note : akan ada 8/10 chapter.
bahkan lebih, so.. nikmati alurnya okei?"semesta berkata, semuanya itu ada resikonya. termasuk mencintaimu. aku harus menerima resiko bahwa aku akan kehilangan sosokmu diwaktu yang akan datang."
-lee minhyung."mungkin semesta benar, semua orang akan bertemu kebahagiaannya diwaktu yang ditentukan, namun mengapa aku bertemu denganmu disaat hidupku diujung tanduk?"
-na jaemin"peluk aku, nikmati alunan nada indah detakan jantungku, tutuplah matamu dan nikmati angin malam yang berhembus, bisakah engkau mengabaikan penyakitmu dan melihat kearahku? menghabiskan waktu bersamaku sebelum ajal menjemputmu??"
"kurasa tidak. mark.."
-mark & jaemin
•...•...•...•
"dokter, bagaimana? masih ada berapa persen kesempatanku hidup?"
"sepertinya... 40% jaemin. saya meminta maaf sebesar besarnya." ucapan dokter itu membuat hati jaemin merasa nyeri, ia mencoba tersenyum dan menganggukkan kepalanya, mencoba menerima nasib dimana ia sudah harus pergi, meninggalkan orang yang ia kasihi.. dan cintai..
"jika kau bisa menahannya, kemungkinan kau bisa bertahan selama setahun kedepan. lalu.. beristirahat ditempat yang seharusnya tuan na" ucapan dokter itu terkesan memberi harapan, jaemin hanya memberikan senyum menawannya sebelum bangkit pamit untuk kembali ke kediamannya
namun hati kecilnya berharap, semoga hidupnya terselamatkan.
langkah kecil itu terbawa, ia berjalan mendekati ruang dimana ia harus menebus obat yang ia dapatkan dari dokter byun. dia berdiri mengantri sambil menatap ke layar handphonenya yang menunjukkan satu pesan
jisungie (2)
nana bisa sembuh kan?
aku harap nana bawa kabar baik
buat icung nanti !jaemin tersenyum kecut, lalu menyembunyikan handphone miliknya dikantung hoodie toska yang ia gunakan. huftt sepertinya ia harus berbohong agar adik kesayangannya tidak sedih.
"tuan ?"
"permisi ? ?"
seruan itu membuat jaemin menggelengkan kepalanya, mencoba berhenti bengong. ia melihat pria yang sedikit lebih tinggi darinya, dengan wajah berwibawa, badan gagah dan tatapan tajamnya, ah. pria itu terlihat lebih tua beberapa tahun darinya
merasa terkejut, ia baru menyadari pria itu melambaikan tangan didepan wajah eloknya, mencoba membuatnya sadar dari lamunannya. "a-ah. maafkan saya, ada apa?"
terlihat pria yang menyadarkan lamunan jaemin tadi terkekeh melihat tingkah manis jaemin, ah. jaemin malu sekarang, pipinya mulai bersemu kemerahan
seseorang, tolong ingatkan jaemin untuk menutup pipinya, sebelum kekehan pelan pria itu menjadi tawa mengejek.
tangan pria itu terulur, mengusap pelan pipi pucat jaemin yang kemerahan karna malu. "pipi anda, memerah. manis"
dengan empat kata, pria itu berhasil membuat jaemin melotot kaget dan mencoba menutupi pipinya yang semakin memerah seperti tomat pasar. sedangkan pria itu menahan tawa gelinya melihat tingkah salting yang menurutnya begitu manis
seolah teringat sesuatu, pria itu menarik punggung jaemin mendekat, lalu mundur selangkah, berdiri dibelakangnya
jaemin menyadari niatan pria itu, ia memberikan posisi lebih cepat, menyuruh jaemin lebih cepat menebus obatnya karna mukanya semakin pucat pasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang ketakutanku. | Markmin.
Short Story(short story, up 2 hri sekali) "people say, ketika engkau siap mencintai maka engkau juga harus siap kehilangan. so, kau siap kehilanganku, mark?" "jika mulutku bisa berkata jujur, mungkin aku akan menjawab tidak jaemin."