janganlah saling membelakangi (mendiamkan), dan janganlah menjual di atas jualan saudaranya. Jadilah hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara untuk muslim lainnya.
Karenanya, ia tidak boleh berbuat zalim, menelantarkan, berdusta, dan menghina yang lain. Takwa itu di sini–beliau memberi isyarat ke dadanya tiga kali–. Cukuplah seseorang berdosa jika ia menghina saudaranya yang muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya itu haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.'" (HR. Muslim, no. 2564)Awalnya terganggu pastinya ya dengan orang-orang yang dengki atau yang mendiamkan kita ini. Aku pun demikian. Kadang nyari cara, gimana ya supaya mereka gak gitu sama aku atau kenapa ya, apa salahku. Tapi, setelah aku banyak mendengarkan kajian dan membaca artikel islami ternyata menurut Ibnul Qayyim rahimahullah secara ringkas mengatakan, bahwa jika ada yang hasad pada kita, tidak usah dipedulikan, tidak perlu takut, dan hati kita tidak usah memikirkan dia. Intinya, jangan ambil peduli dengan orang yang hasad, sibukkan diri dan tidak banyak memikirkan dia.
"Ve, wajahmu sekarang kok banyak jerawatnya, lagi banyak masalah ya ?"suara Imel mengagetkan aku yang sedari tadi lagi mikir kenapa ada orang kayak dia.
"Alhamdulilaah ala kulli haal " (Segala puji syukur kepada Allah atas semua keadaan)...jawabku singkat sambil buru-buru beranjak naik ke lantai atas (dalam hati yang berbicara agak ngedumel juga, 'bodo amat, yang penting gue manis!').
Tanbih :
Tidak semua yang kepo itu iri atau dengki, bisa jadi hanya kebiasaan atau budaya saja. Tetapi ini juga harus kita hindari karena tidak ada manfaatnya. Daripada kepo in orang lain lebih baik sibukkan diri dengan menuntut ilmu.
Kepo juga diperbolehkan jika berurusan dengan wawancara kerja, itupun dibatasi kepada hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya nanti, atau kepo dalam urusan di pengadilan. Intinya dalam rangka mencari solusi oleh ahlinya. Wallahu'alam.

YOU ARE READING
Envy
De TodoSaya sedang mengikuti tantangan 30 hari konsisten menulis. Kepo atau kepingin tau yang tidak pada tempatnya atau berlebihan sangat dekat dengan sifat iri dan dengki. Jadi berhati-hatilah.