Sagara-13

1K 160 42
                                    

◇◇◇

Hari itu, entah mengapa Nadine merasa sedih melihat wajah damai Saga yang tertidur di salah satu ranjang UKS. Wajahnya terlihat pias. Kantung matanya tampak jelas. Kata penjaga UKS, Saga terlihat agak stres yang entah apa penyebabnya. Namun jika dilihat dari raut wajahnya tadi pagi, lelaki itu pasti sangat kelelahan. Nadine jadi penasaran, sebenarnya kehidupan seperti apa yang Saga jalani selama ini? Dia begitu tertutup pada siapapun. Jika diperhatikan lebih detail, pemuda ini bahkan tak pernah tampak tertawa lepas. Ia hanya memiliki wajah datar, serius, dan hanya tersenyum dan tertawa kecil sesekali. Ia juga tak terlihat dekat dengan teman manapun. Mungkin hanya Esa dan Vian saja yang terlihat agak dekat dengannya. Bahkan kedua lelaki itu pun tak pernah tahu di mana Saga tinggal, atau dengan siapa ia tinggal.

Nadine menghela napas berat. Gadis berambut panjang itu menatap tangan Saga yang terkulai di sisi badannya. Rasanya Nadine ingin menggenggam tangan itu dan menyalurkan kekuatan baginya. Seperti Saga yang akhir-akhir ini membuat hari Nadine menjadi sedikit lebih berwarna.

Tak bisa dipungkiri memang, hal sekecil apa pun yang Saga lakukan padanya, nyatanya berpengaruh positif bagi dirinya. Terutama hatinya yang terasa nyaman jika berada di sampingnya.

"Na?"

Suara serak Saga membuyarkan lamunan gadis itu. Ia pun menoleh dan mendapati cowok itu tengah menatapnya dengan tatapan sayu.

"Ga, udah baikan? Mau minum atau mau makan? Nanti aku bawain ke sini," kata Nadine yang merasa canggung karena ia berada di sana seorang diri. Bahkan wajahnya tampak senang melihat Saga yang akhirnya bangun.

"Jam berapa sekarang?"

"Ehm ... jam dua belas kurang Ga, bentar lagi adzan dzuhur."

Cowok itu terkesiap, kedua matanya membola. Itu artinya dia sudah tertidur selama hampir dua jam, dan ia melewati beberapa mata pelajaran hari ini.

"Sejak kapan kamu di sini, Na?"

"Sebelum Bu Intan masuk, aku di sini sampe sekarang."

"Berarti kita bolos pelajaran Bu Intan?"

Nadine menggigit bibir bawahnya, kemudian mengangguk lesu.

"Makasih ya, Na."

"Hah?"

"Makasih udah nunggu aku di sini."

Nadine menganggukkan kepalanya. "Ga, kamu sakit? Kenapa enggak izin pulang aja atuh?"

"Cuma kaki aku aja yang sakit Na, tadi di pake lari jadi sekarang agak infeksi. Tapi enggak apa-apa, udah diobatin kok." Saga tersenyum tipis, dengan harapan Nadine tak memperpanjang pertanyaannya.

Nadine melihat ke arah kaki pemuda itu yang kini sudah terbalut kain kasa. Nadine pun mengangguk paham. Kemudian setelahnya hening, suasana berubah canggung sebab keduanya malah saling diam. Saga akhirnya bangkit, ia memakai sepatunya dengan hati-hati.

"E-eh mau ke mana, Ga?"

"Sekarang udah waktunya istirahat 'kan?"

Nadine hendak menepuk keningnya sebab ia lupa, tetapi dengan cepat Saga menahan pergerakannya, membuat Nadine manatap Saga dengan jarak yang tak lebih dari lima centi saja. "Jangan dibiasain gitu, enggak baik. Kesannya kamu enggak ngehargain diri kamu. Ini kepala loh, bukan dengkul."

"I-iya maaf atuh, kan refleks," ujarnya kaku seraya menundukkan kepala. Malu juga dilihat Saga dengan jarak sedekat itu.

"Minta maafnya jangan ke aku, tapi ke kapala kamu."

"Iya gitu? Ya udah, maafin aku ya, kepala." Dengan polosnya Nadine menuruti perkataan Saga dengan berucap sambil mengusap kepalanya. Hal itu justru membuat Saga tertawa geli melihat tingkah lucu gadis tersebut.

Sagara [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang