Uno

3.7K 161 7
                                    


Suara dentuman musik yang memekakkan telinga. Kerumunan manusia dengan pakaian minim yang meliuk-liukkan badan ke kanan dan ke kiri mengikuti alunan musik. Aroma khas dari minuman ber-alkohol serta asap yang berasal dari benda bernikotin memenuhi seluruh sudut ruangan malam ini.

Semuanya adalah pemandangan biasa yang selama ini menemani pemuda manis bertubuh mungil serta berkulit putih itu. Sudah sekitar tiga bulan dia memesuki dunia malam yang tak seharusnya dia datangi di usianya.

Dia, Asahi Hamada, seorang siswa sekolah menengah atas yang usianya belum genap 17 tahun. Sudah masuk ke dalam pesona dunia malam seolah membuatnya lupa akan usianya yang masih dibawah umur.

Jangan tanyakan kenapa dia bisa masuk ke club malam saat usianya saja belum legal. Nyatanya uang bisa membeli segalanya. Selain itu Asahi mengenal pemilik club ini.

Saat kakinya sudah memasuki area club, tujuan pertamanya adalah toilet. Ya, toilet. Asahi akan melepas celana panjangnya. Dia selalu datang ke club dengan pakaian yang tertutup. Celana panjang gelap dan juga jaket kebesaran yang panjangnya bahkan sampai lutut. Dia akan melepas celana panjangnya lalu memasukkan celana itu ke dalam loker khusus yang sudah disediakan pemilik club untuk orang-orang seperti Asahi.

Faktanya, Asahi bukanlah satu-satunya pelanggan di club ini yang masih dibawah umur. Banyak anak-anak dibawah umur lainnya yang datang ke club.

Asahi keluar dari toilet dengan celana yang sudah disampirkan di lengan kirinya. Menyisakan jaket panjang selutut yang membuatnya terlihat seolah tidak mengenakan celana. Jaketnya sama-sama berwarna gelap. Setelah menaruh celananya di loker. Asahi langsung menuju ke meja bar.


🥂🥂🥂


Sampai di meja bar, Asahi langsung memesan minuman kesukaannya pada bartender yang memiliki postur tubuh tinggi dan bersurai perak.

"Kak Yoshi. Seperti biasa ya, satu"

Ucapnya saat baru saja mendudukkan diri di kursi depan bar.

"No. Bukankah besok masih hari sekolah? Kau tidak boleh mabuk Sa malam ini. Bagaimana kalau mocktail saja?"

"Oh ayolah kak Yoshi yang tampan. Hari ini benar-benar hari yang buruk. Aku butuh sesuatu untuk menyegarkan otakku"

Si bartender, Yoshi, hanya bisa menghela napas lalu segera membuatkan pesanan 'pelanggan setia'nya.

"Baiklah. Tapi hanya satu. Oke?"

Melihat Yoshi yang mulai membuatkan pesanannya. Otomatis senyum Asahi mengembang.

"Aku tau, kau memang yang terbaik. Jjang!"

Yoshi meletakkan pesanan tadi di hadapan Asahi. Setelah melempar senyumnya pada Yoshi sebagai tanda terima kasih. Asahi memutar kursi jadi menghadap kerumunan manusia yang sedang 'menghayati' alunan musik.

Suasananya ramai. Suara musik diputar dengan sangat keras. Semua yang ada di hadapannya kini terlihat tertawa bahagia menikmati dunia mereka masing-masing. Berbeda dengan raut muka Asahi yang terlihat datar setelah memutar kursi tadi.

Pemandangan yang ada di hadapannya kini bergerak normal. Tapi entah kenapa semua terlihat seolah-olah bergerak secara slow motion di mata pemuda manis itu. Sorot matanya seolah menunjukkan tatapan kesepian diantara keramaian.

Ah, persetan dengan semua!

Setelah puas menikmati pemandangan itu. Asahi langsung meneguk habis cocktailnya dalam satu kali tenggak.

Melepas jaket. Menyisakan kemeja putih tipis yang bahkan bisa memperlihatkan lekuk tubuhnya saat tersorot lampu diskotik. Jangan lupakan celana hitam ketatnya yang bahkan tak sampai menutup setengah dari paha mulusnya. Asahi lalu pergi meninggalkan meja dan bergabung ke 'lantai dansa'.


🥂🥂🥂


Pemuda manis itu mengambil alih salah satu spot yang biasa digunakan para penari striptis untuk melakukan 'tugas' mereka. Asahi meliuk-liukkan tubuhnya di atas panggung dan menjadikan tiang sebagai 'media' dia menari menikmati alunan musik EDM yang DJ mainkan.

Tak sedikit pasang mata tertuju padanya. Entah yang berada di dekat sana maupun yang berada di lantai atas. Eksistensinya berhasil mencuri perhatian sebagian penghuni club. Bahkan tak sedikit wanita malam yang iri dengan bentuk tubuh Asahi.

Pinggang ramping yang terlihat saat kemejanya tersorot lampu. Paras tampan sekaligus manis. Kulit mulus putih bersih tanpa ada cacat sedikitpun.

Ah, tidak. Ada sedikit cacat di bagian wajah pucatnya. Cacat bawaan lahir yang akan menambah kesan menawan saat pemuda itu tersenyum ataupun tertawa.


Semakin larut, tempat itu bukannya sepi tapi malah semakin ramai oleh para pengunjung. Bahkan sekarang sudah lebih dari tengah malam.

Asahi masih setia menari. Tiga kancing teratasnya kini sudah terlepas. Rambut dan bajunya sudah basah karena cipratan minuman beralkohol yang sengaja disemburkan dari botol, ulah pengunjung lain yang seolah ingin menambah kesan 'sexy' pada Asahi.

Kesadarannya mulai terenggut oleh minuman-minuman yang disodorkan ke arahnya supaya Asahi semakin menggila dengan tariannya. Tentu Asahi tidak menolak minuman gratis itu. Minuman gratis yang diberikan supaya Asahi semakin menunjukkan pesonanya. Minuman gratis yang dia terima hanya dengan memberi senyum manis sebagai imbalan.

Puas dengan kegiatannya. Asahi turun dari panggung. Mengundang decak kecewa dari sebagian besar orang yang tadi mengerumuninya. Tapi mau bagaimana lagi, tak akan ada yang bisa mencegahnya juga untuk tetap di sana.


🥂🥂🥂


Asahi berjalan gontai saat keluar club. Menghentikan taksi yang lewat lalu menuju ke tempat tinggalnya.

Sampai di tempat tujuan. Asahi langsung merebahkan tubuh di kasur berukuran king size miliknya. Tersenyum sejenak mengingat apa yang dia lakukan malam ini lalu memejamkan mata untuk mengistirahatkan raganya yang terasa lelah.

Perlahan napasnya mulai teratur. Menandakan pemuda manis itu sudah masuk ke alam mimpi. Membiarkan dirinya terlelap tanpa membersihkan seluruh tubuhnya yang masih sedikit basah.



🥂💎🥂💎🥂

The Night | kyusahi/mashisahi/harusahi/hwansahi (?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang