0.1

87 12 4
                                    

⚠️TW⚠️
harsh word, bulol, alay, sinting.

◇◆◇

"In fact, lu emang sinting sih, Jen."

Jeno menatap tak minat ke arah lelaki di sebelahnya yang tak mengalihkan sedikitpun atensinya dari game online di sebuah benda persegi yang tengah ia mainkan. Lelaki yang berstatus chairmate sekaligus sahabat seperbulolannya. Hyunjin Pradipta, buaya kelas kakap yang hobi menggoda uke-uke manis namun akan langsung menciut bila berada di dekat sekretaris OSIS berparas manis bernama lengkap Seungmin Dikara.

"Gak tau, galau, gelay, alay," balasnya malas sembari menyembunyikan wajahnya ke dalam lipatan tangannya di atas meja.

Hyunjin melirik Jeno jijik. Bulol, sinting, tak tau malu, alay. Paket lengkap. Ia terlampau heran mengapa Jaemin mau menjadi kekasih lelaki sepertinya. Bahkan ia juga heran mengapa ia bisa menjadi sahabat makhluk sinting sejenis Jeno ini.

Anyways, saat ini kelas 11 telah menyelesaikan PAT mereka. Yang artinya, jam kosong dan Jeno terlewat bosan di kelas berduaan dengan kecebong bau azab sejenis Hyunjin. Disangka homo nanti sama cwk-cwk.

"Kangen Asa," ujar Jeno teredam oleh meja, namun Hyunjin tetap mampu mendengarnya.

"Emang dia kemana?"

"Lagi latihan."

Ya, ok.

Seseorang tolong gantikan posisi Hyunjin sekarang juga. Oh come on, ruangan ekskul dance tepat berada di atas ruangan kelas mereka. Hyunjin tahu Jeno itu sinting sejak menjadi kekasih Jaemin, namun menurutnya ini sudah agak kelewatan. Jeno perlu dilarikan ke RSJ terdekat secepatnya.

"Tinggal naik lewat tangga, Jen. Gak usah rempong cem uke." Hyunjin menonyor kepala Jeno dan hanya dibalas deheman oleh sang empu.

"Dip."

"Hah?"

"Dip."

"Naon?"

"Dip?"

"KUNAON ANYING?!"

"Kangen Asa."

"SAMPERIN SONO BABI!"

Hyunjin melempar botol aq*a yang entah milik siapa ke arah Jeno yang sudah berlari menjauh; menghindari amukan sahabatnya itu.

◇◆◇

Jeno terdiam di depan anak tangga. Tatapannya kosong, teringat sebuah fakta yang membuatnya ragu untuk menapakkan kaki menaiki tangga-tangga itu untuk menemui kekasihnya.

Jeno rindu Jaemin. Jujur, rasa rindu membuat dadanya terasa begitu sesak. Ia juga heran mengapa ia merindukan kekasih manisnya itu di tiap hembusan napasnya. Katakan saja Jeno Rajendra seorang bulol to the bone. That's the fact.

"Gak jadi nemuin asa deh."

Dan ia pun melangkahkan tungkainya menjauh dari tangga tersebut dan menuju ke suatu tempat.

◇◆◇

Jaemin mengusap keringat di dahinya dengan punggung tangan. Ia melirik adik kelasnya yang tengah merapihkan ruangan mereka. Latihan baru saja selesai. Coach mereka baru saja pulang dan hanya tersisa ia dan Jisung Antares di ruangan itu.

Jaemin mengalihkan seluruh atensinya ke arah lelaki 180 km itu. "Belum, Res?" tanyanya.

Jisung mendongak. "Udah, Bang. Gua ke kantin dulu, Laksi barusan chat."

Jaemin mengangguk pelan. "Ya udah, sono," balasnya sembari membuka pintu ruangan mereka dan hendak melangkahkan kakinya keluar ruangan namun urung.

Ngingg...

"Tes tes? Oh udah bisa."

Shit, itu suara Jeno.

"Panggilan untuk Jaemin Aksara, kamu dipanggil sama Jeno Rajendra buat ke kantin dengan segera. Saya kangen, kangen banget, heran. Ayo, cepet ke kantin, tungguin saya di sana ya? Nanti saya beliin Soto Bu Marni."

Jaemin membisu di tempatnya. Rungunya menangkap suara tawa yang ditahan dari arah belakangnya. Sial, dia ingin jadi anakonda saja. Mau ditaruh dimana wajahnya nanti?

"Pfftt ... bang, bareng aja dah."

"Diem lu njing."

Tbc

Selasa, 15-6-2021

Ya, Jaemin kena mental

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SintingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang