FYM (1)

6 1 0
                                    

Ananta duduk bersandar di kantin sendiri. Hari ini teman sebangku sekaligus sahabatnya tidak masuk kelas, jadilah ia hanya luntang-lantung di sekolah. Apalagi Rengga yang menjadi kepujaannya tengah keluar sekolah untuk mengikuti perlombaan futsal se kabupaten. Ananta yang mulai jengah lantas meninggalkan baksonya dan berjalan kembali ke kelas. Ia mengamati sekilas kelasnya yang ramai karena guru-guru sedang rapat. Kelasnya menyenangkan dan hanya Ananta yang merasa sedih hari ini.

Ananta mengambil tasnya lalu bergegas ke gerbang sekolah. Ia pergi lagi. Bukan. Ia selalu pergi kapanpun ia merasa bosan. Ananta berjalan menyusuri jalan pinggir pasar, ia melihat-lihat sekeliling sambil menikmati keramaian aktivitas orang yang lalu-lalang. Ananta berhenti di sebuah gerobak dawet, ia membeli lalu kembali berjalan sambil meminum es dawet favoritnya. Lalu ia menyetop angkot dan meminta diturunkan di sebuah toko kue. Ia hanya menatap dalam toko tersebut, ada seorang wanita paruh baya yang tengah sibuk melayani pembeli di tokonya yang cukup ramai. Ananta kembali berjalan dengan seragam yang mulai kusut di tubuhnya. Lalu ia berhenti di halte dan duduk sambil memainkan ponselnya.

Ananta mendongak dan tak sengaja matanya menangkap sosok dibalik helm itu. Rengga tampak mengemudikan motornya dengan santai. Dari jauhpun Ananta bisa mengetahui jika itu adalah Rengga yang masih mengenakan kaos futsal dan celana jeans panjang. Tanpa basa-basi Ananta langsung beranjak dan memasang tubuh di tengah jalan. Rengga yang dari jauh langsung mecekal remnya dan memutar mata malas melihat gadis gila di hadapannya saat ini. Ia menurunkan satu kaki kirinya dan membuka kaca helm.

"Ngapain lo di situ? Mau mati ya?"

"Rengga ayo kita jalan-jalan, boncengin aku naik motormu yah."

"Ga, gw capek."

"Yaudah, aku ke rumah kamu aja ya."

"Ga, minggir lo."

Rengga berbelok ke kanan sedikit lalu melajukan motornya menjauh untuk segera pulang. Ia tak peduli dengan Ananta yang berjalan malas kembali duduk di halte. Untuk saja jalanan tampak sepi sehingga Ananta tidak malu jika dilihat orang-orang. Ananta membuka ponselnya dan mengirim pesan kepada Rengga.

'Hati-hati di jalan, jangan lupa hatiku juga buat kamu'

Itulah Ananta, sejak dua tahun lalu ia tak henti-hentinya mengganggu Rengga. Berawal dari kelas 8 SMP saat Ananta menjadi murid baru di sekolah Rengga, hingga Ananta yang terus mengikuti Rengga di SMA yang sama. Sampai saat ini, Ananta masih terus menyukai Rengga. Namun juga Rengga yang terus menolak Ananta dari hidupnya. Yang Rengga inginkan hanya Ananta yang menjauh dari hidupnya dan tak ingin melihat Ananta lagi. Namun bukan Ananta jika pergi begitu saja, justru Ananta terus mendekati Rengga dan semakin menjadi untuk selalu menunjukkan perasaannya kepada Rengga. Teman-teman mereka sudah tau bahwa Ananta sangat menyukai Rengga. Dan Rengga yang selalu menolak Ananta bahkan seantero sekolah tau tentang itu. Banyak gadis-gadis yang tidak jadi untuk mendekati Rengga karena Ananta akan menjahili semua gadis yang mencoba memiliki Rengganya.

Sesampai di rumah, Rengga membuka ponselnya. Hanya sebentar lalu membersihkan diri di kamar mandi. Sedangkan Ananta baru sampai di rumah, ia segera melepas sepatu dan masuk ke kamar untuk merebahkan diri. Jangankan untuk mandi, untuk melepas seragamnya Ananta sangat malas. Ia membuka kembali room chatnya dengan Rengga. Tak ada yang istimewa sama sekali. Hanya pesan-pesan dari Ananta yang berakhir di baca oleh Rengga tanpa membalasnya. Begitupun pesan yang baru Ananta kirim sore ini. Kesal? Marah? Tidak, Ananta hanya tersenyum simpul dan lanjut membuka twitternya.
.
.
.
.
.
.
Selamat datang di ceritaku ini. Jangan lupa vote ya..

FROM YOUR MESSAGEWhere stories live. Discover now