17

5.1K 477 16
                                    

Jaemin membuka mata perlahan, jam di kamarnya menunjukkan pukul tujuh. Dia tertidur sekitar dua jam. Mungkin demamnya sedikit reda, karena kepalanya terasa lebih ringan sekarang.

Tapi ia segera teringat si bodoh Jeno yang tadi hujan-hujanan. Bisa dipastikan anak itu mulai demam sekarang.

Jaemin segera mencari ponselnya dan menghubungi sahabatnya itu. Tidak ada jawaban. Jaemin mencoba lagi, tetap tidak ada jawaban. Akhirnya Jaemin menyerah.

Jaemin menyadari ada beberapa panggilan tak terjawab dan pesan masuk di ponselnya sekitar setengah jam yang lalu. Semuanya dari Jaehyun.

Jaemin menghela napas, lalu mengetikkan balasan.

Jaehyun Hyung

|Kau baik-baik saja?

Aku baik-baik saja.|
Jangan khawatir.|

Jaemin kembali merebahkan tubuhnya. Jujur saja sekarang pikirannya dipenuhi dengan segala kekhawatiran terhadap sahabat menyebalkannya itu.

"Apa dia baik-baik saja?" gumamnya. Pandangannya beralih ke nakas di samping tempat tidurnya. Ia bangkit dan membukanya, mengambil beberapa obat dari sana.

Berniat meminumnya, Jaemin menuju dapur untuk mengambil air. Setelah meminumnya ia terdiam sebentar di dapur, menatap dua lembar obat di tangannya yang tinggal beberapa biji. Itu adalah obat yang selalu ia berikan pada Jeno saat anak itu demam. Bisa dibilang itu adalah persediaan untuk Jeno.

Jaemin mendengus. Bukankah ia sudah sangat baik sebagai seorang sahabat?

Jaemin berbalik menuju kamarnya lagi. Ia pikir Jeno pasti membutuhkan obat itu sekarang. Tapi bagaimana lagi, jika Jaemin pergi ke rumah Jeno dengan keadaannya yang sekarang, bisa dipastikan ia akan pingsan di jalan.


Jaemin hampir saja menjatuhkan gelas di tangannya saat menemukan Jaehyun di dekat pintu kamarnya.

"Maaf tadi aku mengetuk pintu beberapa kali tapi kau tidak dengar, dan ternyata pintunya tidak terkunci." jelas Jaehyun tanpa ditanya.

Jaemin mengangguk mengerti, lalu membawa Jaehyun ke ruang tamu.

"Aku membawakanmu makanan. Kau pasti belum makan." Jaehyun meletakkan sesuatu di meja.

"Terima kasih,"

Jaemin kembali terdiam.

"Kau sungguh baik-baik saja? Tidak perlu ke dokter?"

Jaemin mengangguk dengan semangat untuk meyakinkan Jaehyun. "Demamku bahkan sudah agak turun," Jaemin mengambil tangan Jaehyun dan meletakkannya di keningnya.

"Tapi kau terlihat agak- jangan bilang kau sedang mengkhawatirkan si Jeno itu?" tanya Jaehyun tepat sasaran.

Jaemin menghela napas, lalu kembali menatap obat yang ia letakkan di meja.

"Hei dia sudah besar, pasti bisa mengurus dirinya sendiri."

Jaemin menghela napas untuk kesekian kalinya. "Tapi dia tidak seperti itu, Hyung." Jaemin kembali menatap Jaehyun, sekarang matanya berkaca-kaca. Ia juga tidak tahu kenapa. Hanya saja rasanya ia sangat frustasi.

SAHABAT || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang