Ipen Ketiga || Huruf Kapital

12 1 0
                                    

Nama ; Ndra ( FC Member )

Namaku Kles Efsi. Aku adalah seorang pengajar di salah satu sekolah di Kota Wassap. Kegiatan sehari-hariku adalah mengajar, tentu saja.

Hari ini adalah hari kesekian aku pergi ke SMA Bulu Burung. Ya, aku adalah seorang guru baru di sana. Tak ada yang salah pada cara mengajarku, hanya saja, akhir-akhir ini banyak sekali masalah yang kuhadapi. Pasalnya, ada seorang murid bernama Ali yang sangat susah diatur karena ia seringkali tertidur dan datang terlambat di kelas.

Seperti hari ini, anak itu lagi-lagi terlambat menghadiri kelas bahasa Indonesia yang kuajar.

"Maaf, Pak. Saya terlambat." Kalimat itu sudah menjadi sarapan pagiku. Sampai aku bisa menghafal intonasi dan gerak bibir Ali.

"Kenapa kamu terlambat, Ali?" tanyaku untuk pertama kalinya. Aku bukanlah tipe guru yang galak, namun lama-lama aku juga kesal dengan kelakuannya.

"Maaf, Pak Kles. Tapi Ali kan anak Pak Kepala Sekolah, kok masih di tanya?" Selvi-muridku-menginterupsi.

Mataku beralih menatap Selvi dengan raut muka kesal. "Nak, mau dia anak Gubernur Robert van Gogh pun bapak tidak peduli lagi sekarang," ujarku tegas.

Ali hanya nyengir melihat suasana kelas menjadi tegang karenanya.

"Saya sudah tidak menerima keterlambatanmu lagi, Ali. Sekarang kamu harus melaksanakan hukuman sebagaimana mestinya," kataku pada Ali yang wajahnya berubah muram.

"Tapi, Pak Kles. Aku anak Pak Kepala-"

"Saya tidak peduli, Ali. Panggil saja Ayahmu kemari kalau kau berani."

Ali menelan ludah. Air mukanya berubah masam. Seperti yang kuduga, anak ini sebenarnya berlaku seenaknya tanpa diketahui Kepala Sekolah. Aku tahu betul Kepala Sekolah bukanlah orang yang buruk perangainya.

"Sa-saya bayar denda aja ya, Pak." Ali ciut.

Aku menghela napas. Dia ini anak orang berduit, batinku. Pastilah tak akan jera.

"Begini saja, Ali. Kau jelaskan penggunaan huruf kapital dengan jelas dan singkat di depan kelas. Bapak sudah menyampaikannya minggu lalu." Aku melangkah menuju kursi, lalu duduk sambil menyilangkan kaki. Menunggu bocah itu menjalankan hukumannya.

Ali menghela napas. Ia beralih menatap ke teman-temannya yang duduk di kursi.

"Oke teman-teman, aku akan menjelaskan materi minggu lalu...."

Mataku tak berkedip saat mengetahui bahwa Ali menjelaskan dengan sangat ... hebat.

Feathercommunity

Catatan Ipen Mingguan FCTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang