12 Juni 20XX.
Suasana dalam kamar malam ini ..menegangkan, seonggok pria manis terlihat tengah fokus memandangi layar laptopnya. Entah sudah berapa kali tombol klik kiri mouse ditekan dengan tujuan memperbaharui halaman e-mailnya, berharap ada e-mail baru yang masuk.
Sampai akhirnya satu e-mail baru masuk, eitss.. bukannya langsung ngebuka e-mail tadi, yang ada malah sekarang dia bimbang. Buka atau engga, ya?
Tapi ini yang udah ditunggu-tunggu, tapi tapi perasaan takut juga ikutan muncul, takut isi yang ada malah mengecewakan.
"Ares, makan malam dulu nak!"
Teriakan dari luar kamar ngebuat lamunannya keputus paksa,
"Iya, bu."
Sahutnya sembari menengok ke arah pintu kamar, menunggu balasan.
Nihil.
Pikirnya sekarang, makan aja dulu habis itu baru buka e-mail tadi. Niatnya sih begitu tapi begitu balik ke arah layar laptop, dia sadar. Dia udah ngebuka e-mail pemberitahuan kalau dia diterima masuk ke perguruan tinggi.
Tunggu. Tunggu.
DIA DITERIMA?
Di-teri–
"I-BUUU!!"
Farestha Hunoello namanya, remaja berusia 18 tahun yang tengah berjingkrak senang sambil memeluk erat ibunya.
"Aduh, Ares, ntar ini nasinya jatuh!"
Farestha langsung ngelepasin pelukannya, menatap ibunya sambil memberikan cengiran yang membuat ibunya geleng-geleng kepala. Kelakuan.
Si kepala keluarga yang cuma numpang muka nyaksiin interaksi ibu dan anak tadi akhirnya kepo, "kamu kenapa, Res?"
Ini yang ditunggu-tunggu, batin Farestha. Dia emang sengaja minta ditanya ada apa, hadeuhh...
"Aku, aku aku aku!"
"Iya, kamu kamu kamu kamu, apa sih Res?"
Sang ibu ngerotasiin matanya, penasaran sih sebenarnya.
Yang ditanya hanya mengulum senyum, memberikan tanda tanya besar, benar-benar besar, sangat besar—
"Res, ini makannya ga jadi-jadi loh? Kamu kenapa?"
Agaknya makin tidak sabaran semuanya,
"Ares diterima universitas di Jakarta yang itu loh," jawabnya sambil menggantung
Farestha ingat pernah ngebahas soal keinginan buat ngelanjutin pendidikannya di ibu kota ke kedua orang tuanya itu. Walau emang kalau boleh jujur ya, respon keduanya kayak ga ngedengerin dia tapi intinya ..intinya dia udah bilang, ya, udah–
"Hah?"
Oke. Mereka benaran ga nyimak.
"Kamu diterima universitas di Jakarta?"
Farestha ngangguk antusias, suasana hatinya benar benar benar bagus sekarang.
"Tapi kan kamu tinggal di Surabaya, Res."
Tunggu, tunggu.
Bukan respon ini yang Ares mau, batinnya. Berita buruk.
"Lupa sama tempat tinggal, Res?"
Engga, engga begini seharusnya.
"Kamu beneran mau lanjut ke Jakarta?"
"Tahan dulu, pak. Masalah utamanya, kenapa kamu bisa tiba-tiba diterima?"
LOH?
Kan Ares udah bilang dari tahun kemarin, bahkan sebelum ujian bahkan setelah ujian BAHKAN PAS MAU APPLY, batinnya heboh. Luarnya tanpa nyawa.
"Kamu mau bolak-balik Surabaya-Jakarta apa gimana?"
Farestha mau resign aja.jpg
.
.
.
.
.
.HEI HOO!!!
IYA AKU TAU ADA YANG UDAH BACA 2 CHAPTER(?) SEBELUMNYA..
MAAF YA, OTAKKU TIBATIBA DUUAARRR MELEDUAAGG
DAN AKU DILEMMA DENGAN BAHASA YANG MAU AKU GUNAIN, BUT IT'S OKAY NOW. MON AMOUR GONNA ENTERTAIN YOU FROM NOW ON☺️✨