Seserpihan rindu meruak. Mekar tak tersiram, namun begitu subur dan penuh.
Aku melihat orang lain hancur, kehilangan. Kemudian aku teringat lukaku sendiri, menyesakkan. Untaian ini hanya agar lirih tak terdengar, anak-pinak sungai tak tertuai.
Aku memilih sendiri. Bukan karena tak ada yang menemui. Tapi, melihat kacau balaunya mereka dengan ego sendiri, membuatku urung lewat naluri.
Aku ingin berurai, dalam dekap hangat yang sama. Meremas tungkai-tungkai tegap yang sama. Sama, sebelum semuanya semu.
Nyatanya, aku telak dengan romansa psikis setengah gila. Meraup-raup putus asa.
Kini tenang.
Tenang sekali.Sama itu dalam damai yang gelap, kemudian sendiri.
Tenggelam.🍁🍁🍁🍁🍁