1 ;

592 109 17
                                    

Jika ada yang mengatakan bahwa hari Senin pagi adalah hari yang sangat indah untuk dilakukan. Maka tidak dengan gadis bermata monoloid itu. Dia kembali terlambat karena alarm yang lupa dia atur sebelum tidur.

Benar-benar sial!!

Sebelum dia masuk kedalam kantornya, dia terlebih dahulu mampir ke cafe sebelah kantornya. Ingin memesan belahan jiwanya. Belahan jiwa yang selalu membuat tenang dan menjadi candunya tersendiri.

Tapi pagi ini sepertinya adalah hari tersialnya. Lihat, sebelum dia menemui musuh bebuyutannya di kantor perusahaan tempat dia bekerja bersama sang musuh, mereka sudah dipertemukan terlebih dahulu di pintu masuk cafe langganan mereka.

Dia benar-benar akan mengutuk hari Senin mulai dari hari ini dan hari Senin seterusnya. Begitu juga dengan musuhnya itu. Ingin rasanya dia mengenyahkan musuh mengenalkannya itu sekarang.

Tanpa ba-bi-bu, dia langsung masuk kedalam antrian sebelum musuh bebuyutannya itu lebih dulu mengantri dimeja kasur. Tentu saja karena dia buru-buru, dia hampir terlambat namun dia juga tidak bisa memulai pekerjaannya tanpa segelas kopi hitam tanpa gula yang menemaninya.

"Saya pesan kopi-" Ucapannya terpotong.

"Saya duluan! Saya pesan teh!" Serobot suara memekik layaknya menggunakan mic itu menyerobot.

Padahal jelas-jelas Seulgi duluan yang mengantri. Ya meskipun mungkin caranya tidak manusiawi. Tentu saja caranya yang menyerobot dengan tidak manusiawi itu membuat musuhnya kesal bukan main. Bahkan mata kelincinya melihat dirinya seperti mengeluarkan laser yang siap membelah tubuhnya.

"Idih! Minumannya ibu-ibu!" Tukas gadis bermata monoloid sarkas.

"Lah elu minumannya aki-aki!" Karena tidak mau direndahkan, dia balik menyerang dengan mata melotot yang tentu saja tidak bisa dilakukan gadis bermata monoloid.

Dan terjadilah adu mulut antara mereka berdua yang disaksikan oleh pengunjung cafe dan tentu saja juga mbak-mbak kasir yang sudah biasa dengan perdebatan tidak berfaedah antara dua kubu aneh ini.

"Pokoknya saya duluan, mbak Ayu. Saya pesen kopi hitam yang biasanya. Ngga pake gula" Pesen gadis bermata monoloid itu sambil mengeluarkan dompetnya.

"Loh, loh, loh. Ngga bisa gitu do- mppphh!!" Protesannya tertahan karena bekapan di mulutnya yang tentu saja karena gadis bermata monoloid.

"Lo diem ratu dempul! Atau mau gue cium Lo disini?!" Ancamnya tentu saja langsung membuat gadis bermata kelinci itu semakin melorot.

BUGH!!

"ANJING!! Selangkangan gue jangan Lo tendang juga kali, dempul!!" Pekik tertahan gadis bermata monoloid kesakitan sambil memegang selangkangannya.

Bagaimana tidak sakit? Gadis galak dihadapannya ini menendang selangkangannya menggunakan lutut tajamnya. Bahkan pengunjung wanita, pria, bahkan barista cafe yang dari tadi menonton juga merasakan betapa ngilu yang dia rasakan.

"Rasain Lo, monyet!!" Hardik wanita bermata kelinci itu sarkas.

"Eemm.. Mba-mbak Seulgi? Ini kopinya mbak" Ucap mbak Ayu takut-takut. Dia kasihan melihat Seulgi yang berjongkok di lantai sambil sesekali meringis.

Seulgi, gadis bermata monoloid itu mendongak dengan wajahnya yang masih terpancar kekesalannya dan kesakitan. Dia berdiri dengan teratih-atih dan menerima kopinya.

"Makasih ya, mbak Ayu" Ucapnya sopan. Sekesal-kesalnya dia dengan gadis disebelahnya ini, dia masih harus sopan dengan orang lain.

BUGH!!

Sebelum dia pergi meninggalkan cafe, terlebih dahulu dia menendang bokong tepos milik musuh bebuyutannya itu lalu berlari kencang keluar cafe. Tentu saja untuk menghindari-

"SEULGI BAAAANGSSAAAT!!!!" Tentu untuk menghindar teriakan singa itu.

"Jadi cewek kok galak!! Ngga dapet pacar baru tahu rasa!!" Meskipun sudah diambang kematian, tetap saja Seulgi masih memberikan dadah-dadah mengejeknya.

Setelah merasa nyawanya tidak aman lagi, baru dia ngacir keluar dan lari menuju gedung perusahaannya yang masih satu gedung dengan sang musuh bebuyutannya.

"Jadi cewek jadi-jadian kok nyebelin!" Gerutu gadis bermata kelinci masih setia mengikuti pergerakan Seulgi yang menjauh.

"Eemm.. Mba-mbak Irene, i-ini tehnya" Ucap mbak Ayu gugup. Maklum, wajah Irene terlihat sangat galak dan menyeramkan.

Irene menoleh dan tersenyum manis. Berbeda saat menatap musuhnya tadi. "Makasih ya mbak Ayu. Selamat berkerja, mbak" Ucap Irene ramah dan langsung keluar dari cafe tersebut.

"Mereka tuh kapan sih akurnya?" Celetuk salah satu barista laki-laki yang kembali menggiling kopi.

"Pas sangkakala berbunyi kali, mas" Celetuk pelanggan laki-laki dengan seragam formalnya yang terlihat sama seperti Irene.

"Ditiup auto rata kali, mas" Celetuk anak kuliahan sambil membawa gulungan kertas yang langsung mengundang gelak tawa dari semua pengunjung cafe.

































































































Seulgi Yessica Hermanto

"Pendek, peot, bongkok, bengkok, jeleg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pendek, peot, bongkok, bengkok, jeleg. Satu paket dah Lo, dempul!!"

Irene Shania Tamara

"Jijik anjim! Muke kek boneka mampang bangga Lo, pitak!!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jijik anjim! Muke kek boneka mampang bangga Lo, pitak!!"






















































Coffee VS Tea ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang