Lagi dan lagi. Seorang gadis itu menyaksikan seorang pria yang tengah duduk termenung dipinggiran danau itu. Dilihatnya pandangan pria itu menatap langit mendung, Seolah alam tahu tentang isi hatinya itu. Siapapun dapat melihat bahwa pandangan sayu pria itu terlihat seperti seseorang yang sedang putus asa.
Berkali-kali ia menghembuskan napasnya panjang. Sesekali dengan memejamkan mata seraya meremas tangannya sendiri. Entah apa yang sedang dipikirkan seorang pria tampan berkulit putih seperti kulit orang asia timur itu. Angin sepoi-sepoi lewat tanpa permisi. Membuat seseorang yang tengah duduk bersila di pinggiran danau itu mengerjapkan matanya. Diliriknya arloji di pergelangan tangannya.
"Yang benar saja" Gumamnya.
Sebuah senyum getir menghiasi wajahnya. Semenit dua menit kemudian empat orang berjas rapi datang menghampirinya.
"Tuan, sudah waktunya" Begitulah kata salah seorang dari mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Harapan seorang Maira
RomanceAngin sepoi-sepoi lewat tanpa permisi. Membuat seseorang yang tengah duduk bersila di pinggiran danau itu mengerjapkan matanya. Diliriknya arloji berwarna coklat di pergelangan tangannya itu. "Yang benar saja" Gumamnya seorang diri. Sebuah se...